Sumber : Wikipedia |
Kalau Makassar sudah tiga kali saya sambangi, ini kali pertama saya menginjakan kaki di bumi Sriwijaya, Palembang. Lho memangnya benar kerajaan Sriwijaya ada di Palembang? Itu salah satu alasan saya berangkat kota ini. Jeng jeng jeng! Hahaha enggak deng, maafkan ya. Jadi tujuan utama saya datang ke kota ni adalah dalam rangka puncak peringatan Hari AIDS Sedunia yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan. Hiks, kasian ya jalan - jalan sambil kerja. Biasanya orang mah pada seneng, tapi kalau saya agak merasa miris karena selalu travelling tanpa bisa mengajak keluarga dengan alasan penghematan. Nah trip ke Palembang kali ini sedikit diwarnai drama yang cukup bikin tubuh saya kelelahan. Sebelum masuk ke cerita, ngapain aja di Palembang. Saya ceritakan dulu drama nya dan tujuan pergi ke Palembang.
Setiap tahunnya Kemenkes menyelenggarakan peringatan HAS dalam rangka mengingatkan kembali kepada Masyarakat bahwa ada persoalan HIV AIDS yang menjadi isu penting untuk di selesaikan bersama. Bukan hanya menjadi persoalan di aspek kesehatan, melainkan seluruh aspek sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Tema yang diusung kali ini oleh Kemenkes adalah Saya Berani, Saya Sehat. Dimana penekanan promosi pemeriksaan HIV menjadi salah satu prioritas kementerian kesehatan dalam upaya menemukan sebanyak mungkin orang yang terinfeksi HIV, agar segera dapat ditekan pertumbuhan virusnya dan kembali menjalani hidup berkualitas dalam kondisi sehat dan tidak menularkan kepada orang lain. Memang sih setiap bulan Desember, kadang menjadi bulan paling memuakkan bagi saya karena HIV menjadi sorotan besar - besaran, namun kemudian dilupakan di hari lainnya.
Baca Juga Yuk : Hidup dengan HIV dan yang terjadi saat Desember menjelang
Launching Kampanye di Jakarta |
And the drama is begin, pihak yang mengatur perjalanan saya menuju ke Palembang sudah saya wanti wanti untuk memesankan tiket pesawat pada pagi hari dari Bandar Udara Husein Sastranegara langsung menuju Palembang di hari Senin, 4 Desember 2017. Komunikasi berjalan, semua tiket sudah di pesan dan dikirimkan kepada saya tanpa saya cek lagi dengan teliti tanggal keberangkatan. H-1 sebuah telfon masuk dari pihak yang mengatur perjalanan bahwa tanggal keberangkatan yang tertera pada tiket saya salah. Dipesan untuk hari Selasa, 5 Desember 2017. Saya pun terdiam dan bingung, lalu saya harus apa. Karena di hari senin saya sudah berjanji untuk membantu untuk mengikuti kegiatan workshop yang diberikan kepada teman - teman di Palembang. Upaya untuk mendapatkan tiket dari Bandung ke Palembang namun gagal total. "Mbak, jalan satu - satunya mbak naik pesawat dari Bandara Soekarno Hatta" begitu ucap pria di telefon. WHAT? Meskipun melelahkan.. singkat cerita, saya mengalah dan berangkat dari Bandung pada dini hari, lalu naik pesawat dari Tangerang menuju Palembang.
Baca Juga Yuk : Hal ini boleh lho dilakukan orang yang terinfeksi HIV
Ini bukan kali pertama saya datang ke suatu kota dengan singkat, satu malam lalu keesokan harinya pulang. Sad but true. Palembang menjadi destinasi kesekian dengan shortrip yang melelahkan. Setibanya di Bandara, sudah ada seorang pria yang menunggu saya untuk menjemput dan mengantar. Asik ya, kalau undangan gini ada yang jemput gak perlu capek ngantri cari taksi atau ketipu argo kuda di taksi bandara. Bang Riko nama pria yang menjemput saya, dia mengantarkan saya dan beberapa undangan lainnya termasuk genk Treatment Role Model. Perjalanan yang ditempuh dari Bandara ke Hotel cukup lama, hampir 1 jam dikarenakan kemacetan yang luar biasa karena Palembang sedang membangun dalam rangka Asian Games 2018 yang bertempat di Jaka Baring, Palembang. Debu, asap dan riweuhnya situasi perjalanan menuju hotel ini membuat saya bersyukur di jemput oleh Bang Riko. Tingal duduk manis dan menikmati perjalanan.
Setiba di Palembang saya langsung Makan siang dan kemudian membaurkan diri dalam kegiatan workshop blogger yang sudah berjalan sejak pagi. Disana, saya bersama Anthony diminta untuk berbagi pengalaman seputar terapi ARV, dan apa yang diperjuangkan selama ini sehingga membuahkan hasil kesehatan yang baik meskipun terinfeksi HIV. Saya selalu happy dan excited berada dalam kegiatan semacam ini, karena tentunya ada pengalaman baru serta pertemuan dengan lebih banyak orang - orang yang bisa di tularkan kebaikan dan kasih sayang. Acara berlangsung hingga pukul enam sore yang diakhiri dengan sesi foto - foto dan bertukar kontak.
