"Jadi kita akan coba tiga bulan kedepan ya mbak ayu. mari kita sama sama cari tahu apa penyebab virus didalam tubuh mbak kembali terdeteksi. apakah karena kegagalan pengobatan atau persoalan kepatuhan minum obat.."
saya diam berfikir
sang konselor kembali melanjutkan kata katanya "Jadi obat duviralnya tetap diminum pukul 9 pagi dan 9 malam, namun untuk efavirenz yang biasanya diminum agak random mengikuti waktu tidur, sekarang harus ditentukan jam berapa mau minumnya. putuskan jika mau minum jam 10, maka seterusnya untuk tiga bulan kedepan harus jam 10. nanti 3 bulan lagi, bulan Februari kita cek Viral Load ya, semoga virusnya sudah tidak terdeteksi."
dan pertemuan saya dengan konselor baru ini, kemarin, membuat saya akhirnya bercerita bahwa selama ini saya sangat tertekan minum Efavirenz. efek yang ditimbulkan setelahnya membuat saya seperti orang lain. ada emosi yang bergejolak begitu keras didalam pikiran saya, setiap efavirenz telah masuk didalam darah. rasanya saya tidak peduli dengan siapapun. saya tidak sanggup melihat wajah putri saya, itu kenapa 4 tahun belakangan mama sangat membantu saat beliau ikut mengasuh putri saya
entahlah..
kata kata kegagalan terapi membuat saya begitu hancur.
masa iya ARV yang saya minum 4 tahun belakangan ini gagal hanya karena Efavirenz tidak diminum di waktu yang sama, atau alasan lain apa? saya dan konselor masih bersama sama mencari tahu.
***
Rumah Sakit Hasan Sadikin, menjadi pilihan saya berobat setelah pindah ke Bandung. sebelumnya, selama tinggal di Tangerang Selatan, saya berobat ke RSUP Fatmawati, layanan kesehatan yang menyediakan akses pengobatan HIV dan ARV, terdekat dari tempat tinggal saya. meskipun itu tetap saja terbilang jauh. butuh waktu 1 jam menggunakan kendaraan umum, jika disertai macet, jangan tanya, bisa 2 jam jarak dari Pamulang ke Fatmawati.
Tingal di Bandung pun merupakan pilihan paling bijak yang saya tempuh. Setelah menikah dengan Febby, saya memutuskan untuk memboyong Malika meninggalkan rumah mama, menuju rumah milik kakek dari suami yang sudah 30 tahun lebih dia tempati. Saya pikir bandung akan menjadi kota yang baik dan ramah untuk pemulihan kesehatan saya, dan perkembangan tumbuh kembang Malika. Saya memilih RSHS, menjadi destinasi pengobatan setiap bulan, karena sudah terlalu lama saya dianggap berdaya oleh dokter. Saya butuh ruang untuk bercerita mengenai terapi saya, dan kemarin akhirnya saya bertemu dengan dr. Merry.
Satu bundel berkas ada didalam tas berisi dokumen dokumen yang dibutuhkan pasien pindahan seperti saya ini untuk diberikan kepada rumah sakit penerima nanti. didalam dokumen tersebut terdapat hasil pemeriksaan HIV saya, hasilnya ada 3 reaktif dan dokter menyatakan ada virus HIV dalam darah saya. itu tanggal 16 Maret 2009, saya ingat, dan kemudian 5 hari kemudian Betsi, suami saya meninggal.
Suasana Klinik hari itu cukup ramai. saya yang sudah mendapat informasi tentang lokasi, tata cara pendaftaran dan pembayaran, serta apa yang harus saya lakukan dari salah satu staff Rumah cemara, melangkah dengan perasaan senang karena akhirnya bisa kembali bertemu dokter. hampir 2 tahun lamanya saya hanya bolak balik rumah sakit mengambil obat ARV, tanpa konseling yang lengkap dan memuaskan. Mungkin mereka pikir, saya yang terlihat sehat dan berdaya ini baik baik saja. Datang ke Rumah sakit, Ambil obat, lalu pulang. Mereka salah. itu kenapa saya berharap banyak dengan tim dokter dan konselor di RSHS kemarin.
***
Saya putuskan untuk minum obat Efavirenz pukul 10.30 malam, setelah anak saya tidur, dan sayapun siap untuk tidur. saya juga harus mulai mendisiplinkan diri saya, tidak ada lagi buka laptop untuk kerja hingga pukul 2 pagi. saya harus tidur maksimal pukul 11 malam. tidak ada yang berbeda saat minum obat, karena saya langsung tertidur dan tidak mau berfikir yang aneh aneh. toh kemarin saya juga minum obat yang sama, kemarin, kemarinnya lagi, kemarinnya lagi. walau saya tahu, ketakutan yang sama selalu hadir setiap pagi datang.
Musuh terbesar seseorang adalah dirinya sendiri, itu benar. dan saya sedang berusaha terus setiap hari, untuk bisa berkawan dengan saya di pagi hari. dengan saya yang akan jalan sempoyongan, saya yang akan bisa bereaksi kasar jika melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, saya yang lain, saya yang menyebalkan. Kemarin saya mengakui pada dokter merry, bahwa saya beberapa kali meninggalkan efavirenz, tidak saya minum saat saya harus dalam kondisi waras esok paginya. karena saya tidak bisa mengontrol diri saya, di beberapa moment, saat efavirenz sedang bereaksi dalam tubuh.
Pagi ini saya menangis. Karena saya berhasil tidak marah marah pada putri saya, yang setiap pagi pasti membuat saya jengkel. Saya juga berhasil menyiapkan sarapan sederhana, dan tetap berdiri tegak saat efek Efavirenz membuat bumi saya berpijak berputar. Saya menangis dalam tidur, saat saya memutuskan untuk kembali merebahkan badan di pukul 7. Saya bilang pada suami saya "saya tidur lagi ya, ngantuk" dan suami saya tidak pernah marah. dia tahu.
Ini adalah hari pertama, masih ada 2 bulan 29 hari lagi, sebelum uang saya terkumpul dan saya akan memeriksakan jumlah virus dalam tubuh saya. Maret tahun ini, virus virus itu kembali terdeteksi dengan jumlah yang banyaknya membuat saya lemas, 196.000copy/ml. Jumlah CD4 yang juga terjun bebas ke angka 422 / 22% di bulan November ini, dari sebelumnya 549 / 23 % di bulan Juni 2014. dr. Merry bilang, jika hasilnya masih terdeteksi saat 3 bulan ini saya benar benar menjaga kualitas minum obat saya, maka saya dianggap gagal terapi dan harus mengganti jenis ARV yang akan saya minum.
dalam doa kedamaian tersebut sebuah kalimat,
God grant me the serenity to accept the things I cannot change;
courage to change the things I can; and wisdom to know the difference
Menerima hal yang tidak dapat saya ubah bukan perkara mudah
tapi saya akan berusaha..
saya memaafkan diri saya atas segala kebodohan yang saya lakukan dengan sengaja.
saya mau memperbaikinya
saya ingin sehat
amin
Ceroboh memang datang pada diri sendiri. Semoga cepet sehat mbak :)
BalasHapus-www.fkrimaulana.blogspot.com-
terimakasih Fikri :)
Hapusharus kembali mengevaluasi diri nih :)
Ingat, jangan pernah menyesali kebodohan diri sendiri, justru kita harus bersyukur diberi rahmat untuk merasakan pengalaman yang membuat kita menjadi 'kaya' - baik dari pengalaman hidup maupun pengalaman dipilih oleh Tuhan untuk menjadi teman berbagi kepada orang yang membutuhkan. Mintalah kepada Tuhan agar diberikan punggung yang kuat agar mampu menahan semua penderitaan dan hati yang luar agar mampu menampung rasa ikhlas.
BalasHapusIni mungkin terdengar klise, tapi Tuhan selalu memilih siapa yang hendak dijadikan 'suara'nya, dan berbahagialah kamu, Ayu, karena lewat dirimulah Tuhan menunjukkan diri-Nya sebagai Tuhan yang penuh kasih.
Dan ingatlah bahwa semua kesedihan, semua penderitaan, akan tampak indah ketika kita akhirnya tahu dan mengerti mengapa ada satu masa dalam fase kehidupan kita diberi kesempatan oleh Tuhan untuk merasakannya
Terima kasih Ayu :-) ayo berjuang terus demi Malika
ibu Juin :')
Hapussiap..insyallah semangat terus.. :)
iyaaa neng Lindaaa :*
BalasHapussaya juga harus banyak belajar dari Teh Ayu nih tentang berdamai dengan diri sendiri.
BalasHapusUdah terlalu lama berjuang melawan diri sendiri ..
Saya dukung Teh Ayu dengan menjadi pembaca setia blog nya ya ..
Semangat kang Sandy! :)
BalasHapusyosh!
Hapussemangat trus ayuuuuu
BalasHapusingat malika masih membutuhkan ibu sperti lo yuuuu
jangan menyerah.... suges diri sendiri untuk sehat
semangat trus ayuuuuuuu