Warung ini
tidak berbeda dengan warung lainnya yang berjejer di pelataran parkiran area
pintu masuk taman nasional gunung gede pangrango. Cat kusennya berwarna biru
dengan deretan display minuman, mie instant serta nasi dan lauk pauk yang bisa
kita santap dengan lezat.
Perjalanan pertamaku
ke Gunung Gede berakhir dengan persinggahan di warung tersebut, tapi siapa
sangka bahwa dalam babak selanjutnya kehidupanku.. Abet dan saya memilih untuk
juga setia singgah ke warung sederhana tersebut setiap kali kami merasa penat. Bukan
hanya karena makanan – makanan super lezat dan aroma tempe goreng yang baru
matang diangkat dari minyak panas… tapi karena ada sesuatu dari warung
sederhana tersebut yang membuat kami merasa aman.
Pagi ini,
dalam pejaman mataku aku membayangkan kembali berada di warung tersebut.
Bedanya, tidak ada siapapun kecuali diriku sendiri di dalamnya. Tidak ada Abet,
tidak ada sepasang suami istri yang akan bertanya hendak makan apa kami hari
itu, juga tidak ada pendaki yang hilir mudik bersiap naik atau beristirahat
setelah turun gunung.