Workshop Blogger di Palembang |
Pukul tujuh malamnya saya dan beberapa teman berkumpul di Lobby hotel menunggu teman lainnya dari tim Syair untuk Sahabat Foundation, kami janjian mau makan pempek bareng dan nongkrong di pinggir sungi Musi. Tim Syair kali ini juga ikut terlibat dalam upaya upaya promosi kesehatan khususnya di Hari AIDS dengan tema yang sama, Ridho Hafidz gitaris Slank dan Andy vocalis Band Rif/ menjadi salah satu duta yang mengkampanyekan pentingnya pemeriksaan HIV. And they both here with us! yeay ketemu idola :) Sayangnya Ratri dan Kang Andy masih ada kerjaan dan baru bisa bergabung dengan kita keesokan hari. Jadi tim Pempek malam itu adalah saya, Mas Yudie Oktaf dari Syarir, Ridho dan Mba Ony istrinya, lalu Anthony dan Chanie isrinya serta 2 bodyguard yang merangkap driver kita Bang Riko dan satu kawannya.
Perjalanan kami menuju tempat yang sudah diimpi impikan setiap orang setiap kali tiba di Palembang, Makan Pempek! Saking banyaknya pempek yang dijual di sini kami semua jadi super bingung. Akirnya kami memutuskan untuk ke Pempek Beringin dan sepuasnya makan semua jenis pempek disana.
Sayangnya pempek beringin yang letaknya dimana ini pelayanannya cukup mengecewakan, nampaknya mereka cuma punya satu atau dua oranag waitress sehingga banyak makanan yang tertunda untuk diantar ke meja pelanggan. Selesai makan, kami melanjutkan perjalanan ke tempat makan Durian. Meskipun ga makan duren karena ga pernah suka sama aromanya saat masuk ke dalam mulut, tapi ya mau ga mau ikut juga lah. Di warung pinggir jalan yang menjajakan durian tersebut, Mas Ridho dan Mba Ony istrinya banyak ngobrol dengan kami terkait persoalan HIV. Ada beberapa situasi yang saya bagi kepada mereka, khususnya perkara stigma dan diskriminasi yang masih menjadi jawara nya di persoalan ini.
Karena masih belum puas ngobrol tapi sudah pada kekenyangan makan durian, akhirnya ngobrol kami pindah ke pinggir sungai Musi sambil memandangi tembok benteng Kuto besak dan membelakangi jembatan Ampera yang lumayan mirip sama golden gate di San Fransisco. Kali ini obrolan kami lebih banyak seputar budaya, politik dan trend yang ada di Palembang, karena salah satu kawan mas Yudie Oktaf ikut bergabung bersama kami. Ngobrol ngalor ngidul seru ini membawa kami sampai pukul dua belas malam, tanda kami harus bersegera untuk kembali ke hotel karena besok acara dimulai pagi hari.
Keesokan paginya seusai sarapan kami menuju ke Rumah Dinas Gubernur Sumatera Selatan, bapak Alex Noerdin. Dimana puncak peringatah Hari AIDS Sedunia diadakan disana. Sebetulnya acara sudah berlangsung sejak pagi hari, mulai dari senam pagi dan acara acara lainnya. Namun kami baru tiba sekitar pukul 10 untuk mengikuti acara utama. Sebagian besar acara hanya diisi dengan seremonial saja, sambutan sambutan dari semua petinggi negeri dan bapak ibu dari kementerian kesehatan. Saya, Ratri, Anthony beserta kedua mas artis yang ikut mengkampanyekan pentingnya pemeriksaan HIV pun mendapat ruang untuk menyampaikan pesan pesan penting yang selalu di gaungkan di hari AIDS setiap bulan Desember.
Usai seluruh rangkaian acara, kami makan siang bersama dengan seluruh tamu undangan di ruang makan yang telah di sediakan. Ini nih yang ditunggu - tunggu, makan makan! Meskipun acaranya adalah peringatan Hari AIDS, salah satu yang penting buat saya secara pribadi adalah moment mencicipi lezatnya kuliner di Palembang yang tersaji dalam meja bundar di hadapan kami. Pak Gubernur sempat menyambangi kami untuk menjelaskan satu persatu makanan khas Palembang yang disajikan oleh koki mereka.
Meskipun ga bisa jalan jalan lebih lama dan lebih jauh meng eksplore Palembang karena keterbatasan waktu, saya tetap merasa bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk berkunjung ke Bumi Sriwijaya dalam keadaan sehat. Eh balik ke pertanyaan awal tadi, apakah benar kerajaan Sriwijaya berada di Palembang? berdasarkan penjelasan dari salah satu sumber terpercaya, katanya sih benar Kerajaan Sriwijaya benar ada di Palembang. Namun prinsip peperangan pada masa itu adalah membumihanguskan, sehingga besar kemungkinan peninggalan kerajaan Sriwijaya sudah rata oleh tanah. Well, who knows? Thank you Anyway sudah membaca tulisan curhat jalan jalan dan makan pempek saya hari ini. Ada satu cerita lagi buat penutup Tahun tentang trip ke Purwokerto.
Aku. jadi inget dan bayangin gimana excitingnya Ayu kalau udah sharing. Suka sama semangat dan aura (((aura)))nya. gudlak ya, Ayu. Keep inspiring.
BalasHapusLha saya fokusnya jadi ke pempek mba..hehe maaf. itu makanan favorit saya, di Palembang banyak macamnya ya..Jadi pengen ke sana hehe..
BalasHapusnyesel saya ga bisa ikutan workshop ini. Gak ketemu mba Ayu :) Semoga ada kesempatan mampir Palembang lagi ya mba
BalasHapus