ODHA Berhak Sehat adalah sebuah gerakan bersama, yang memberikan dukungan dan motivasi agar Orang dengan HIV dan AIDS bisa tetap hidup sehat, dan tidak lagi hidup dalam stima dan diskriminasi. Kami menyadari bahwa tidaklah mudah untuk mensosialisasikan isu pencegahan HIV dan AIDS. Sehingga cara cara lama seperti membagikan leaflet, brosur dan memberikan seminar tidaklah lagi cukup. Melihat kecenderungan trend masyarakat Indonesia akan tingginya penggunaan gadget dan aktif di social media. Maka inisiatif penyebaran informasi mulai bergerak kearah sana.
Setelah keberhasilan pemerintah dan komunitas untuk menjangkau dan memberikan informasi tentang pencegahan dan penularan HIV dan AIDS terhadap komunitas terdampak seperti ODHA, Pengguna Narkotika, Gay, Waria dan Pekerja Seks. Kini arah sosialisasi kami adalah lebih meluas kepada masyarakat umum yang tidak terjamah informasi tentang pencegahan dan penularan HIV dan AIDS. Disinilah tantangan terbesar dalam program penanggulangan AIDS di Indonesia. Untuk menjangkau dan menyampaikan informasi kepada mereka yang selama ini menutup mata.
Seiring dengan tingginya antuasiasme dan respon masyarakat kepada Akun Twitter dan facebook yang terintegrasi juga dengan website. Maka ODHA berhak juga berinisiatif membuka layanan Customer support via blackberry messenger yang telah di buka sejak bulan Februari 2013 lalu. Layanan CS ini berhasil menjaring banyak masyarakat yang ternyata membutuhkan informasi terkait pencegahan dan penularan HIV dan AIDS namun tidak tahu bisa bertanya kemana karena tingginya stigma dan diskriminasi dalam mengakses informasi.
Kemudian jika kita lihat, tingginya penggunaan internet sebagai media penyampaian informasi terkait HIV dan AIDS di Indonesia masih belum maksimal. Padahal ada 55,000,000 Internet users as of Dec.31, 2011 (MarkPlus.); 43,523,740 Facebook users on Mar 31/12 (internetworldstats) dan 19,5 juta Twitter User (Tempo.co). Belum lagi mayoritas pengguna internet di Indonesia sendiri berasal dari kalangan generasi muda (riset Yahoo Indonesia 2009) yang merupakan kelompok rentan terhadap HIV dan AIDS. Kemajuan teknologi dan Kemudahan mengakses dimanapun telah membawa perubahan dinamis dimana informasi bisa diperoleh setiap waktu dan setiap tempat
Berikut adalah situasi Epidemi HIV di Indonesia Data kementrian kesehatan Laporan triwulan 4, tahun 2011 dan triwulan 1 tahun 2012.
Tahun 2011
1) Jumlah kasus HIV Bulan Januari sampai dengan desember pada tahun 2011 yang dilaporkan 15.589 kasus. Dengan kelompok umur 25-49 tahun (11.485 kasus), diikuti kelompok umur 20 – 24 tahun (2.338 kasus). Sedangkan jumlah kasus HIV pada kelompok umur < 4 tahun dilaporkan sebanyak 420 kasus.
2) Jumlah kasus AIDS Bulan Januari sampai dengan desember pada tahun 2011sebanyak 1.805 kasus, dengan kelompok umur 30 – 39 tahun (33,2 %), kelompok umur 20 – 29 tahun (30,9 %) dan 40 – 49 tahun (13,9 %).
Tahun 2012
1) Jumlah kasus HIV Bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2012 yang dilaporkan sebanyak 5.991 kasus. Dengan presentase kelompok usia, 25 – 49 tahun (75,4%), 20-24 tahun (15 %) dan > 50 tahun (4,8%).
2) Jumlah kasus AIDS Bulai Januari sampai dengan Maret 2012 yang dilaporkan sebanyak 551 kasus. Dengan presentase usia 30 – 39 tahun (35,2 %), 20 – 29 tahun (30,9%) dan 40 – 49 tahun (15,6%).
Kami kemudian berusaha mengidentifikasi persoalan yang selama ini ada di Indonesia bahwa ternyata Stigma dari masyarakat akan HIV masih sangat tinggi, sehingga masyarakat menjauhkan diri dari akses informasi dan layanan. Kemudian Belum meratanya Informasi HIV dan AIDS serta tempat layanannya dan Persoalan privacy masih menjadi issue yang sangat kuat di Indonesia.
Menurut OBS, justru disinilah tantangan terbesar dalam program penanggulangan AIDS di Indonesia. Di satu sisi, kita banyak menemui forum atau website yang berisi orang-orang yang pro terhadap penanggulangan AIDS. Di sisi lain, kita juga akan menemukan tidak kalah banyaknya forum dan website yang menebarkan stigmati dan diskriminasi terhadap komunitas terdampak AIDS ini.
OBS berpikir, jika selamanya pihak yang pro dan kontra ini berdiri dalam kungkungan tembok masing-masing, maka permasalahan HIV dan AIDS di Indonesia tidak akan pernah selesai. Di satu sisi, pihak yang pro sudah melakukan banyak upaya untuk menanggulangi permasalahan AIDS namun di sisi lain, pihak yang kontra pun tidak bisa sepenuhnya dipersalahkan karena mungkin saja mereka bersikap seperti itu karena kurangnya akses informasi yang sampai sehingga menimbulkan persepsi dan pandangan yang keliru.
Hal-hal ini hanya bisa dipecahkan jika kita semua bisa berkumpul dalam sebuah ruang ngobrol santai sehingga masing-masing pihak bisa belajar dari pihak lainnya. Dengan menulis, berkomentar dan ngobrol di OBS, akan terjadi pertukaran informasi sehingga harapannya stigma dan diskriminasi kepada permasalahan AIDS yang sifatnya terjadi karena kurangnya informasi yang tepat kepada masyarakat terkait permasalahan AIDS perlahan-lahan bisa menghilang.
Picture by www.odhaberhaksehat.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar