Ada gak yang pernah iseng mengetikkan namanya sendiri di situs pencarian google, and click search. Lalu lihat apa yang keluar di halaman tersebut? Well, kalau saya. Cukup tercengang juga melakukan hal tersebut. Mostly, semua yang berhubungan dengan saya dan aktifitas di isu HIV AIDS akan muncul dan terpampang nyata di halaman dunia maya tersebut. Bagaimana kemudian dalam satu kali click orang bisa tahu siapa kita, ada apa dengan kita, dan kita gak pernah tahu apa yang terjadi setelah itu. Berdoa saja semua akan menjadi hal positif. AMIN!
Nah, setelah tulisan saya yang GAK JELAS dan super galau terakhir itu. Saya memutuskan untuk bangkit dan kembali menikmati hidup serta meninggalkan kegalauan. Lalu sambil menjalankan upaya menstabilkan hati dan jiwa, saya membaca notifikasi yang masuk di facebook KEB Bandung mengenai rencana "Program Inspirasi Ngeblog", tanpa berfikir dua kali saya langsung isi form-nya dan ikutan dengan harapan bisa dapat lebih banyak inspirasi untuk ngeblog, serta bisa tahu seperti apa saat kita jadi inspirasi bagi orang lain. Nahhh, ini program nya sudah dimulai lho. Dan tulisan pertama saya dalam PIN (sok sok disingkat, Program Inspirasi Ngeblog) adalah terinspirasi dari tulisan mak Injul yang cerita tentang Medsos sebagai Ajang Curhat. Alahhhh ini mah gue banget deh mak Injul (songong! hahahaha *sun tangan ke Mak Injul). Sosmed dan blog (khususnya) memang sengaja dibikin maksimal sebagai tempat curhat dan berbagi.
Tulisan hari ini judulnya "Hidup Saya Setelah Era-nya Sosial Media". Saya akan cerita sama semua yang baca hari ini bagaimana hidup saya before and after Sosmed hadir di muka bumi. Bagaimana kemudian sosial media memberikan dampak bagi kehidupan saya secara personal, maupun bagi mereka yang bersinggungan langsung dengan platform social media yang saya miliki. Tapi gak semua hal ada manfaatnya, ada sedih sedihnya juga sih.
Before Sosial Media Era
Yang pasti sih, sebelum Era sosial media dimulai, saya remaja yang aktif dan punya banyak kesibukan. Dulu saya punya BUKU HARIAN, yang rutin saya tulis setiap hari, setiap momen berharga dan spesial, dan tentunya soal cinta cintaan. Buku Harian itu masih ada di rumah ibu saya, dan emang sengaja gak dibuang atau diloakin. Itu harta karun lho, suatu hari saya akan menunjukan sama Malika bahwa ada jamannya saya gak sibuk dengan urusan laptop ataupun smartphone. Saya rutin banget lho beli buku harian kalau udah abis, atau jika saya lagi niat.. biasanya suka bikin sendiri, dihias hias sendiri.
Selain Buku Harian ala ala remaja, saya juga orangnya friendly banget (APAAN SIH HAHAHA), maksudnya selalu nongkrong sama kawan-kawan. Rajin ketemuan dan ngobrol, chit chat soal banyak hal. Ada beberapa teman yang rutin kita sering ketemuan. Oiya, saya selain itu dulu saya gak punya telfon genggam seperti kebanyakan teman-teman di angkatan saya. Bagi kedua orangtua saya saat itu, saya gakada kebutuhan khusus untuk memiliki telfon genggam, padahal kala itu saya duduk di bangku SMA kelas 1. Dan saya sama sekali gak merengek untuk dibelikan hanya karena teman-teman saya punya handphone dan dibawa ke sekolah. Saya pikir, kalau ada kebutuhan urgent, masih ada wartel dan telfon rumah yang bisa digunakan untuk menghubungi orangtua saya dikantor, karena memang kebetulan kan saat itu juga hampir semua orang masih menggunakan telfon rumah.
After Social Media Era
Nahh, setelah Sosial Media hadir, banyak banget deh yang berubah. Khususnya karena sosial media muncul setelah beragam kejadian dramatis menimpa hidup. Sehingga, sosial media ini sangat membantu. Seperti bagaimana dulu saya akhirnya memutuskan untuk membuat Facebook saat suami pertama saya (ayahnya malika) jatuh sakit. Saya butuh untuk mencari koneksi pertemanannya, karena dia ingin bertemu kawan-kawannya. Saya cuma gak pengen kalau terjadi apa apa dan dia gak sempat berkomunikasi dengan orang-orang yang dimaksud. Alhasil Facebook sukses mempertemukan dia dengan banyak kawan sebelum akhirnya meninggal. Selain itu, saya kemudian mengetahui ada banyak cara mencari informasi di Sosial media. Khususnya karena saya sangat membutuhkannya untuk mencari informasi mengenai HIV AIDS. Melalui sosial media jugalah, saya akhirnya bertemu dengan Yayasan Spiritia dan mendapat lebih banyak informasi.
Awal yang sangat melow ya saat menggunakan sosial media. Lalu seiring dengan berkembangnya jaman sekaligus karena saya juga sudah mulai bekerja di isu HIV AIDS, saya memutuskan untuk menjadikan Facebook menjadi alat saya menyebarkan lebih banyak informasi kepada masyarakat. Saya juga kemudian membuat akun di platform sosial media lainnya seperti Twitter, Instagram, Path dan tentunya Blog. Saya mulai aktif mengkampanyekan energi dan informasi positif tentang HIV AIDS bersama ODHA Berhak Sehat. Dari sana saya sangat menyadari manfaat besar menolong seseorang melalui informasi.
Yang paling banyak berubah, adalah saat saya mulai memiliki Blog. Dulu aslinya mahhh ya ampunnn isinya puisi dan cerita cerita galau. Lalu 2 tahun belakangan ini saya putuskan untuk mematangkan konspe blog ini, saya branding diri saya dan publish ke publik bahwa saya Perempuan yang hidup dengan HIV. Bahkan saya memberanikan diri untuk mencantumkan email pribadi saya jika ada salah satu pembaca yang membutuhkan informasi secara personal. And it works! Gila saya gak nyangka banget, sekarang saya punya banyak sodara dan sahabat karena isu HIV ini.
Yang gak hilang sampai sekarang adalah kebiasaan menulis yang berpindah dari Buku harian ke Blog. Kebiasaan kumpul sama kawan - kawan terdekat juga gak hilang meskipun kita semua sudah punya sosmed, dan sering main mention mentionan tiap saat dan tiap waktu. Kalau telfon genggam tentunya sangat berubah yaaa, Hehehe. Sekarang karena ada kebutuhan untuk bisa dihubungi setiap saat dan waktu, we're all need those small things, but matters. Smartphone membantu saya meng-update banyak persoalan baik untuk urusan pekerjaan, keluarga serta hal hal teknis terkait informasi HIV yang saya butuhkan.
Yang paling banyak berubah, adalah saat saya mulai memiliki Blog. Dulu aslinya mahhh ya ampunnn isinya puisi dan cerita cerita galau. Lalu 2 tahun belakangan ini saya putuskan untuk mematangkan konspe blog ini, saya branding diri saya dan publish ke publik bahwa saya Perempuan yang hidup dengan HIV. Bahkan saya memberanikan diri untuk mencantumkan email pribadi saya jika ada salah satu pembaca yang membutuhkan informasi secara personal. And it works! Gila saya gak nyangka banget, sekarang saya punya banyak sodara dan sahabat karena isu HIV ini.
Baca Juga Yuk : [Review Buku] Kerumunan terakhir, Okky Madasari
Cucok ih, sambil nulis bisa sambil mengingat ingat hal hal baik yang muncul setelah era nya sosial media. Tapi gak selalu deh sosial media punya manfaat, khususnya jika kita gak bijak menyikapi kehadirannya yang serba cepat ini. Nah salah satu hal yang saya gak suka adalah, sosial media melalui smartphone di genggaman tangan, seringkali merebut waktu dan kebersamaan di dalam ruang lingkup keluarga atau pertemanan. Banyak orang yang kemudian terjebak dan merasa nyaman dengan dunia baru nya. So, gimana kita dan hidup kita setelah era sosial media, itu ada di tangan kita lho. Semoga tulisan hari ini bermanfaat ya! Next Program Inspirasi Ngeblog akan ngebahas soal apa ya. Masih bingung sih, antara soal Film Korea, atau Friendship, atau.. eits.. kita lihat aja nanti yaa!
Hehehe pernah teh saya cari nama sendiri di google #nggakadakerjaanbanget# 😁
BalasHapusHai Ayu, ih idenya keren, dikasih nama PIN, hihi.... Kalau gitu kita singkat aja gawean (((gawean))) KEB Bandung ini dengan PIN KEBandung, singkat dan bikin kepo, sekeponya aku sama diarymu itu (hush).
BalasHapusJadi inget dulu juga pernah punya diary, alay dan lebay deh hehehe
semoga sukses mbak. #menginspirasi
BalasHapus