Aria mematikan batang rokoknya yang entah sudah keberapa. Lalu dia mengambil sebatang lagi, menaruh di ujung mulutnya yang hampir tertutup jenggot dan kumis. Dia nyalakan pemantik dan membakar rokoknya kembali. Pikirannya melayang layang, wajah Larasati memenuhi langitnya malam ini dari sela asap asap rokok yang dihembuskan dari mulutnya.
Telfon genggamnya berdering nyaring, memecah lamunannya. Nama Sarah muncul di layar. Tidak mau menunggu deringannya semakin nyaring, Aria memencet tombol menerima panggilan itu.
"Ya.." suara Aria tidak bersemangat.
"Lho, kok lemas. Kamu Sakit?" Tanya perempuan itu dari ujung sambungan telfon.
"Enggak kok, baik-baik aja. Cuma lagi males malesan aja. Ini lagi ngerokok sambil bengong diatas."
"Oh ok. Aku make sure aja, habisnya kamu gak bisa jemput hari ini. Terus gak hubungi aku sama sekali. Kan aku khawatir."
"Aku gak apa sar. Kamu udah tutup Toko? Jadinya langsung pulang atau mau kemana?"
"Ini udah di mobil, mau dinner sama anak-anak kampus. Mereka mau ngajak bikin collab buat desain produk ku bulan depan."
"Ok. Take care ya."
"Udah? Gitu aja. Udah ga love love me lagi nih?"
Dengan malas Aria mengakhiri telfonnya dengan kalimat itu "I love you Sarah"
Aria dan Sarah sudah berpacaran selama 3 tahun terakhir ini. Aria yang merupakan wartawan media memiliki kesibukan yang tidak dapat diprediksi. Dia hampir ga punya waktu lama untuk menghabiskan moment pacaran dengan Sarah. Dalam satu minggu, mereka hanya berjumpa sekitar 2 sampai 3 kali, dengan durasi waktu paling lama 2 jam.
Lain Aria, lain dengan Sarah. Perempuan muda ini merupakan lulusan fashion desain yang cukup berbakat di Universitas bergengsi di luar negeri. Seluruh hidupnya kini dicurahkan untuk mendesain berbagai jenis pakaian untuk public figure di negeri ini. Sarah mengelola butiknya sendiri, dia juga memiliki cukup banyak karyawan yang sangat loyal bekerja padanya selama bebeberapa tahun. Hubungan cinta mereka dimulai dari sebuah event yang mempertemukan sang wartawan dan sang fashion desainer. Hubungan yang indah di hati Sarah, namun hampa bagi Aria.
Sang Dewa Cinta mondar mandir gelisah di ruang kerjanya di balik awan. Setelah seharian menyelesaikan pekerjaannya hari ini memanah pasangan - pasangan yang tengah melakukan pendekatan, dia kembali teringat pada Larasati. Perempuan baik hati itu dipanahnya kemarin, tepat menusuk jantung hatinya bersama seorang Pria bernama Aria yang ternyata telah memiliki kekasih. Tindakannya dapat berakibat sangat fatal, karena dia tahu kekuatan panahnya yang digunakannya. Dia sangat yakin, Larasati akan mendapatkan cinta yang dia nantikan selama ini, namun cinta itu tidak murni. Karena cintanya berdiri diatas cinta lain, yang tidak lama lagi akan kandas.
Tubuhnya terbaring hampir 5 jam sejak pria ini mematikan batang rokok terakhirnya di atas loteng. Kasurnya yang empuk, pendingin ruangan dan kamar yang nyaman tidak sanggup menghipnotisnya untuk tidur. Jam yang menempel di dindingnya tidak rela menunggunya, dia terus berdetak dan berjalan meninggalkan pria yang tidak tahu apa yang harus dilakukannya itu. Ya, Aria bingung setengah mati, dia tidak bisa tidur, dia tidak mampu melakukan apapun, nafasnya kadang naik turun, kadang berlarian seperti orang gelisah. Dia tidak bisa berhenti memikirkan gadis itu, Larasati.
"Gue ini kenapa sih!" gerutu Aria sambil menatap langit kamarnya.
Lalu dia mengambil telepon genggamnya, dan mengecek panggilan masuk beberapa hari lalu. Nama gadis itu tertulis disana. Larasati. Aria lantas masuk ke kotak pesan dan mulai mengetikan huruf - huruf.
Lara, sedang sibukkah kamu? Saya perlu bertemu untuk mengklarifikasi beberapa berita untuk rubrik harian saya. Apakah saya bisa membuat janji temu.
sent. pukul 03.00 dini hari
Entah apa yang ada dipikirannya. Dia harus bertemu Lara lagi, segera.
***
Sang Dewa Cinta mondar mandir gelisah di ruang kerjanya di balik awan. Setelah seharian menyelesaikan pekerjaannya hari ini memanah pasangan - pasangan yang tengah melakukan pendekatan, dia kembali teringat pada Larasati. Perempuan baik hati itu dipanahnya kemarin, tepat menusuk jantung hatinya bersama seorang Pria bernama Aria yang ternyata telah memiliki kekasih. Tindakannya dapat berakibat sangat fatal, karena dia tahu kekuatan panahnya yang digunakannya. Dia sangat yakin, Larasati akan mendapatkan cinta yang dia nantikan selama ini, namun cinta itu tidak murni. Karena cintanya berdiri diatas cinta lain, yang tidak lama lagi akan kandas.
***
Tubuhnya terbaring hampir 5 jam sejak pria ini mematikan batang rokok terakhirnya di atas loteng. Kasurnya yang empuk, pendingin ruangan dan kamar yang nyaman tidak sanggup menghipnotisnya untuk tidur. Jam yang menempel di dindingnya tidak rela menunggunya, dia terus berdetak dan berjalan meninggalkan pria yang tidak tahu apa yang harus dilakukannya itu. Ya, Aria bingung setengah mati, dia tidak bisa tidur, dia tidak mampu melakukan apapun, nafasnya kadang naik turun, kadang berlarian seperti orang gelisah. Dia tidak bisa berhenti memikirkan gadis itu, Larasati.
"Gue ini kenapa sih!" gerutu Aria sambil menatap langit kamarnya.
Lalu dia mengambil telepon genggamnya, dan mengecek panggilan masuk beberapa hari lalu. Nama gadis itu tertulis disana. Larasati. Aria lantas masuk ke kotak pesan dan mulai mengetikan huruf - huruf.
Lara, sedang sibukkah kamu? Saya perlu bertemu untuk mengklarifikasi beberapa berita untuk rubrik harian saya. Apakah saya bisa membuat janji temu.
sent. pukul 03.00 dini hari
Entah apa yang ada dipikirannya. Dia harus bertemu Lara lagi, segera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar