Aku memutuskan untuk datang
ke sana tepat 24 hari setelah hari penangkapannya. Belum pernah sebelumnya aku menyambangi seseorang
yang dekat secara personal di dalam penjara. Aku pernah sekali diajak Abet
untuk membesuk salah seorang kawannya di polsek Pamulang, Itupun hanya
sebentar. Polsek Pamulang ternyata bukan tempat yang nyaman dan bersih.
Sehingga asumsiku sama, semua polsek sama kondisinya.
Meski aku tahu ini adalah hari sabtu
dan bukanlah hari besukan aku memberanikan diri untuk datang. Sebelumnya aku
memutuskan untuk pergi ke supermarket untuk membeli beberapa makanan
kesukaannya yang aku tidak tahu apakah bisa sampai ke tangannya. Meskipun saat
itu aku sudah lulus sekolah, aku masih sering merasa tidak memiliki kuasa atas
keputusan keputusanku sendiri. Sehingga pergi ke polsek Kebayoran Lama menjadi
tantangan baru. Sepanjang jalan aku cemas, apakah aku akan berhasil menemuinya?
Apakah aku diijinkan untuk memegang tangannya? Apa yang harus kukatakan
kepadanya? Pikiran pikiran it uterus menghantuiku hingga tidak terasa angkot
D.01 berhenti persis di depan kantor polisi.
Baca cerita sebelumnya di sini
“Selamat Pagi, ada yang bisa saya
bantu?” Seorang polisi dengan tegas menyambutku.
“Pagi pak, hmm.. saya mau membesuk
orang. Bisa ga ya?” aku mengajukan pertanyaan yang sudah kuketahui jawabannya
dan dengan jelas polisi tersebut menjawab
“Oh mohon maaf ini hari Sabtu. Hari membesuk
adalah hari Kamis”
“Kalau begitu, saya boleh titip aja
pak ada sedikit makanan untuk orang yang mau saya besuk?”
“Bisa mbak, boleh masuk ke dalam aja
nanti lapor lagi dengan petugas yang ada di dalam”
Dengkulku lemas, aku tidak bisa
bertemu dengan Abet.
“Selamat Pagi pak, saya tadi udah
lapor sama pak polisi yang di depan. Mau titip makanan untuk teman saya yang
ada di dalam. Abet namanya.”
“Wah hari Kamis aja datangnya. Kalau
sekarang kan ga bisa ketemu langsung. Adik pacarnya ya?” Berbeda sekali dengan
ketegasan polisi di pos depan, polisi yang ini lebih ramah meskipun aku tidak
suka dengan nada menggodanya.
“Hari kamis saya kuliah pak. Gak bisa.
Saya titip aja boleh ya”
“Ya ya boleh. Sebentar”
Lalu polisi tersebut memanggil petugas
lainnya dan menyampaikan maksudku. Lalu aku menyerahkan sekantong makanan di
dalam plastic alfamart tersebut. Petugas itu menjauh meninggalkanku, aku bisa
melihatnya masuk ke satu bagian dengan teralis besi yang kuketahui dengan
istilah penjara.
“Bet! Abet.. nih pacarnya kirim
makanan!”
Gila pikirku dalam hati, Abet pasti
kesal sekali aku datang. Ditambah lagi dengan sang polisi memberi bumbu dalam
panggilannya. Tak lama aku melihat sebuah tangan menjulur dasi selah teralis
besi meraih plastic alfamartku. Itu tangan Abet. Aku menunduk tak kuasa ingin
menangis sampai aku melihat tangan itu kembali masuk ke dalam tanpa sepatah
kata terucap. Aku mengucapkan terima kasih dan pergi meninggalkan Polsek
Kebayoran lama dengan hampa.
Bersambung.
Bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar