“Uni, ada Abet?” Tanyaku kepada kakak
perempuannya yang menjawab telfon. Suaranya terdengar aneh seperti orang yang
habis menangis, tapi aku mengacuhkan perasaanku dan tidak mau ikut campur.
Barangkali Uni memang sedang ada masalah. Namun aku terkejut dengan jawabannya
“Yu, maaf ya… Abet mendadak diminta ke
Padang. Baru saja berangkat” lalu Uni meminta maaf dan mengakhiri pembicaraan
telfon kami.
Aku terduduk lemas teringat kejadian
tahun lalu saat Abet pergi meninggalkanku. Apakah dia kembali meninggalkanku?
Apakah dia kembali membutuhkan waktu untuk berjarak karena narkoba kembali
menganggu hidup dan pikirannya? Apakah perempuan itu kembali datang dan
membawanya pergi? Ada banyak pertanyaan yang bercokol di kepalaku dalam
sepersekian detik setelah ku tutup telfon dari Uni. Dan pertanyaan terbesarnya,
kenapa dia tidak memberiku kabar sama sekali.
Baca cerita sebelumnya di sini
Sampai tujuh hari berlalu aku tidak
mendapatkan kabar barang sedikitpun darinya. Tidak telfon ataupun sms. Aku juga
tidak memaksakan diri untuk menelfon terus menerus ke rumahnya karena aku
merasa sia sia jika harus menanyakan alasan kenapa Abet pergi dengan tiba –
tiba. Aku khawatir aku hanya akan menimbulkan masalah bagi dirinya. Tak lama
aku memikirkan apa yang terjadi, telfon rumahku berdering.
“Halo, Ayu..” suara Uni di ujung
telfon.
“Ya Ni, ini Ayu…”
“Maafin Uni dan Mama ya. Seminggu yang
lalu kami bohong sama kamu.”
“Bohong gimana Ni? Ada apa ya? Apa ada
hubungannya sama Abet?”
“Iya, waktu Ayu telfon itu Uni bohong
sama kamu karena Uni panic. Mama dan semua juga sedang bingung. Kami ga bisa
langsung cerita sama kamu.”
“Ada apa ya ni? Abet baik baik aja
kan?”
“Yu.. Abet dipenjara. Dia ditangkap
dan tertangkap tangan membawa narkoba. Sudah seminggu dia di polsek Kebayoran
Lama”
Aku tidak bisa berkata apa apa, aku
terduduk lemas dengan telfon yang tergantung dengan suara uni yang memanggil
manggil namaku.
Bersambung.
Bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar