Aku memutuskan untuk membuka diri
untuk menjadi temannya. Dia adalah seorang Taurus yang menghabiskan waktu
remajanya di Bogor. Perawakannya tinggi kurus, terlalu tinggi dan terlalu kurus
sehingga kalau aku berjalan di sisinya terlihat sangat aneh. Baskoro kemudian
aku panggil dengan awalan Mas karena tentu dia seniorku di kampus dan nampak
sangat berwibawa meskipun saat semakin lama sering jalan bareng dia suka
cengegesan juga.
Aku mulaia memberi sinyal positif
untukk berteman dengannya dengan mengijinkannya mengantarkanku pulang ke rumah
meski dengan motor tuanya yang kurang begitu nyaman aku naiki. Ya, aku takut
motor itu tiba tiba ambruk atau mogok. Aku juga mulai membalas pesan singkatnya
meskipun tidak begitu antusias. Aku merasa aku masih berhubungan dengan Abet
dan aku tidak ingin mengkhianati hubungan kami.
Sayangnya, aku tidak mungkin
menceritakan pertemananku dengan Baskoro kepada Abet yang sedang dalam penjara
dan sebaliknya aku memang tidak ingin menceritakan perihal Abet kepada siapapun
di kampus. Aku tidak mau orang – orang mengetahui problematikaku dan
mengasihaniku karena situasi ini. Aku saja tidak tahu kemana arah hidupku esok,
aku hanya berusaha menjalaninya sebaik mungkin.
Suatu sore, kami sedang nongkrong di
warung indomie di depan kampus bersama temanku yang lainnya. Baskoro yang
setahuku hari ini tidak ada jadwal kuliah datang dari arah berlawanan. Lalu dia
menawarkan diri untuk mengantarku pulang, tentunya aku sangat malu karena
begitu banyak teman – temanku di sana yang akhirnya meledekku. Aku mengiyakan
tawarannya tapi aku masih ingin nongkrong sehingga aku minta dia untuk menunggu
sebentar.
Saat aku kembali ngobrol dengan teman –
temanku sebuah pesan singkat masuk ke handphoneku. Nomernya tidak tersimpan di
daftar buku telfonku.
“hei ya, this is my number for this
week. We can text every 8pm. -Malik“
Jantungku berdegup kencang yang sontak
membuatku berdiri meninggalkan kerumunan teman – temanku dan membaca ulang
kembali pesan singkat tersebut. Artinya satu minggu ini kami bisa berkirim
pesan? Ke nomer yang sama? Aku tersenyum tersipu sendirian sampai kemudian
sebuah tangan menepuk pundakku.
“Yuk kuantar pulang”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar