“Lho, ABET??”
Aku mencubit lenganku sendiri untuk
meyakinkan diri sendiri bahwa ini bukan mimpi. Aw sakit! Ternyata bukan mimpi,
karena suara di seberang sana kembali memanggil.
“Hei, aku ga punya banyak waktu nih.
Kamu lagi ngapain?”
“Lagi tidur-tiduran di kamar. Hmm kamu
kabarnya gimana?”
“Menurutku kalau di penjara kabarnya gimana?”
“Ih kok gitu jawabnya?”
“Ya masa aku bilang baik? Apa iya
dipenjara aku bisa baik-baik aja. Eh, selamat ulang tahun ya. Sudah terima
suratku?”
“Eh, iya. Makasih ya. Sudah.. kenapa
sih suratnya pakai bahasa inggris terus?”
“Supaya gak bisa dibaca sipir penjara
atau napi lain kalau ketahuan. Gak akan dimarahin sih tapi malu aja. Masa dipenjara
mellow”
Aku terdiam.
“Kok diem. Koinnya habis nih nanti?”
“Emang pake telfon koin?”
“Ya enggaklah, ada yg punya hp di
sini. Lumayan dapat jatah sebentar dituker sama makan malamku nanti”
“Yah, gak makan dong nanti?”
“Gak apa apa. Besok pagi juga dapat
makan lagi. Tapi nelfon kamu mungkin hanya bisa sesekali”
Aku kembali terdiam.
“Hei jangan diam dong. Jarang jarang
aku bisa gini nih”
“Aku bingung mau ngomong apa. Aku kangen”
“Hehehe, me too! Ngomong – ngomong,
please do what you have to do ya. Jangan nungguin aku. I don’t know what happen
tomorrow in here. Kuliah yang bener, jaga makannya supaya ga kegemukan.”
“Apaan sih aneh banget nasehatnya ke
makanan”
“Inget ya, ga usah nungguin aku. Kamu ga
harus selalu ada. Kalau kamu capek, kamu bisa lambaikan tangan ke kamera dan
undur diri perlahan”
Air mataku menetes.
“Aku boleh tahu nomer ini ga? Aku bisa
telfon kamu kapan aja kah?”
“No. nomer ini besok juga sudah kami
buang. Ga usah cari aku. Aku yang akan cari kamu oke?”
“Hmm. Oke”
“Good girl! Oh satu lagi, kamu ga usah
mikirin aku tapi kalau kamu berkenan can you help me accompany my mom and my
sister. Just talk to them once a week.”
“Oke”
“Makasih ya. Malik Sign out, love you!”
Sebelum aku sempat menjawab sambungan
sudah terputus. Aku berlari ke kamar dan mengadu pada langit langit kamarku
sambil menangis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar