Meskipun begitu, kebingungan tidak
lantas hilang dan tenggelam. Keberadaan Baskoro yang sungguh baik pribadinya
cukup menganggu pikiranku. Aku tidak membalas pesan singkat yang dikirimkannya
kemarin. Aku juga tidak menulis surat untuk Abet yang biasanya langsung
kuberikan kepada Uni untuk diberikan saat kunjungan keluarga mereka di minggu
berikutnya.
Saat jam istirahat kuliah tiba, aku
tidak bernafsu makan. Rasanya aku tidak ingin keluar kelas, mungkin aku bisa
membaca buku yang aku bawa di tas. Tapi sayangnya kelas ini sungguh dingin dan
AC-nya tidak boleh dimatikan karena beberapa saat lagi akan ada perkuliahan.
Bisa kena marah petugas kampus jika aku main mematikan AC di ruangan.
Lantas dengan langkah yang berat, aku
turun menuju ke kantin dan aku menemukan Baskoro yang membawa sepiring kue
dengan lilin. Di sekelilingnya kudapati teman – teman seangkatanku tersenyum
manis. Ah ya, aku bahkan baru ingat ini tanggal 13 Oktober. Setelah meniup
lilin, aku berjabat tangan dan meladeni cipika cipiki dari semua temanku. Aku
duduk dan menikmati sepiring kue yang sebelumnya kuambil dari tangan Baskoro.
Dia duduk di sampingku. Aku merasa berhutang jawaban sms.
“Maaf ya, aku kehabisan pulsa. Jadi ga
balas kemarin.”
“Ah gak apa. Santai aja. Jadi ya aku antar
pulang nanti”
“Nah itu. maaf banget gak bisa. Aku
kayaknya akan dijemput kakakku karena mau langsung pergi, ada urusan keluarga”
tentu saja aku berbohong. Aku hanya ingin pulang tanpa perasaan bersalah.
“ah ok. Tapi nanti malam, aku boleh
telfon?”
“hmm, boleh. Tapi sms dulu ya. Eh
makasih ya kuenya” Tanpa perlu merasa bersalah atau tersanjung berlebihan aku
kemudian meninggalkan Baskoro dan melipir ke teman – temanku yang lain.
Seusai jam kuliah terakhir, kakakku
sudah menunggu di dekat pos satpam. Tanpa banyak basa basi, aku menghampirinya
dan meninggalkan kampus. Kali ini, ulangtahun tidak keliatan menyenangkan
untukku.. usia 18th tidak lantas mendewasakanku.
Sebelum maghrib, aku masih terbaring
malas di kamar sambil menekuni hobi lamaku. Memandangi langit langit kamar. Tak
lama kemudian, telfon rumahku berbunyi. Tentu aku tidak bangun karena aku
mendengar kakakku mengangkat telfonnya.
“Halo, oh Ayu. Dari mana ini? Oh
sebentar..”
“Yuuuuuu, telfoonnnn!!!”
Aku bangkit dengan malas sambil
berfikir, ah ngapain sih si Baskoro telfon jam segini. Katanya Malam, ini kan
masih Maghrib.
“Halo” aku memulai percakapan
“Halo” kata suara asing di sana.
“Siapa ya?”
“Sebentar, ini ada yang mau ngomong”
kata orang di saluran telfon lainnya.
Aku bingung, namun kemudian.
“hei” suara di kejauhan sana terdengar
sangat ku kenal baik.
“lho, ABET??”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar