Beberapa hari lalu saya curhat panjang lebar di instagram story. Tentu saja karena curhatnya tentang hal sedih maka tidak saya simpan. Selain curhat di story, saya juga membuat beberapa keputusan yang bagi saya sebenarnya sangat tidak menyenangkan seperti menghapus bio atau profille di instagram beserta beberapa story yang saya highlight tentang HIV. Lho, ada apa sih? Pada dasarnya ini semua soal HIV HIV dan HIV. Saya terkadang berfikir, ini sudah sembilan tahun tapi saya masih terus bersembunyi dibalik selimut ketakutan saya sendiri. But yeah.. that's the pathetic life of being HIV positive person. Even saat saya sudah punya sejuta keberanian, masih tetap saja ada hal hal yang selalu saya pertimbangkan sebelum saya mengambil sebuah tindakan.
Kejadiannya semua bermula pada saat Malika, anak saya bercerita ada teman di sekolahnya yang bertanya "Malika, mama kamu HIV ya?". Rasanya detik itu dunia saya runtuh. Tapi saya tahu, saya ga bisa langsung tenggelam dalam reruntuhan itu dan harus segera mengambil sikap. Lantas saya langsung bertanya kepada Malika apa jawabannya "Yaaa.. aku terpaksa bohong. Aku bilang umi ku tidak HIV. Aku takut kalau teman - teman di sekolahku tahu, nanti kejadiannya seperti di berita - berita yang kita lihat".