Camillian
Social center Rayong adalah salah satu pusat kegiatan yang dibuka pertama kali di
asia untuk menampung dan membantu anak yatim piatu yang hidup dengan HIV dan AIDS.
Saat ini tim csc rayong, adalah contoh yang mengagumkan dari integrasi aktivis untuk
melawan masalah HIV AIDS, dengan 7 proyek yang tersebar di seluruh wilayah Timur
Thailand Selatan yang memiliki populasi 7.000.000 orang dan 150.000 dari mereka
yang hidup dengan HIV AIDS.
Para missionaries Camillian datang ke Thailand awal
tahun 1950’s untuk memberikan orang
orang miskin perawatan medis. Dengan
Semangat yang sama “Caring for the sick as a mother cares for her sick child” Para
missionaries Camillian masih tinggal di Thailand dan mendedikasikan hidup
mereka untuk melayani orang sakit.
Sekitar tahun 1995, Camillian Social Centre dibangun
di provinsi Rayong oleh bapa Giovanni Contarin, seorang pendeta Italia. Pusat
ini dibangun sebagai tempat penampungan Tunawisma, dan mereka yang ditolak
karena hidup dengan HIV dan AIDS. Tempat ini dikhususkan untuk perempuan dan
anak anak, karena mereka adalah kelompok paling rentan di Masyarakat. To know more, come to this link http://www.camillian-rayong.org/
Jadi
begini ceritanya,
Hari
itu adalah hari terakhir kongres ICAAP11 di Bangkok Thailand. Rasanya badan
saya sangat lelah, hanya ingin rebahan dan memejamkan mata sejenak. Lalu salah
satu teman menghampiri saya. “Ayu, saya ingin mempertemukanmu dengan 2 orang
teman saya. Saya ingin kamu memberikan mereka semangat dan motivasi. Mereka adalah
2 anak perempuan yang lahir dengan kondisi HIV+. Mau ya?”. Tubuh yang tadi
rasanya sudah seperti tak bernyawa karena super kelelahan, sekejap langsung
bangkit dan tersenyum seraya menjawab “ya, Saya mau bertemu dengan mereka..”
Selang
setengah jam kemudian, 2 orang anak tersebut kemudian datang bersama seorang
perempuan yang lebih tua dari mereka. Lalu kami semua tersenyum. Awal pertemuan
yang sungguh manis, kedua anak itu sungguh manis. Lalu kami pun duduk, dan
teman saya memulai perbincangan kami.
“Mereka
tidak bisa berbahasa inggris, hanya bisa berbahasa thai. Jadi, saya akan
membantu kalian menterjemahkan. Silahkan ngobrol apapun yang kalian mau saling
bicarakan ya? Ayu mungkin kamu bisa memperkenalkan dirimu terlebih dahulu.”
Lalu
setelah Penny, teman saya mengartikan kata-katanya ke bahasa Tha, saya kemudian
memperkenalkan diri saya. Di akhir setelah Penny kembali menterjemahkan cerita
saya, kemudian kedua anak itu memegang tangan saya lalu tersenyum dan
mengeratkan pegangannya. Seketika, bulu kuduk saya merinding. Bukan ketakutan,
tapi seperti ada aliran energi yang kemudian masuk ke dalam tubuh saya saat kami
berpegangan tangan.
Saya
kemudian bertanya, “Kalian tinggal dengan siapa?”
“Kami
tinggal di Camillian Social center di rayong, 3 Jam dari Thailand dekat Pantai.
Orangtua kami sudah meninggal.” Begitu jawab salah satu gadis ini.
Kemudian
saya menangis, tangan kami masih berpegangan. Lalu kami diam
Saya
peluk mereka. Kami bertiga menangis.. lama. Lalu salah satu gadis itu berbicara
dalam bahasa Thailand.
“jangan
menangis kakak, kami senang bisa bertemu dengan kakak.”
Lalu
pelukannya bertambah kencang..
Saya
masih belum bisa bicara. Tenggorokan saya seperti tercekat. Namun saya ingin
ngobrol dengan mereka. Setelah tangisan kami mereda, kami sama sama melanjutkan
pembicaraan dengan 2 bahasa ini. Kemudian gadis ini keduanya bergantian bercerita.
Mereka
lahir dengan kondisi HIV+. Mereka kini
berusia 19 tahun dan 20 tahun, duduk di bangku SMA; karena masa hidup mereka
sempat dihabiskan dengan terbaring sakit selama 4 – 5 tahun. Mereka bilang
mereka tidak marah pada orangtua mereka karena dilahirkan dalam kondisi HIV+.
Mereka juga tidak sedih atau kecewa karena kondisi HIV mereka. Karena saat tahu
kondisi mereka sangat parah, Jadi kalau mereka bisa cerita sekarang mereka
sangat bersyukur mereka diberi kesempatan untuk hidp dan sangat sehat. Mereka
bilang pada saya CD4 mereka diatas 400, (saya lupa angka pastinya), viral load
undetect dan mereka konsumsi ARV secara rutin. Mereka bilang mereka ingin punya
semangat seperti saya, mereka ingin setelah mereka punya semangat itu, mereka
mau membaginya pada adik adik mereka yang juga HIV disana.
Lalu
saya kembali menangis, di hadapan mereka..
Saya
kemudian ingat Adik di Blitar yang meninggal karena diabaikan orangtuanya, dan
anak anak lainnya di Indonesia yang hidup dengan HIV, namun kemudian
terabaikan.
Pengasuh
mereka orangnya sangat baik. Pendiam dan murah senyum, hanya bisa bilang thank
you dan hello. Pengasuh itu bilang, ada 60 anak yang hidup dengan HIV di
Camillian Social center. Mereka berbaur dengan anak yatim piatu lainnya, tanpa
perbedaan. Mereka sama sama mendapatkan pendidikan, kehidupan yang layak,
pengobatan, dan rasa aman serta kasih sayang dari para pengasuh dan para
penghuni panti lainnya.
Lalu
saya peluk si Ibu pengasuh, saya bilang padanya “ibu...
surga milik ibu dan seluruh orang yang merawat anak anak ODHA ini. Kalian hatinya
sungguh mulia..” kami lalu berpelukan.
Tak
terasa kami ngobrol, tertawa, menangis, berpegangan tangan dan berpelukan selama
satu jam. Saya bilang pada mereka, jika saya punya uang, dan saya dapat
kesempatan untuk kembali ke Bangkok, saya akan ke Rayong untuk menemui mereka.
Mereka bilang terima kasih. Lalu kami berpelukan kembali. Kemudian kami
berfoto, saya tanya, bolehkah foto kalian saya taruh di blog saya, mereka
bilang boleh. Dari
9 hari total saya berada di Thailand, ini adalah moment terbaik yang tidak
tergantikan dengan lainnya. Dalam satu jam, saya kemudian belajar banyak. Khususya
untuk malika.. saya harus menjaga-nya sampai akhir hayat saya.. memberikannya
kasih sayang, pendidikan, perawatan yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar