Sumber : Facebook Kang Asep |
Bayangan kematian seolah ada di pelupuk mata, jelas terlihat. Namun kita tidak akan pernah mengetahui kapan dan dimana, kematian akan datang menjemput kita. Yang nyata-nyata kita miliki saat ini dalam kehidupan adalah kehilangan. Namun tidak banyak yang mau mengakui, bahwa hanya kehilanganlah yang kita miliki. Semuanya.. kebendaan, kehadiran sosok, dan kebahagiaan kita.. hanya bersifat sementara. Dan Kehilangan, adalah yang paling nyata.
Hari ini, salah satu sahabat dari suami saya meninggal dunia, Kang Asep Kusmanto namanya. Pria ini memiliki keluarga yang sangat bahagia, seorang istri berjilbab yang sangat cantik dan dua anak, satu orang laki-laki dan seorang lagi perempuan. Beliau memiliki usaha mandiri, dan memiliki karyawan yang cukup banyak, paling tidak itu yang saya dengar dari suami saya.
Saya tidak mengenal kang Asep sedekat suami saya. Kami bertemu pertama kali di lapangan Squash di Bandung, saat saya sedang menemani suami saya berolahraga. Kang Asep tanpa sungkan mengajak ngobrol saya yang sedang menunggu suami, kami bicara tentang aktifitas saya di lingkungan HIV AIDS. Saya dengan antusias bercerita tentang kampanye ODHA Berhak Sehat, dan desk kerja saya untuk menulis banyak artikel dan membuat konten-konten terkait pencegahan dan penularan HIV AIDS. Kang Asep pun tidak kalah antusias mendengarkan dengan seksama, dia tidak jarang bertanya tentang persoalan HIV AIDS itu sendiri. Tidak nampak di raut wajahnya takut atau resisten dengan pembicaraan yang biasanya membuat orang awam tidak nyaman.
Kali kedua kami bertemu masih di lapangan squash, di kesempatan yang kedua ini, semua sudah direncanakan oleh suami untuk berolahraga bersama. Saya, suami, Kang Asep dan Tasia salah satu sahabat suami saya juga. Kami secara bergantian, berpasangan bermain squash. Jujur saat itu saya sangat minder, karena mereka bertiga sangat ahli bermain squash. Tidak seperti saya yang buruk sekali permainannya.
Saat saya mendapat giliran bersama kang Asep, dia tidak sungkan mengikuti ritme permainan saya yang buruk itu. Sambil bermain, kang Asep tidak sungkan mengajari saya trick yang benar, cara memukul, berlari lebih cepat. Berkali kali saya memohon maaf karena permainan saya sangat buruk, sangat lambat. Saya ingat dia bilang, "lebih baik lambat daripada tidak olahraga sama sekali". Belakangan saya tahu dari suami saya, bahwa kang Asep rutin berolahraga. Selain Squash, dia juga rutin fitnes serta berlari. Sampai kabar beliau sakit itu datang beberapa hari lalu..
Kejuaran Squash Antar Kita-kita (Kang Asep yang baju biru) |
Saat saya mendapat giliran bersama kang Asep, dia tidak sungkan mengikuti ritme permainan saya yang buruk itu. Sambil bermain, kang Asep tidak sungkan mengajari saya trick yang benar, cara memukul, berlari lebih cepat. Berkali kali saya memohon maaf karena permainan saya sangat buruk, sangat lambat. Saya ingat dia bilang, "lebih baik lambat daripada tidak olahraga sama sekali". Belakangan saya tahu dari suami saya, bahwa kang Asep rutin berolahraga. Selain Squash, dia juga rutin fitnes serta berlari. Sampai kabar beliau sakit itu datang beberapa hari lalu..
Minggu, 19 Juni 2016 suami saya mendapatkan kabar bahwa Kang Asep terkena Stroke. Dia mendadak jatuh, seperti lumpuh, tapi masih dalam kondisi sadar. Lalu segera dilarikan ke RS Hermina di Arcamanik. How Come? Melihat track record olahraga dan hidup sehatnya, saya sedikit kebingungan kok bisa yah. Menurut suami saya, mungkin dia punya persoalan dengan tekanan darah tinggi dan agak sedikit kelelahan, terlalu banyak pekerjaan. Menurut informasi dari suami saya, Pembuluh darah di otak Kang Asep pecah, dan tidak sadarkan diri.
Dokter memutuskan untuk melakukan tindakan operasi, untuk mengangkat cairan di otak. Dan kondisinya masih tidak sadarkan diri. Saya jadi galau, operasi otak itu bukan hal yang main-main. Mengingat saya pernah memiliki kerabat yang tidak selamat setelah operasi dengan membuka tengkorak. Bukan hanya galau, saya khawatir. Tapi saya cuma bisa berdoa untuk kesembuhan beliau. Sedangkan suami memutuskan untuk menuju ke RS Hermina, melihat langsung kondisinya.
