The memories that I want to keep forever. Satu kalimat
itu tiba tiba terbesit di kepalaku pagi ini. Yup, the moment when you’re all alone
and have no one, you gonna miss so many thing. Tahun ini merupakan tahun dengan
angka yang sangat bagus, 2020. Sometimes, when I write it down or just even
think about it.. saya ga kepikiran bisa hidup sampai hari ini di tahun yang
cantik itu dalam kondisi sebaik hari ini.
34 tahun lalu saya tentunya tidak ingat sama sekali
moment saya dilahirkan ke dunia, tapi setiap saya ingat bahwa saya masih hidup
sampai saat ini tentunya itu membuat saya bersyukur. Bahwa ada kedua orangtua
serta kakak adik dan orang orang terkasih saya yang masih menyayangi diri ini
dengan sepenuh hati.
19 tahun lalu, saya tidak pernah membayangkan akan
bertemu seorang pria yang akan mengubah hidup saya selamanya. Pria yang
meskipun kini raganya telah mati, jiwanya tetap hidup di dalam hati dan pikiran.
Orang yang mengenalkan saya akan keberanian menjalani kehidupan serta tidak
melupakan kerendahan hati di dalamnya juga. Abet pria yang mungkin jauh dari
kata sempurna, selalu sempurna di dalam hidup saya. Dia menyempurnakan hidup
saya dengan akhirnya menjadi sahabat sehidup semati saya. Menikahi saya dan
bersama sama kami akhirnya memiliki anak paling luar biasa di dunia yang saya
lahirkan 12 tahun lalu. Malika, anak yang kini menjadi sumber kekuatan saya
untuk tetap bertahan menjalani kehidupan yang meski saya sadar semakin membaik,
tapi tentunya tetap memiliki kerikil dan aral rintang yang seru setiap harinya.
Malika kini tumbuh menjadi seorang remaja yang ceria
dan menjadi dirinya sendiri. Dengan segala kekurangan dan kelebihan saya
sebagai seorang ibu, Malika dapat mengimbangi itu semua dengan menjadi anak
yang kooperatif. I never imagine that she will grow up to be like a super wise
girl and I really thank her for that.
11 tahun yang lalu saya bahkan tidak pernah meminta untuk
diberi cobaan yang begitu dahsyat oleh Yang Maha Kuasa. Namun rencanaNya tidak
akan pernah bisa kita elak. HIV kemudian menjadi bagian dari kehidupan saya dan
selamnya sudah tidak pernah saya sesali. Saya tahu semua kata ‘andaikan’ tidak
akan lagi bisa mengembalikan waktu dan keadaan sehingga yang bisa saya lakukan
saat ini adalah terus maju ke depan dan melanjutkan kehidupan. Meski HIV
kemudian mengambil Abet dari kehidupan saya selamnya, HIV juga yang kemudian merapihkan
kembali benang - benang kehidupan saya yang super ruwet dan berantakan. HIV
membuat hubungan saya dan kedua orangtua membaik. HIV membuat saya lebih
menyayangi saya dan keluarga. Dan HIV pula yang membuat saya serta Malika
akhirnya menjadi lebih kuat setiap harinya.
Sampai saya pikir, hidup saya akan selesai di sana. I
will just living with HIV, taking care of my daughter and fight for human
rights be a true activist. Oh no, the universe send me a good person, a man who
really honest, kind and balancing my life.
Who tought I’m gonna meet my savior after all the mess
I made in life. All the HIV issue, sadness and pain. Setelah semua yang saya
lalui ternyata alam semesta masih mempercayai saya untuk mendapatkan teman
untuk melanjutkan kehidupan. 7 tahun mengenal pria ini kemudian menjadi hal
paling baik yang pernah terjadi dalam kehidupan saya. Setahun berkenalan dan
enam tahun menikah dengannya, the best way to be a better person I guess. Dia
tidak pernah mengatur cara saya berfikir atau mengubah saya menjadi apa yang
dia mau. He let me be myself. Febby laki laki yang mungkin tidak romantic, tidak
pandai berkomunikasi, hidup kami 180 derajat berbeda. Tapi semua perbedaan
tersebut membuat saya belajar dan berdamai untuk hidup lebih baik bersama teman
hidup saya. Yang bersamanya saya kembali diberi percayaan untuk mengandung
seorang bayi laki laki hebat yang sekuat tenaga bertahan bersama sang ibu
selama 37 minggu 40 jam di tahun 2017. Meski dia memutuskan untuk patuh pada
kehendak semesta dan meninggalkan kami selamanya, saya tetap bersyukur untuk
bisa mendapat kesempatan berharga itu. Oh Cintaku Sir Miguel Arkananta
34 tahun rasanya begitu cepat, setiap frame kehidupan yang
dilewati memberikan cerita yang kacau sekaligus menyenangkan untuk selalu
diingat. Dan saya tidak ingin menghapusnya. Semua rasa senang, sedih, luka,
marah, tawa dan bahagia. Mereka semua adalah bagian dalam kehidupan yang
menjadikan saya seperti hari ini. Yang kuat menghadapi setiap badai, namun
berani berhenti jika lelah atau takut, tapi kemudian menghargai setiap proses
dengan memberikan ruang pada setiap emosi yang lahir.
This is the memories that I want to keep forever. Mengingat
setiap kejadian dan cerita dengan hati yang lapang. Orangtua dan kakak adiku,
Abet my soulmate, Febby my savior also Malika & Miguel my life. Mereka adalah
hal paling baik yang pernah terjadi dalam kehidupanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar