Ah, coba aja dulu gue... Seandainya kita dulu..
Pernah gak kita mengatakan itu pada diri sendiri atau juga pada orang terdekat kita, setelah serangkaian hal yang pernah terjadi dalam hidup. Hal yang pernah terjadi tersebut, kerap kali di sesali dan gak mungkin bisa berulang. Tapi di hati kecil kita yang terdalam, pasti terbesti tanya dan keinginan "ah, coba dulu gue dengerin omongan lo.." atau "Seandainya dulu kita mau cek kesehatan..".
Mungkin ada yang begitu, mungkin juga gak ada..karena sudah move on dan gak mau nengok lagi kebelakang. But not with me, saya selalu berfikir.. seandainya dulu saya melakukan pemeriksaan HIV. Tulisan ini bukan semata-mata tulisan menye-menye yang menyedihkan. Tapi sekedar pengingat, mengapa test HIV kemudian menjadi penting dilakukan, jangan menyesal di belakang.. karena yang selalu di awal adalah pendaftaran (skip this jokes).
Februari 2009 - "Yu, menurut gue dia harus tes HIV" kata seorang teman yang dulu cukup dekat Abet. Bukannya mengikuti sarannya, saya malah marah gak karuan. Saya merasa terhakimi, dan ngerasa 'kok jadi HIV sih, emangnya gue sama laki gue ngapain sampe disangka kena HIV' itu isi hati saya dulu.
Karena memang nyata-nya, di awal persoalan HIV ada di Indonesia, virus ini ditemukan ada pada kelompok-kelompok yang memiliki aktifitas beresiko tinggi seperti Pengguna Napza suntik, Pekerja Seks, Homoseksual dan Waria. Saya gak bilang mereka buruk, tapi aktifitas mereka memang yang paling beresiko untuk tertular HIV.
Dan 7 tahun silam, saya merasa tidak pernah melakukan perilaku beresiko tersebut. Padahal, justru perempuan-lah kelompok yang juga rentan, dan paling terlupakan.. dianggap tidak akan tertular, dianggap kelompok baik-baik saja. Padahal tidak, nyatanya... 7 tahun kemudian, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri bahwa perempuan menjadi kelompok yang angka tertular HIV-nya paling tinggi diantara kelompok yang disebut populasi kunci oleh pemerintah. Saya seperti menutup mata batin saya, bahwa Abet dulu pengguna napza suntik. Saya yang egois untuk gak nurutin saran dari sahabat saya. So I denied to take that test, and I regret. :'
"Padahal, justru perempuan-lah kelompok yang juga rentan, dan paling terlupakan.. dianggap tidak akan tertular, dianggap kelompok baik-baik saja"
Pada Maret 2009 - Di sebuah rumah sakit swasta, kami yang tergesa-gesa membawa Abet karena mendadak tidak sadarkan diri di rumah, akhirnya dokter menyodorkan sebuah lembar persetujuan yang bertuliskan "Form Persetujuan Pemeriksaan Darah". Dokter menjelaskan panjang lebar, kenapa mereka memutuskan untuk melakukan pemeriksaan HIV. Dengan segala macam perasaan yang berkecamuk, saya menandatangani form tersebut. Ya pada akhirnya kami melakukan test, setelah Abet udah gak bisa apa-apa, udah gak sadar.. kenapa gak dari kemarin pas.. ah udahlah. Penyesalan itu kemudian datang kembali.
Satu minggu setelah mengetahui hasil pemeriksaan, setelah perawatan intensif di High care Unit Rumah Sakit, setelah mencoba berbagai cara.. Abet meninggal.
***
7 tahun setelah kepergian Abet, saya masih terus bercerita kepada semua orang. Seandainya dulu saya periksa HIV, mungkin kami bisa menolongnya, mungkin dia bisa hidup, mungkin ini dan itu.. segala kemungkinan bisa terjadi, termasuk kemungkinan kalau ternyata memang jalannya memang meninggal. well, we never know.. Saya akhirnya ikhlas, bahwa Abet pergi untuk menyampaikan pesan kepada saya. You should know your HIV status ayu, take the test, dont regret for everything.. and get treatment. Dan itu yang kemudian saya lakukan tujuh tahun silam. Meski pada akhirnya kami kehilangan Abet, tapi semangatnya tidak pernah mati dalam tubuh saya.
Yup 7 tahun yang lalu saya pikir saya yang akan mati setelah Abet. Namun Tuhan bilang "Siapa kamu atur-atur kematianmu sendiri, hiduplah lebih lama Ayu.. dan jadilah sebaik-baik manusia." kira-kira begitu Tuhan bilang sama saya. Anti Retroviral membantu pemulihan kesehatan saya, bosan capek sedih jenuh.. yup itu pasti.. sangat manusiawi. Tapi saya tidak ingin menyesal untuk kedua kalinya.
Lalu kenapa Test HIV itu penting? banyak orang (termasuk saya) yang sangat takut. Dan itu sangat manusiawi untuk takut kalau tahu kita sakit. Kita juga pasti takut, jika hasilnya positif. well, this is the point. Saya bahkan tidak melakukan aktifitas beresiko, I do sex with husband only at that time. Jadi kalau kita merasa gak beresiko, kita juga harus berkomunikasi dengan pasangan kita. Kita bisa lakukan cek bersama. Jika ternyata hasil positif, kita seharusnya bersyukur karena mengetahuinya lebih dini saat kondisi masih sangat sehat, dan belum jatuh sakit seperti Abet. Sehingga, bisa kita lakukan treatment dan melanjutkan kehidupan dalam keadaan sehat seperti saya. Kita bisa mencegah segala macam hal yang tidak kita inginkan, kita bisa melindungi penularan pada pasangan dan anak-anak kita. Kita tidak akan menyakiti siapapun yang kita sayangi karena kita tahu kita mengidap virus HIV.
"You should know your HIV status ayu, take the test, dont regret for everything.. and get treatment".
Tentunya, itu juga bukan hasil yang menyenangkan bagi kita. "Oh I got HIV, I am so Happy" sounds so silly ya. Bukan itu maksud saya. Akan ada fase kita akan hancur, dan tertimpa piano seperti di film-film kartun. I do feel the same. Tapi rasanya tidak akan sama, jika kita ketahui semua terlambat, saat sudah sakit.. dan kita akan menghabiskan banyak uang untuk berobat, kita akan menguras lebih banyak energi. Yang jauh lebih baik adalah mencegahnya, jangan sampai kita tertular HIV, lakukan tindakan pencegahan dan jangan sampai tertular HIV. Kita bagi cerita lainnya lagi besok. Semoga yang kali ini bermanfaat. Love You All!
I was offered some film roles, and I did not do them.
It would have been interesting, but I have no regrets. I am where I am;
I accept and embrace the mistakes because they're character-building
and they build perspective and talent.
-Peter Scolari
bnyk org yg memang masih ga sadar, ga mau, ato nyepelein test hiv.. alhamdulillah aku udh test 2x, 2012, dan 2016 ini, hasilnya negative.. ga mahal juga sbnrnya test ini.. tapi diantara semua test medical yg dicover ama kantor, test hiv ini termasuk yg ga dibayarin asuransi kantor :D.. Untung ga mahal..
BalasHapusgreat to hear that!
Hapussebetulnya test HIV kalau dilakukan di Rumah sakit/Puskesmas rujukan itu gratis, alias ndak bayar. Semoga semangat menjaga kesehatannya mbak bisa tertular ke yang lain ya :) btw, salam kenal!
Semangat ibu ayu
BalasHapus