Senin, 20 Juni 2016 - status di sosial media suami setelah sahur "Update kondisi rekan kita, Asep Kusmanto : operasi sudah beres kemarin sore, cairan udh diangkat, tp ada bagian tempurung ga dipasang lg.., monitor organ tubuh gak apa2.., menurut keterangan yg didapat si pasien "sengaja ditidurkan dulu 2-3 hari" untuk memberi kesempatan otak mencoba mendapatkan oksigen lagi pasca tertutup tadi, diharapkan otak dpt kerja lagi.. mohon doa nya.."
Hari itu kami ada jadwal ke RS Hasan Sadikin untuk mengurus persiapan operasi saya, lalu ke beberapa tempat untuk menyelesaikan urusan lainnya. Sekitar pukul 2 siang, suami mendapatkan kabar dari keluarga "Mam, cenah Batang Otak nya mati.. itu kenapa ya?" saya sontak terdiam. Saya cuma meminta suami untuk banyak membacakan doa untuk Kang Asep. Sepemahaman saya kalau Batang Otak bermasalah, cukup fatal bagi tubuh, karena merupakan salah satu organ vital. Kabar terakhir, saat ini Kang Asep sudah dipasangkan Ventilator. Saya makin terdiam. Lalu sesampai kami dirumah, selepas menunaikan solat ashar, suami langsung menuju rumah sakit.
Postingan terakhir kang Asep di Path |
Status di sosial media suami pukul 11 malam. "Innalillahi wa innaillaihi rojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah rekan kita Asep Kusmanto (Sd Priangan, Smpn 14, Sman 20, PAAP/EXT Unpad ) magrib tadi di Rs.Hermina Arcamanik. Rumah duka di Jl Neglasari IV/12 Cikutra Bandung ( Masuk dari seberang Gor CTra ). Rencana dimakamkan tgl 21/6 Selasa pukul 08:00 wib di TPU Cikutra Bandung. Mohon dimaafkan kesalahan kesalahan almarhum, semoga almarhum diberi tempat terbaik disisiNya. Pics: courtesy from Asep Kusmanto, dgn jersey baru kebanggaan nya sesaat sebelum almarhum terkena serangan stroke... "
You Are Gone Too Soon Kang Asep.. Innalilahi Wa Innailaihi Rojiun.. Sedih pisan :(
Selasa, 21 Juni 2016 Pukul 8 Saya sekeluarga sudah berada di rumah duka di daerah Cikutra. Disana sudah ramai sanak saudara dan kerabat yang melayat. Pukul 9, Jenazah Kang Asep yang sudah selesai dimandikan dan dikafankan, dibawa ke Masjid terdekat dari rumah duka yang kebetulan adalah rumah orangtuanya. Disana saya melihat putra dan putrinya, yang berlarian bersama teman-teman dan sepupunya yang juga hadir. Tidak nampak kesedihan di wajah mereka..sangat polos.., namun hati serta pikiran orang.. siapa yang pernah tahu. Pemakaman dilakukan di TPU Cikutra, sekitar pukul 10 pagi. Saya melihat Teh Devi istri Kang Asep beserta sang Ibu, duduk persis di samping liang kubur. Saya juga melihat kedua anaknya, yang tadi berlarian bahagia.. kini keduanya terlihat sangat sedih dan kehilangan. I know exactly how it feels.. melihat orang yang kita kasihi dikuburkan raganya untuk selamanya.
Saya gak tahu harus tulis apa lagi, meski gak kenal Kang Asep secara personal.. namun kedekatannya dengan suami cukup membuat saya mengenalnya dengan baik. Saya pun memahami hakikat yang pasti dari sebuah kepastian yang tak bisa terelakkan dan sebaiknya tidak ditangisi. Hari ini kami kembali belajar, bahwa hidup ini ya cuma sementara. Kematianlah hal yang paling pasti dalam hidup, kehilanganlah yang harus belajar untuk coba kita mililiki, bukan kemewahan.
Selamat Jalan Kang Asep, terima kasih telah menjadi kawan yang baik..
I read your message in my husband phone, terima kasih telah menjadi bagian dari kehidupan kami khususnya sebagai sahabat suami saya. Semoga Keluarga diberi ketabahan dan kekuatan untuk tetap terus menjalankan kehidupan. Semoga almarhum diberikan tempat terbaik, diampuni segala kesalahan dan diterima segala amal ibadahnya.
Allahuma Firlahu Warhamhu Wa'afihi Wa'fuanhu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar