Disclaimer
: Tulisan ini mengandung misuh – misuh dan kesedihan dengan curhatan yang
mungkin menyebalkan bagi beberapa orang. But you know, this is my blog. So,
enjoy ya! Happy reading!
Selama
hidup ada banyak banget hal yang sering menganggu pikiran dan keteguhan hati
kita. Hal hal yang membuat mulut berlekuk terbalik, mata enggan memandang
cermin, air mata mengalir deras tanpa aba – aba, sampai hembusan nafas kencang saat
sadar bahwa selalu ada yang salah. Kita jadi gak percaya sama diri sendiri. Semua
benteng keyakinan yang susah payah kita bangun runtuh seketika.
Dari
keluarga, masyarakat sampai diri sendiri sering lupa bahwa kita nih terlahir
sempurna dengan segala ketidaksempurnaan yang kita miliki. Hal itu saya rasakan
betul setelah menonton film Imperfect yang berhasil membuat air mata saya
mengalir deras di kursi pojok atas bioskop. Bahkan saya harus menyembunyikan
tangisan di sudut ruang tergelap yang sudah jelas ga keliatan saat film sedang
diputar.
Rara
terlahir dengan postur gemuk, berkulit hitam, dan berambut keriting. Selalu
dibandingkan dengan sang adik yang tinggi, berkulit putih dan lebih terlihat
menarik di mata orang lain. Sang ayah kemudian selalu memberi pengertian kepada
sang kakak sementara sang Ibu terus mendorong kedua anak perempuannya untuk
tampil sempurna sebagai anak perempuan. Karena bagi sang ibu, yang dilihat dari
seorang perempuan pertama kali adalah penampilannya. Berbagai konflik yang umum
terjadi pada keseharian kita muncul dengan sangat sederhana dalam film ini.
Yang sampe terus membuat saya berkata dalam hati berulang – ulang “sialan, gue
banget!” atau “huhuhu.. gue setuju sama pendapat ibunya”.
Saat ini berat
badan saya melonjak drastis pasca melahirkan Miguel, angka 67kg melesat jauh
dari sebelumnya 45kg. Semua orang yang bertemu dengan saya berkata “GEMUK
banget lo sekarang yu!” atau ada juga sih yang menghalus-haluskan “Seger banget
yahhh kamu sekarang. Olahraga dong, biar seger tapi ga begini amat”. Bukan
hanya orang – orang yang berada di lingkaran luar, tapi keluarga terdekat
seperti ayah ibu yang kemudian setiap kali saya pulang berkata “Ya Allah kak,
Tu Body” atau suami yang sekarang punya panggilan sayang kepada saya “Gembloott,
I love you”.
Mungkin ga
ada satupun orang yang sadar bahwa setiap saya melihat ke dalam diri, ini bukan
hanya soal perubahan berat badan. Tapi ada memori tentang kematian, kesakitan
dan kehilangan yang harus saya jalani dan saya tebus sebelum akhirnya hormone stress
merusak semua dan membuat saya menjadi gemuk. They don’t see the pain, they
only see what they see outside. The new fat brave women!
Namun saya
tidak mau terbawa perasaan karena persoalan kegemukan ini. Menyembuhkan PTSD
akibat malpraktik yang dilakukan dokter obgyn saja susahnya setengah mati. Saya
memilih fokus untuk terus melangkah ke depan dan menerima banyak hal dengan
lapang dada. Saya fokus pada apa yang perlu saya lakukan sebagai ibu untuk anak
saya, sebagai penggiat isu HIV dan sebagai bagian dari masyarakat.
Tapi
emangnya bisaaa kita ga stress saat tiba – tiba gemuk gini? Ya stresss lah
Gila! Ahahahahaa.. Saya mulai menggunakan kaos-kaos milik suami yang ukurannya besar,
membeli celana legging yang tentunya ga membutuhkan size tertentu. I did
everything to continue life dan semuanya melelahkan.
Rara cukup
beruntung karena upaya yang dia lakukan untuk mengubah kondisinya berhasil. I will
not describe it, its gonna be spoiler. Tapi, ada banyak sekali tantangan di
luar sana tentang akses kemampuan membeli makanan sehat, sarana olahraga bahkan
waktu yang harus kita keluarkan. Ada banyak sekali orang yang gak bisa
melakukan itu. Sehingga yang kita butuhkan kadang – kadang bukan perubahan
fisiknya tapi malah perubahan mindset untuk mulai menerima diri kita sebaik
mungkin. Karena yang tersulit tapi termurah adalah bagaimana kita belajar
mencintai ketidaksempurnaan yang ada dalam diri kita.
Rara juga
beruntung, karena ada Dika yang ada untuknya. Damn, its one in a million people
who can stand by your side in every condition like that. Meskipun ukuran hidup
setiap orang serta masalah yang dihadapinya ga bisa kita samakan dengan yang kita
miliki. Sekeras apapun kita mengejar kesempurnaan, kita juga pada akhirnya bisa
kehilangan semuanya. Jadi, kita ga bisa bandingkan hidup kita dengan hidup
Rara.
Saya, kamu
dan Rara bukan orang yang sama. Hidup dan permasalahan kita berbeda, Tidak bisa
dibandingkan siapa yang paling sulit atau paling mudah hidupnya. Kesamaan kita adalah
semuanya menghadapi lingkungan social dan budaya yang ga akan pernah bisa
selalu supportive, yang ga akan pernah bisa selalu sependapat dengan isi kepala
kita, yang mungkin akan melakukan hal – hal buruk pada kita jika kita Nampak berbeda.
Tapi kan melawan itu semua cakep banget, butuh waktu ratusan tahun untuk
mengubah sebuah budaya kalau kita gak mau mulai dari diri kita sendiri.
At the end
of the movie.. saya berfikir apa yang membuat ibunya rara bersikap sekeras itu
tentang kesempurnaan penampilan pada kedua anaknya ya?oh.. Ternyata sang ibu
juga punya luka yang tidak bisa diceritakannya. Di bagian sanalah kita semua akan melihat salah
satu efek domino dari cara kita memperlakukan orang lain. Luka dan trauma serta
kesedihan yang bertumpuk karena rasa tidak percaya diri dapat membusuk dan
membuat seseorang dapat tidak sadar juga melukai orang lain.
Hidup dengan
HIV selama hampir 11 tahun terakhir sudah cukup membuat saya setengah mati stress
menghadapi banyak hal baru setiap saat, baik ataupun buruk. Maka kemudian…
kegemukan, post traumatic syndrome disorder sampai less-privilage of life pelan
pelan saya hadapi... sampai hari ini. Saya gak mau lawan lagi semuanya terlalu
keras, karena rasanya lelah. Saya juga mau lari atau sembunyi lagi, I will let
my self talk and feel anything that I need to feel. Kalau terapis saya bilang,
semua rasa yang ada dalam diri harus saya olah sebaik mungkin. Jangan pernah
lari, hadapi meski itu sulit!
Bravo koh
Ernest! Imperfect have a perfect message for our society, for me and for all of
you! Kalian wajib nonton, ajak pasangan.. orangtua… juga anak – anak ataupun remaja
kalian juga kayaknya sih aman. Yuk kita ubah insecure menjadi bersyukur! Tapi pelan
pelan aja yah.. don’t push yourself too hard!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar