Adakah dari kita yang ingat adegan saat Milly menghubungi Cinta melalui telefon? Dia ingin kerumah Cinta, Milly membutuhkan tempat untuk bersandar, dan bercerita. Mungkin jika malam itu Cinta bisa menemani Milly (meski gak harus dirumahnya, bisa juga ajak ke Cafe bertiga Rangga), Milly gak akan melakukan usaha bunuh diri-nya.
Pasti yang #AADCGarisKeras tahu banget deh adegan dramatis itu. Apakah di tulisan saya kali ini kita akan membahas kemana Milly setelah 14 tahun? Oh tentu tidak, karena saya tidak tahu jawabannya. Wong, sampe hari ke 6 ada di bioskop saya juga belum kesampean nonton karena gak dapat tiket. Tapi hari ini, saya akan membahas makna sahabat. Siapin teh manis hangat, dan cemilan yah buat nemenin baca tulisan saya yang ini :)
Di usia saya yang menginjak 30 tahun ini, sahabat punya peran yang sangat besar bagi saya. But honestly saya gak punya begitu banyak sahabat, saya punya buanyak sekali teman, tapi gak semuanya bisa jadi sahabat. Emang bedanya apa, sahabat dan teman? Kalau menurut saya, intensitas kehadiran dan dedikasi persahabatannya yang beda. Kalau teman biasanya cuma sekedarnya aja, tapi disaat-saat tertentu, mereka belum tentu benar-benar bisa present ikut happy bareng kita, atau bersedia bantu kita saat kita susah. Dan itu gue rasain dari kecil, kalo gue tipikal orang yang gak mudah berkawan dengan dekat. Di bangku sekolah dasar, gue cuma punya beberapa orang yang benar-benar deket sama gue. Dan itupun gak berlangsung lama, hanya sekitar 3 atau 4 orang yang bertahan hingga 20 tahun lebih, mampu terus jadi teman yang baik.
Lalu di SMP dan SMA pun begitu, gak banyak orang yang bisa bener-bener nempel di hati gue. Gue kayak punya dunia sendiri, yang gak gitu suka keramaian. Gue akan benar-benar cocok hanya dengan beberapa orang saja. Biasanya, karena sama-sama suka musik tertentu, buku tertentu atau emang asik diajak ngobrol. Tapi biasanya, mereka yang akan bertahan lama berteman sama gue. Mereka emang gak selalu nongkrong sama elu sih, atau setiap momen lo pasti diajak atau kalian harus selalu bersama-sama kemanapun kalian pergi. Tapi beberapa dari mereka memang bener-bener ada. Udah 3 paragraf nih? ada yang kebayang muka sahabatnya gak?
Ada beberapa momen yang seperti kejadian Milly tadi, dalam hidup gw kemudian terselamatkan karena sahabat ada disana. Seperti saat gue pertama kali tahu kalau gue dinyatakan HIV positif oleh dokter dan ngabarin suami gue meninggal beberapa hari kemudian, ada satu temen yang gue telfon langsung detik itu juga, padahal cuma untuk bilang "Gue HIV" lalu "Abet meninggal". Gue tahu dengan nelfon dia, urusan gue gak jadi lebih baik, masalah gak bakalan selesai, hidup gue gak akan berubah, tapi satu yang gue tahu.. gue ngerasa gak sendiri.
Ada juga beberapa momen saat gue sedang terapi Hepatitis C, dan gue ngerasa hancur kayak orang gokil karena side effect obat yang lebih berpengaruh ke kondisi psikologis gue. Orang-orang ini yg rutin untuk tanya, bagaimana perasaan gue, do I need something or any kind of question kayak gitu, tiap hari. kebayang gak? Emak bapak gue bukan, tapi mereka selalu ada.
Some of my friends, juga selalu bikin gue terharu karena mereka gak ninggalin gue hanya karena gue HIV. We're still friends, and will always be. Bagi mereka, apapun yg gue lakukan di masa lalu, atau penyakit apapun yang ada di badan gue gak akan berpengaruh sama perteman kita. They never judge me because I am working with those people who always got social pressure such as LGBT, sex worker and drugs user, also the people who are living with HIV. I stand with you Ayu! itu kata mereka.
Dan hari ini, sebelum gue nulis ini, ada satu orang yang gue belum lama kenal dia, baru banget, baru sekitar 2 tahun terakhir. But she's already stole my heart with her kindness, and her loyalty as a sister. Gue dan dia ini, bisa telfonan hanya untuk ngedumel panjang lebar, and it feels much better, akan ketemu hanya untuk update ada apa dengan hidup selama beberapa minggu terakhir. We might not give any solution at all for each other, but we know, that our presence, help both us to feel alive and not alone. Terima kasih yak CS-CS kuh! LOVE <3
Some of my friends, juga selalu bikin gue terharu karena mereka gak ninggalin gue hanya karena gue HIV. We're still friends, and will always be. Bagi mereka, apapun yg gue lakukan di masa lalu, atau penyakit apapun yang ada di badan gue gak akan berpengaruh sama perteman kita. They never judge me because I am working with those people who always got social pressure such as LGBT, sex worker and drugs user, also the people who are living with HIV. I stand with you Ayu! itu kata mereka.
Dan hari ini, sebelum gue nulis ini, ada satu orang yang gue belum lama kenal dia, baru banget, baru sekitar 2 tahun terakhir. But she's already stole my heart with her kindness, and her loyalty as a sister. Gue dan dia ini, bisa telfonan hanya untuk ngedumel panjang lebar, and it feels much better, akan ketemu hanya untuk update ada apa dengan hidup selama beberapa minggu terakhir. We might not give any solution at all for each other, but we know, that our presence, help both us to feel alive and not alone. Terima kasih yak CS-CS kuh! LOVE <3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar