sumber : wikipedia |
"We pledge ourselves to liberate all our people from the continuing bondage of poverty, deprivation, suffering, gender and other discrimination". -Nelson Mandela
Semenjak berlangganan TV kabel dirumah, tontonan kami menjadi lebih berkualitas. Karena sejak kecil saya termasuk anak yang tidak mudah bergaul dengan mereka yang baru saya kenal. Saya banyak menghabiskan waktu membaca dan menonton film. Sayangnya, kebanyakan tayangan televisi di Indonesia sangat buruk dan cenderung membuat manusia bodoh, saling membenci. Tayangan di saluran televisi nasional kita dapat membentuk karakter bangsa yang entahlah saya bingung menggambarkannya dengan kata apa yang tepat.
Malam ini kami menonton sebuah film di HBO Family. Filmnya berjudul "Gifted Hands : The Ben Carson Story". Film ini menarik perhatian saya karena pemeran utamanya adalah seorang berkulit hitam. Entah kenapa sejak mengenal sejarah politik Apharteid, saya selalu terkesan dengan ras kulit hitam yang selalu berjuang untuk hidup mereka, berjuang dari keterpurukan dan ketertindasan. Film ini bukan hanya menceritakan tentang bagaimana kelompok kulit hitam yang diwakili oleh sesosok anak hebat bernama Ben Carson. Tapi juga tentang bagaimana perjuangan seorang ibu.
sumber : google.com |
Sejak kecil, ben merupakan anak yang cerdas. Dia gemar sekali membaca, dan berkat buku-buku yang dia baca di perpustakaan kota, Ben memperbaiki kondisi pendidikannya di sekolah. Dia menunjukan bahwa dia adalah siswa yang pandai, meski semua selalu mengucilkannya karena dia anak berkulit hitam. Ben mulai menunjukan ketertarikannya pada setiap hal, dan langsung mencari literatur serta bahan bacaan untuk memahami lebih lanjut. Ben lulus di sekolah menengah atas dengan nilai terbaik di angkatannya.
Walau telah membuktikan prestasinya di sekolah, diskriminasi terhadap warna kulit masih lekat terasa dari teman-teman bahkan guru dan pengajar lainnya disana. Sehingga sang ibu berfikir keras bagaimana caranya, agar Ben bisa tetap belajar namun tidak diinjak-injak. kekerasan dan bullying yang didapatkannya di sekolah, sempat membuatnya menjadi anak yang sangat tempramental. Dalam film ini ditunjukan setelah memasuki fase dewasa, Ben sering tidak bisa menahan emosi bahkan kepada sang ibu. Kesabaran dan kegigihan sang ibu untuk memperbaiki kehidupannya dan sang anak, akhirnya meluluhkan hati Ben dan membulatkan tekadnya untuk meneruskan kuliah di Yale University.
Ibu Ben Carson, ben Carson, dan Istri Ben Carson sumber : www.time.com |
Conjoined twins X-Ray sumber : wikipedia |
Pada 1987, Ben Carson kembali dihadapkan pada kasus-kasus bedah yang tidak mudah. Dia bertemu dengan pasangan yang memiliki anak kembar dempet di bagian otak belakang. Sehingga harus dilakukan operasi pemisahan yang sangat tidak mudah. Ben mempelajari struktur tubuh dan cara terbaik melakukan pemisahannya, serta melakukan berulang kali rehearsal, diskusi, riset medis dan latihan berulang-ulang bersama hampir 50 tim dokter di John Hopkins Hospital. Keberhasilannya melakukan bedah pemisahan pada Conjoined twins ini, merupakan prestasi yang luar biasa pada kala itu. Kini Ben Carson telah pensiun, setelah sebelumnya menjabat sebagai Director of Pediatric Neurosurgery di Johns Hopkins Hospital sejak tahun 1984-2013.
Very Recomended movie to watch with family, specially our child :)
See this link before watching
1. Gifted Hands: The Ben Carson Story (trailer)
2. Ben Carson Biography
3. Behind Gifted Hands Movie
4. Dr. Benjamin Carson's Amazing Speech at the National Prayer Breakfast with Obama Present
Tidak ada komentar:
Posting Komentar