Pada satu kesempatan aku sangat penasaran
dan merindukannya, sehingga aku ku putuskan untuk main ke rumah kawan yang
lokasinya tidak jauh dari rumahnya di komplek yang sama. Lalu kemudian, kami
hanya duduk seharian di teras rumah sambil memandangi jalan. Konon setiap pukul
empat atau lima sore Abet akan melewati depan rumahnya dengan menggunakan sedan
putih milik perempuan itu mengajak anjingnya jalan jalan. Sebuah aktifitas yang
aneh, mengajak jalan jalan tapi menggunakan mobil.
Dan benar. Aku melihatnya, menggunakan
mobil sedan putih tanpa perempuan itu hanya bersama anjingnya. Sejak saat itu
aku memutuskan untuk menyerah dan tidak membuang energiku. Aku menyudahi
perasaanku yang berbunga bunga sejak pertama kali berjumpa dengannya di bioskop
kala itu.
Baca Cerita sebelumnya di sini
Hari hari selanjutnya, aku fokus pada
kegiatan kegiatanku di sekolah. Aku sempat mendengar kabar bahwa dia kini
tinggal di Bali dan bekerja sebagai penyiar radio. Ah apa urusanku, aku sudah
tidak perlu capek capek memikirkannya. Aku kemudian fokus untuk mengurus
organisasi di sekolah karena akhirnya aku terpilih menjadi ketua OSIS di SMA.
Sebuah prestasi besar yang pernah ku sandang.
Aku menjadi ketua OSIS pertama yang
tidak berprestasi. Karena standard yang diberikan oleh sekolah begitu tinggi,
aku jadi geram dan agak kewalahan. Lantas aku ingin membuktikan bahwa semua
orang berhak dan bisa untuk mendapatkan kesempatan berorganisasi. Kemauan dan
kemampuan berorganisasi tidak selalu berbanding lurus dengan nilai akademis
bukan? Maka sejak saat itu, pikiranku yang kosong dan penuh dengan bunga bunga
cinta perlahan teralihkan dengan kegiatan OSIS dan ekstrakurikuler.
Aku juga kembali dekat dengan cinta
pertamaku semasa kecil yang tentunya kini sudah dewasa. Cinta yang selalu
bersemi di bulan Ramadan, di waktu teraweh. Laki laki ini kukagumi sejak aku
duduk di bangku sekolah dasar. Tentu saat itu hanya cinta monyet saja yang
kurasakan. Tapi karena kami bertetangga dan hanya berbeda RT, maka kesempatan
untuk bertemu begitu mudah dan sering. Sayangnya saat itu aku masih kkecil
sekali, tak mungkin aku cinta cintaan layaknya orang dewasa yang menyatakan
rasa sukanya.
Tapi kali ini berbeda. Aku sudah kelas
dua SMA, aku sudah punya kemandirian berfikir dan hak untuk menentukan apa yang
baik bagiku. Maka saat berkesempatan untuk dekat dengan laki laki ini rasanya
seperti mimpi yang jadi nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar