Hubungan ini tidak kemudian menjadi
selalu sesuai dengan harapan.
Suatu hari setelah beberapa bulan kami
memulai hubungan, dia menghilang. Saya tidak bisa menghubunginya di rumah
karena orang orang yang menerima telfonnya selalu bilang bahwa Abet tidak di
rumah. Aku entah kenapa sungkan untuk datang ke sana dan memeriksa langsung
keberadaanya sampai suatu hari ada telfon bordering di rumahku.
“Aku di depan gang. Tolong bawa semua
buku yang kamu pinjam. Jangan ada yang tertinggal”
Aku yang berhari hari menunggu penuh
harap menjadi kesal karena nada suaranya begitu ketus dan memberi perintah.
Apakah dia tahu aku begitu merindukannya. Tapi ternyata harapanku memang sudah
pupus saat kuhampiri dia di ujung gang rumahku.
Dia bersama seorang perempuan,
menggunakan mobil sedan putih. Perempuan itu ada di dalam mobil bersama seekor
anjing yang kepalanya menjulur ke luar jendela. Hatiku langsung ciut, sedih
kecewa dan bertanya Tanya. Siapa perempuan itu? Kenapa dia harus ke sini dengan
perempuan lain? Mengapa tatapannya tidak bersahabat dan gesture tubuhnya tidak
nyaman?
Dia berjalan menghampiriku dan
menjulurkan tangannya meminta buku bukunya yang kupinjam. Tanpa berkata apa apa
dia kembali ke dalam mobil. Lalu perempuan itu keluar dari mobil dan berkata “Abet
ga usah dicari – cari lagi ya”.
Perempuan itu tinggi, badannya nyaris
sempurna untuk ukuran perempuan Indonesia kebanyakan. Dia menggunakan kaos
putih, rok mini ketat. Ada tato cicak di pergelangan kakinya. Aku tidak
membalas perkataanya, aku merasa tidak perlu berkata apa apa. Sambil menahan
tangis aku merelakan mereka pergi. Mobil sedan putih itu menjauh dari
pandanganku, meninggalkanku sendirian dengan tanda Tanya.
Bersambung.
Bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar