Beberapa hari yang lalu saat menjelang berbuka puasa saya terfikir untuk berbuka dengan roti bakar. Saya membayangkan lumeran cokelat mesis dan roti yang garing masuk ke dalam mulutku. Karena alasan efisiensi, saya kemudian meminta bapak ketua RW 02 di kelurahan Sumur Bandung yang merangkap sebagai suami saya untuk pergi ke Purimas membeli roti tawar. Purimas adalah pusat produksi roti, kue dan jajanan pasar di kota Bandung yang letaknya tidak jauh dari rumah kami.
Kenapa saya lebih memilih untuk membeli roti tawar saja? karena di rumah kami sudah punya mentega, setoples mesis dan saya baru saja mendapat pinjaman alat panggang roti. Sehingga terbesitlah ide membuat roti bakar untuk menu berbuka puasa.
Biasanya, sebelum pandemi covid ini saya adalah orang yang paling rajin untuk urusan belanja. Mau belanja sayur mayur atau daging ke pasar, belanja ke minimarket, warung kelontong atau apapun yang bersifat jual beli. Saya biasanya akan sangat agresif mengatakan "AKU AJA YANG BELI". Tapi, empat puluh hari di rumah membuat saya mengurungkan niat untuk keluar. Hanya beli satu dua item saja, biarlah suami. Lagipula ini kan roti tawar mana mungkin ada kesalahan.
Setibanya suami di rumah dan saya hendak membuat roti tawar tersebut, saya melihat sebuah keanehan. Saya mencoba meyakinkan diri, mungkin saya salah. Tapi.. ah tidak mungkin masa sih ini roti bentuknya begini. Mau tau apa yang terjadi? ROTI TAWARNYA BELUM DIPOTONG, belum diiris iris menjadi helai demi helai roti tipis yang bisa kita langsung oleskan dengan mentega. Marah, sedih dan kesal sama suami karena ga teliti dalam membeli tidak mungkin saya luapkan menjadi sebuah omelan khas emak emak karena 45 menit lagi waktu berbuka puasa. Selain saya harus menghemat energi, sebaiknya saya fokus ke bagaimana saya bisa memotong roti ini dengan pisau yang seadanya.
Hal hal seperti ini adalah satu dari kisah cinta dalam perjalanan pernikahan kami enam tahun ke belakang. Ada hal hal yang tidak bisa kita hindari akan terjadi kesalahan atau kesalahpahaman. Sehingga komunikasi sangat dibutuhkan. Bukan sembarangan komunikasi, tapi kombinasi dari komunikasi yang hangat dan penuh pengertian plus.. nalar berfikir yang logis tentang apa yang disampaikan oleh kita atau pasangan. Sehingga, tidak akan terjadi membeli roti kotak seperti yang saya alami.
Memaklumi kesalahanpun menjadi hal yang wajib untuk dimiliki oleh setiap pasangan. Kemampuan untuk memaklumi dan saling memaafkan inilah yang kadang menjadi pemicu kegaduhan di rumah tangga dan tidak jarang berujung pada perceraian. Alhamdulilah, meski ga sempurna sempurna amat. Saya dan suami berusaha terus mengupgrade cara kami berkomunikasi dengan cinta.
Jadi, buka puasa pakai apa ya hari ini? Pastikan kalian ngobrol dengan keluarga atau pasangan ya keingingannya supaya ga salah paham. hehehe. terima kasih sudah membaca. Stay safe at house! love you all!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar