Opie : hei, gimana renangnya tadi?
Aku : Capek hon. Anak – anak tadi
bikin kesel. :(
Opie : Bikin kesel kenapa? Kan
harusnya have fun.
Aku : Gak apa. Biasa, iya have fun kok
:) Kamu lagi apa?
Opie : baru pulang dari bengkel. Capek
juga. Kita pasti sama sama lagi rebahan.
Aku : Iya. Aku lagi ngomong sama
tembok dan langit langit nih.
Opie : Aku tahu, pasti lagi ngomongin
aku ya.
Lega rasanya karena berkirim pesan
singkat dengan laki laki ini memang selalu menjadi ritual baru yang
menenangkanku. Opie sangat perhatian dan begitu dewasa. Rasanya dia orang yang
cukup bertanggung jawab dan sangat perhatian. Dia juga ga berpura- pura dalam
menyampaikan isi hatinya, meskipun sampai sekarang dia memang belum pernah
menyatakan cinta atau rasa sayangnya. Yah sebutan Honey saja mungkin sudah
pernah dia sematkan pada perempuan lain yang mungkin pernah berlabuh di hatinya
bukan? Eh kenapa pikiranku jadi buruk gini pada Opie. Saat sedang asik berkirim
pesan dengan Opie, terdengar dering telfon rumah berbunyi.
Pengasuh adikku masuk ke dalam kamar “Mbak
Ayu, ada telfon dari Abet?”
Aku yang sedang rebahan sambil senyum
senyum langsung bangun sampai nyaris terjatuh karena tubuhku terasa oleng. “duh,
dari siapa mbak?” Tanyaku meyakinkan diri. Jawabannya Abet. Aku langsung
bangkit dari kasur, membuka pintu kamar dan melangkah tergesa menuju ruang
tengah. Gagang pesawat telfon sudah di tangan tapi belum ku letakan di telinga.
Aku masih mencoba berfikir apa lagi yang mau dibicarakan orang ini.
Di kolam renang sore tadi, kami
sebenernya tidak melakukan apa apa. Dia hanya menyapaku lantas kemudian teman –
temanku datang mengganggu. Dia kemudian mengurungkan niatnya untuk bicara.
Sebelum pulang lebih dulu, dia sempat menghampiriku dan memberiku selembar
kertas yang bertuliskan ‘nanti malam aku telfon ya’. Kertas itu langsung aku
buang ke tempat sampah karena aku berfikir dia tidak akan benar benar
menghubungiku.
“Halo”
“Judes amat mbak”
“Enggak ah biasa aja. Mau ngapain?”
“Mau minta maaf”
Aku tidak menyangka dia langsung
menyampaikan itu padaku. Aku jadi bingung harus menanggapinya seperti apa.
“Gak usah repot – repot. Aku sudah
lupa kamu salah apa”
“Itu artinya masih inget. Aku minta
maaf ya. Aku mau jelasin sama kamu, kamu ga tau kondisiku gimana waktu itu”
“Gak usah dijelasin gak apa apa. Aku
udah gak apa apa sekarang”
Rasanya aku ingin berteriak padanya
bahwa Aku sudah sama Opie sekarang. Kenapa dia tiba tiba datang lagi dan
menganggu hidupku. Kenapa dia datang lagi dan meminta maaf, harusnya dia tahu
itu kelemahanku aku tidak bisa tidak memaafkan orang lain.
“Aku mau minta maaf dan menjelaskan
sama kamu tapi aku ga bisa ngomong detailnya di telfon. Harus ketemu langsung,
jadi aku bisa lihat apakah benar kamu sudah gak apa apa”
Pada detik itu aku merasa bahwa
perasaanku padanya belum hilang. Gawat nih.
Bersambung.
Bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar