sumber : pexels.com |
Kalau versi
nya saya, saat itu saya gak ada pilihan harus kemana saya. Karena kondisi saat
itu penuh ketiba – tibaan dan yang saya bisa lakukan adalah mendatangi
pertolongan terdekat yang diberikan oleh orang – orang disekitar saya. Waktu
suami nge-drop, kami membawanya ke rumah sakit terdekat yang sekiranya bisa
memberikan pertolongan pertama, bukan rumah sakit rujukan HIV yang sudah di set
– up oleh pemerintah. Lho kenapa ga ke RS rujukan? Lha wong saya ga tau harus kemana.
Setelah tahu persoalan yang kami alami adalah kondisi HIV, barulah kami mencari
pertolongan yang benar, sehingga kami memutuskan untuk ke RSUP Fatmawati, yang
merupakan salah satu rumah sakit yang ditunjuk kementerian kesehatan untuk memberikan penanganan HIV di wilayah
Jakarta Selatan, meskipun saat itu kami berdomisili di Pamulang.
Nah, semenjak
itu sejak tahun 2009 hingga 2014, saya menjadi pengujung tetap rumah sakit
fatmawati. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk pindah ke Bandung. Disini saya
boleh memilih dokter dan rumah sakit yang nyaman untuk saya. Ada beberapa
factor yang menjadi indicator pemilihan saya yang mungkin bisa jadi bahan
pertimbangan bagi kawan – kawan semua sebelum memutuskan mau ke rumah sakit
mana. Dalam persoalan HIV, saya pikir ini merupakan keputusan yang harus secara
matang untuk diambil Karena kita akan berobat seumur hidup.
RUMAH SAKIT / PUSKESMAS RUJUKAN – ini merupakan hal terpenting
pertama yang menjadi catatan kita. Jangan sampe kita ke rumah sakit yang sama
sekali ga ada hubungannya sama penanganan HIV, Karena kita tidak akan menemui
tim dokter yang bisa menangani kita. Meskipun dokternya tahu kondisi kita, tapi
kita akan jadi mondar – mandir untuk mendapat akses HIV untuk persoalan yang
lainnya. Saat ini sudah ada banyak juga rumah sakit dan klinik swasta yang
menyediakan layanan untuk HIV, nah jika teman – teman nyaman klinik dan rs
swasta tersebut juga bisa menjadi pilihan kita.
KETERSEDIAAN DOKTER DAN OBAT ARV – Kita juga harus mengetahui
apakah di rs tersebut ada tim dokter yang bisa menangani HIV, maksudnya tim..
bukan hanya satu orang dokter saja. Sehingga jika kita punya masalah paru –
paru, saraf, kulit, bahkan mau menjalani program kehamilan.. kita Cuma tinggal
ke rs tersebut saja. Lalu yang harus kita cek juga adalah ketersediaan ARV,
apakah di RS tersebut menyediakan obat Anti Retroviral.
Anyway, Kalau mau lebih spesifik lagi, kita juga bisa lho cari dokter yang oke dan nyaman buat berkonsultasi. Kita bisa tanya pada mereka yang bertugas sebagai pendamping ODHA di sekitar kota kamu. Karena salah satu kunci sukses keberhasilan pengobatan (versi saya) adalah bagaimana pasien juga bisa termotivasi oleh sang dokter yang ditemuinya setiap bulan. Bukan berarti menjadi ketergantungan sama dokter ya, nanti sampe kebawa-bawa mimpi deh.. tapi paling gak, setiap kali kita ke rumah sakit, kita gak pulang dengan wajah lelah bertekuk karena gak puas setelah konsultasi dengan dokternya.
Anyway, Kalau mau lebih spesifik lagi, kita juga bisa lho cari dokter yang oke dan nyaman buat berkonsultasi. Kita bisa tanya pada mereka yang bertugas sebagai pendamping ODHA di sekitar kota kamu. Karena salah satu kunci sukses keberhasilan pengobatan (versi saya) adalah bagaimana pasien juga bisa termotivasi oleh sang dokter yang ditemuinya setiap bulan. Bukan berarti menjadi ketergantungan sama dokter ya, nanti sampe kebawa-bawa mimpi deh.. tapi paling gak, setiap kali kita ke rumah sakit, kita gak pulang dengan wajah lelah bertekuk karena gak puas setelah konsultasi dengan dokternya.
HARGA DAN AKSES ASURANSI KESEHATAN – ini juga menjadi catatan
penting saya, Karena tidak semua dari kita termasuk kedalam golongan orang
mampu yang bisa membayar semua harga. Waktu di RS Fatmwati, menurut saya
relative mahal.. Karena setiap konsultasi dengan dokter dikenakan biaya.
Sehingga jika saya harus kosultasi ke beberapa dokter, berapa banyak biaya yang
harus saya keluarkan. Sedangkan di RS tempat saya berobat sekarang di bandung,
harganya sangat murah dan terjangkau. Selain kita harus tahu berapa harganya,
kita juga harus mengecek apakah di rumah sakit tersebut kita bisa menggunakan
asuransi kesehatan, apakah asuransi kesehatannya bisa mengcover persoalan kita.
