Lara menyesap dengan khidmat cokelat panas di cangkir putihnya. Minuman yang selalu ada menemani hari - harinya. Jika tidak menemukan cafe yang bisa menyediakan secangkir cokelat hangat, dia biasanya dengan mudahnya melangkahkan kaki ke tukang kopi pinggir jalan. Dengan selembar uang dua ribu rupiah, Lara akan membeli air panas untuk diseduhkan pada sebungkus cokelat panas yang selalu tersedia di tasnya. Gadis ini memang antik, katanya cokelat akan membuatnya tenang sekaligus mengembalikan kebahagiaannya.
Pagi ini dia membutuhkan itu, setelah membaca sebaris pesan di telfon genggamnya yang masuk pukul 3 pagi dini hari tadi. Itu dari Aria. "Lara, sedang sibukkah kamu? Saya perlu bertemu untuk mengklarifikasi beberapa berita untuk rubrik harian saya. Apakah saya bisa membuat janji temu."
Dia sedikit bingung, sembari mengingat - ingat. Adakah wartawan lain yang menghubunginya di pukul 3 pagi, selain Aria. Tidak ada. Lalu Lara menyimpulkan, bahwa pesan singkat Aria bukan untuk membahas apapun yang berhubungan dengan aktifitasnya dengan sampah, atau mengklarifikasi apapun. Ini pasti tentang mereka, yang juga mengganggu Lara beberapa hari ini, setelah pertemuan pertama mereka beberapa hari lalu.