Uni dan Mama matanya tampak sembab,
sang ayah rupanya tidak berniat menemuiku karena mungkin aku juga dianggapnya
membuat kondisi kecanduan Abet akan narkoba tidak kunjung membaik. Dan hal itu patut
dibenarkan, sejak kejadian dua tahun sebelumnya aku menemukannya sedang
menyuntikan putaw ke lengannya, aku tidak pernah melarangnya. Dengan alasan
tidak ingin ribut, aku memutuskan menerima segala kekurangannya dan apapun yang
ada dalam dirinya.
“Pagi itu, jam setengah delapan Abet
pamit mau keluar sebentar. Dia masih pakai celana tidur dan kaos. Tanpa pakai
jaket, dia pergi naik motor. Handphone dan dompet dibawanya, nampak terburu
buru. Kami tahu dia akan pergi sama anak – anak dan kamu untuk berenang kan
hari itu. Sampai kemudian sekitar pukul Sembilan kami ditelfon oleh polisi yang
menyampaikan bahwa Abet ditahan di Polsek Kebayoran Lama”
Air mata ibunya menetes sembari
perlahan menceritakan kembali kejadian hari itu.
“Polisi bilang, mereka sudah lama
mengintai area pinggiran rel di Tanah Kusir. Begitu banyak Bandar narkoba di
sana yang sudah menjadi target operasi…”
Sebelum sang ibu melanjutkan
ceritanya, aku teringat sehari sebelumnya aku berada di tempat itu. Pinggir rel
kereta tanah kusir. Kini aku tahu apa yang Abet lakukan selama ini di tempat
tempata itu. Aku juga kini tahu, kenapa dia tidak ingin aku dekat dengan area
tersebut dan meninggalkanku jauh dari radarnya. Karena dia sedang membeli
narkoba pada sang Bandar.
Baca cerita sebelumnya di sini
“… Bandar narkoba tempat Abet membeli
putaw adalah salah satu target operasi yang telah lama diintai oleh polisi. Sayangnya
pagi itu Abet apes. Polisi sedang bersiap melakukan penangkapan pada si Bandar
dan Abet datang untuk membeli. Selesai bertransaksi, sang Bandar terburu buru
keluar dari kos kosan kecil itu dan meninggalkan Abet yang sama sekali tidak
tahu bahwa dia sedang dalam bahaya. Keluar dari pagar, sekelompok polisi
langsung menyergapnya. Warga yang marah hampir mengeroyok tapi ditahan oleh
polisi. Abet langsung dibawa ke polsek Kebayoran Lama karena TKP masuk ke
wilayah tersebut.”
Aku kini membayangkan wajah Abet di
dalam sel kecil di dalam polsek. Meskipun aku tidak tahu persisnya bagaimana
kondisi di sana, tapi aku masih tidak yakin perasaan apa yang kurasakan hari
ini dan bagaimana aku harus menyikapi ini semua.
“Kami semua langsung menuju polsek
Kebayoran Lama sesaat setelah mendapat telfon dari polisi. Muka Abet lebam
lebam, sepertinya dia mendapat beberapa pukulan entah dari warga, polisi atau
teman satu selnya. Abet tampak acuh dan menyembunyikan perasaannya pada kami.
Lalu saat para polisi meninggalkan kami Abet secara singkat meminta maaf dan
meminta tolong kepada kami untuk segera membersihkan beberapa titik di rumah
yang tenyata adalah tempatnya menyimpan alat suntik, ganja dan beberapa items
lain yang bisa memberatkannya di persidangan nanti. Beberapa hari lalu polisi
memeriksa seluruh bagian rumah dan menginterogasi kami semua.”
Sehari itu aku memutuskan untuk
menjadi pendengar yang baik dan berempati pada keluarga ini. Dan di dalam
pikiranku aku memikirkanmu Bet.. kata katamu di pinggir danau saat itu.. “Hanya
tiga yang bisa membuatku berhenti pake narkoba yu, Polisi, Tuhan dan Kamu”.
Sekarang polisi menjadi yang pertama.
Bersambung.
Bersambung.
Gue suka ending tulisan yang ini. Ngekick banget...
BalasHapusgw sampai hari ini masuh suka merinding kalau ingat statement dia. Semuanya didenger sama Tuhan. OH GOSHH!!!
Hapus