Itu juga harus di kroscek ya gaes.
JARAK DARI TEMPAT TINGGAL KE RUMAH SAKIT - Hal pertama yang
menjadi bahan pertimbangan saya adalah Jarak. Masih bisa dijangkau oleh
kendaraan umum (bis kota, angkutan umum, atau kendaraan pribadi). Jangan sampai
kita memaksakan diri harus keluar kota setiap bulan hanya untuk berobat. Ongkos
perjalanan bolak balik pun juga harus kita hitung Karena, kedepannya akan ada
banyak kebutuhan – kebutuhan yang tidak kita duga dan baiknya kita
mempersiapkan hal tersebut.
***
Kalau versi saya selama hamil saat ini, cukup drama nih untuk mencari dokter dan rumah sakit. Melanglang buana selama beberapa bulan, pindah pindah dokter sampai akhirnya saya capek sendiri dan sedikit give up. Persoalan utama kenapa saya bingung adalah karena saya gak menguasai informasi di daerah Bandung. Informasi yang saya dapat dari teman2 disini pun sangat minim dan tidak memuaskan, gak ada yang bisa kasih saya rekomendasi yang sangat memuaskan sehingga dapat saya jadikan acuan untuk memutuskan saya akan ke dokter dan rumah sakit tersebut.
Singkat cerita, pertama kali tahu hamil saya dan suami mendapatkan rekomendasi dari semua dokter yang menangani saya untuk konsultasi ke dr. Anita Rachmawati, kunjungan pertama kami saat itu ke RS Hermina di daerah Arcamanik (jauhnya lumayan dari rumah saya yang ada di tengah kota), saat itu kami konsul di hari sabtu jadwal prakteknya dari pukul 9 sampai jam 11 siang, antriannya.. jangan ditanya.. dokter ini punya banyak fans ternyata. Lalu karena kejauhan, 3 bulan selanjutnya saya pindah konsultasi ke RS Hasan Sadikin, tempat dimana dr Anita juga praktek. Di RSHS, saya konsul dengan dr Anita pagi - pagi sekali.. dan penuh.. melebihi Hermina. Mengingat di trimester pertama kondisi saya tidak karuan, mual muntah malas dan segala macam persoalan, saya give up kalau harus bangun pagi - pagi untuk antri lama disana. Selain itu, saya sempat merasa dr Anita sangat pendiam dan tidak banyak membantu saya, yang ternyata belakangan saya tahu bahwa karakternya memang seperti itu, dan hormon di tubuh saya sedang tidak stabil dan sangat tidak oke berhadapan dengan beliau.
Akhirnya di bulan ke-4 kehamilan kami pindah dokter dan klinik. Saya mendapat rekomendasi dari kawan untuk pergi ke dr Benny Lesmana, yang praktek di Klinik Kimia Farma Braga. Lokasinya dekat sekali dengan rumah saya, dan jam prakteknya sore hingga malam. Yup, solusi terpecahkan.. kami sempat 3x kesana dan merasa nyaman sampai akhirnya memasuki usia kandungan 24 minggu saya merasa dokter benny gak cukup membantu untuk merencanakan persalinan dan pilihan makanan bayi bagi saya dan si jabang bayi. dan, akhirnya kembali galau si ibumil ini, suaminya gak kalah pusing deh.
Last advice, kami selalu minta pertolongan salah satu dokter yang punya pilihan - pilihan bijak dan menenangkan hati. Saya konsultasi ke dr Ronald Jonathan, dokter kece yang selalu setia mendengarkan keluh kesah pasien HIV di kota Bandung. Beliau cukup kecewa saat mendengar saya sempat berpindah dokter, karena menurutnya dr Anita, merupakan salah satu ketua tim dokter untuk menanganai persalinan bagi ibu HIV yang terbaik di kota Bandung. Sehingga saran beliau, saya harus kembali ke dokter Anita, dan sebaiknya menjalani proses persalinan di RS Hermina Arcamin saja. Karena meskipun bukan RS rujukan HIV yang ditunjuk pemerintah, RS Hermina ternyata sudah biasa lho membantu persalinan bagi ibu HIV.
Alhasil, (ketawain diri sendiri), minggu kemarin kami kembali ke RS Hermina Arcamanik dan kembali bertemu dengan dokter Anita. Kami juga ngobrol banyak dengan petugas administrasi terkait biaya persalinan, teknis persalinan dan apa - apa yang harus kami persiapkan ke depannya. Guess whats, everything is just so unbelieveable. Saya merasa sangat nyaman, dan yakin 100% akan melahirkan di RS ini, ditangani oleh dokter anita serta tim di RS ini. Selain itu, I've got full support to breastfeed my son!! yeay, happy me!
Nah, kebayang kan yah.. gimana baiknya kita benar - benar mempersiapkan dan memilah keputusan kita, mau ke rumah skait mana dan ke dokter siapakah kita melakukan perawatan. Aspek aspek apa yang harus ditunjang untuk memenuhi keinginan kita tersebut. Yang enak belum tentu baik, dan yang ga enak enak banget belum tentu juga gak baik (apaan sih, ngerti gak?) hehehe. Nah, semoga pengalaman saya di tulisan kali ini bermanfaat ya gaes.
Keep reading my blog and keep healthy!
LOVE..
***
Kalau versi saya selama hamil saat ini, cukup drama nih untuk mencari dokter dan rumah sakit. Melanglang buana selama beberapa bulan, pindah pindah dokter sampai akhirnya saya capek sendiri dan sedikit give up. Persoalan utama kenapa saya bingung adalah karena saya gak menguasai informasi di daerah Bandung. Informasi yang saya dapat dari teman2 disini pun sangat minim dan tidak memuaskan, gak ada yang bisa kasih saya rekomendasi yang sangat memuaskan sehingga dapat saya jadikan acuan untuk memutuskan saya akan ke dokter dan rumah sakit tersebut.
Singkat cerita, pertama kali tahu hamil saya dan suami mendapatkan rekomendasi dari semua dokter yang menangani saya untuk konsultasi ke dr. Anita Rachmawati, kunjungan pertama kami saat itu ke RS Hermina di daerah Arcamanik (jauhnya lumayan dari rumah saya yang ada di tengah kota), saat itu kami konsul di hari sabtu jadwal prakteknya dari pukul 9 sampai jam 11 siang, antriannya.. jangan ditanya.. dokter ini punya banyak fans ternyata. Lalu karena kejauhan, 3 bulan selanjutnya saya pindah konsultasi ke RS Hasan Sadikin, tempat dimana dr Anita juga praktek. Di RSHS, saya konsul dengan dr Anita pagi - pagi sekali.. dan penuh.. melebihi Hermina. Mengingat di trimester pertama kondisi saya tidak karuan, mual muntah malas dan segala macam persoalan, saya give up kalau harus bangun pagi - pagi untuk antri lama disana. Selain itu, saya sempat merasa dr Anita sangat pendiam dan tidak banyak membantu saya, yang ternyata belakangan saya tahu bahwa karakternya memang seperti itu, dan hormon di tubuh saya sedang tidak stabil dan sangat tidak oke berhadapan dengan beliau.
Akhirnya di bulan ke-4 kehamilan kami pindah dokter dan klinik. Saya mendapat rekomendasi dari kawan untuk pergi ke dr Benny Lesmana, yang praktek di Klinik Kimia Farma Braga. Lokasinya dekat sekali dengan rumah saya, dan jam prakteknya sore hingga malam. Yup, solusi terpecahkan.. kami sempat 3x kesana dan merasa nyaman sampai akhirnya memasuki usia kandungan 24 minggu saya merasa dokter benny gak cukup membantu untuk merencanakan persalinan dan pilihan makanan bayi bagi saya dan si jabang bayi. dan, akhirnya kembali galau si ibumil ini, suaminya gak kalah pusing deh.
Last advice, kami selalu minta pertolongan salah satu dokter yang punya pilihan - pilihan bijak dan menenangkan hati. Saya konsultasi ke dr Ronald Jonathan, dokter kece yang selalu setia mendengarkan keluh kesah pasien HIV di kota Bandung. Beliau cukup kecewa saat mendengar saya sempat berpindah dokter, karena menurutnya dr Anita, merupakan salah satu ketua tim dokter untuk menanganai persalinan bagi ibu HIV yang terbaik di kota Bandung. Sehingga saran beliau, saya harus kembali ke dokter Anita, dan sebaiknya menjalani proses persalinan di RS Hermina Arcamin saja. Karena meskipun bukan RS rujukan HIV yang ditunjuk pemerintah, RS Hermina ternyata sudah biasa lho membantu persalinan bagi ibu HIV.
Alhasil, (ketawain diri sendiri), minggu kemarin kami kembali ke RS Hermina Arcamanik dan kembali bertemu dengan dokter Anita. Kami juga ngobrol banyak dengan petugas administrasi terkait biaya persalinan, teknis persalinan dan apa - apa yang harus kami persiapkan ke depannya. Guess whats, everything is just so unbelieveable. Saya merasa sangat nyaman, dan yakin 100% akan melahirkan di RS ini, ditangani oleh dokter anita serta tim di RS ini. Selain itu, I've got full support to breastfeed my son!! yeay, happy me!
Nah, kebayang kan yah.. gimana baiknya kita benar - benar mempersiapkan dan memilah keputusan kita, mau ke rumah skait mana dan ke dokter siapakah kita melakukan perawatan. Aspek aspek apa yang harus ditunjang untuk memenuhi keinginan kita tersebut. Yang enak belum tentu baik, dan yang ga enak enak banget belum tentu juga gak baik (apaan sih, ngerti gak?) hehehe. Nah, semoga pengalaman saya di tulisan kali ini bermanfaat ya gaes.
Keep reading my blog and keep healthy!
LOVE..
perjuangannya ya untukcari dokter aja ribet..hehe.. salut
BalasHapus