Are we do something back then? No. Indonesia
cenderung masih sangat nyantei sampai pada bulan Maret ada dua orang Indonesia
yang diketahui terinfeksi Corona. That’s make a big scene after that. Indonesia
tiidak melakukan lockdown seperti yang dilakukan oleh banyak Negara besar
lainnya. Don’t know why. Tapi pemerintah menerapkan beberapa cara seperti work
from home untuk beberapa pekerja dan seluruh warga termasuk meliburkan
aktifitas pendidikan sampai meniadakan ujian nasional serta menerapkan test
massal di seluruh wilayah.
Hingga tulisan ini dibuat, kami (saya, Malika
dan Febby) tidak bepergian kemanapun jika tidak benar – benar urgent. Dan hari
ini adalah hari ke dua puluh. Saya hanya tiga kali bepergian, dua kali ke pasar
dan satu kali ke supermarket. Ketiga perjalanan itu fokus untuk membeli
kebutuhan makanan dan kami hidup sehari – hari. We are not panick buying karena
semua kebutuhan so far kelihatannya masih sangat aman. Hanya yang agak
kesulitan mencari masker, sarung tangan dan disinfektan. Tentunya kami tidak
benar – benar membutuhkan benda – benda tersebut karena kami tidak bergejala.
Tapi penting untuk punya spare agar kemudian jika benar – benar membutuhkan
kami akan gunakan sebagai bentuk proteksi.
Selama dua puluh hari kami bertiga berusaha
tetap menjaga kondisi kesehatan fisik dan mental. Meskipun di hari ke 16 saya
menyerah dan kelelahan dengan semua informasi dan berita yang saya baca serta
lihat setiap hari. I have to process all that in my freezy brain yang ga dipake
buat ngapa – ngapain selama dua minggu sebelumnya. Jadi di hari ke enam belas
saya memutuskan bukan hanya melakukan social distancing dengan orang banyak
secara nyata tapi juga secara online. Saya log out semua akun social media yang
paling sering saya gunakan seperti facebook, twitter dan Instagram. Yes I know
its super hard. I almost cry everynight karena kepala saya gak berhenti untuk
berfikir tentang kapan semua ini akan berakhir?. But it feels much better
setelah saya menutup semua akun socmed saya untuk sementara dan hanya membalas
pesan atau menerima telfon untuk kepentingan yang super urgent.
Malika juga harus berhadapan dengan situasi yang
sama. Sudah dua puluh hari dia tidak bersekolah dan belajar di rumah saja. I
know its been hard also for her but thanks to digitalization that makes her
close to friends and other family. Saya juga memutuskan untuk tidak terlalu
serius dan memaksa dia belajar mati – matian setiap hari karena kondisi itu
mungkin akan membuatnya tertekan. Sehingga dalam satu minggu, Febby dan Malika
memutuskan untuk berjalan di pagi hari berkeliling Bandung, tentunya dengan
menggunakan masker dan saat jalanan masih sangat sepi. Serta memberinya jeda
untuk menonton televisi atau youtube dan Netflix lebih sering setiap selesai
belajar. I hope she’ is okay than after this all done.
Its been hard also for me to coping my emotional
situation. Sehingga saya berusaha menyibukan diri terus menerus dengan
menggambar mandala, masak, membereskan rumah dan membereskan banyak hal yang
gak pernah saya lakukan lagi sebelumnya. Saya berharap, mulai hari ini saya bisa
menulis satu cerita setiap hari di blog agar kepala saya ga berdebu berdebu
amat dan tetap bisa berfikir dengan jernih. I don’t what to say anymore than a
pray hope everything will be better soon. I hope you’re all okay. Stay safe at
your own home, kalau memang harus tetap masuk kerja dan beraktifitas please do use
your mask dan berhati hati selalu. My pray to you all and for all people in the
world. Peace!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar