Sister may be women
who grew up under the same roof as you.
or they may be dear friends,
soul-kind you meet along the way.
Ada beberapa sahabat yang kekal abadi selamanya. Ada yang berusia puluhan tahun karena mereka bertetangga, ada yang kemudian bersahabat karena memiliki minat yang sama akan suatu hobi, ada yang tanpa disengaja dan akhirnya berteman selama-lamanya. Ada yang sejak awal berteman mengikat janji sehidup semati layaknya pasangan yang akan menikah, ada yang membuat buku diary bersama, dan bertukar cerita mengenai hobi dan kejadian sehari-hari, ada yang menghabiskan waktu melakukan aktifitas seru dan berpetualang bersama. banyak sekali ragamnya. Seperti apakah persahabatan kalian? apakah kita sahabat yang baik? apakah kita bisa bersahabat dengan orang lain? entahlah. tulisan saya tidak bisa dijadikan tolak ukur. Hanya saja, I love to have a friend.
Saya bersahabat dengan beberapa orang. Ada yang sejak kecil kami berkawan, namun kemudian saya lupa siapa namanya, dimana dia tinggal sekarang, seperti apa rupanya setelah dewasa, dan itu semua terjadi karena saya harus pindah rumah beberapa kali semenjak kecil hingga pindah saat ini.
Ada yang bersahabat sejak kami duduk di bangku sekolah dasar, kami berkawan dan menghabiskan waktu bersama-sama, tiada hari yang kami lewatkan tanpa saling menghubungi satu sama lain, atau kami tidak pernah meninggalkan satu sama lain sekalipun. Tapi itu dulu, semua berubah saat kita semakin dewasa, memiliki minat yang berbeda, sekolah berbeda, cara pandang yang berbeda, prinsip, pergaulan, cara berpakaian, hingga akhirnya.. semua memudar. Setiap kali bertemu dengan banyak orang, sering kami menyebut, si anu sahabat gue.. tapi dia tidak pernah ada lagi, entah hilang kemana.
Ada beberapa sahabat yang saya kenal setelah dewasa, setelah bekerja, setelah menikah, atau setelah datang ke suatu tempat. Perkenalan-perkenalan yang tidak terduga ini, hingga kini begitu manis dan terasa menyenangkan. Sahabat-sahabat ini, tidak mengikat, tidak menuntut, namun selalu menyenangkan dan ada saat suka dan duka. Komunikasi yang dibangun pun sederhana namun tidak ngoyo. Ada kalanya, kami saling memberi ruang saat benar-benar ingin sendiri, namun memberikan waktu pada saat dibutuhkan meski tidak banyak yang dapat dilakukan selain mendengar.
Tanpa mengecilkan arti mereka dalam hidup saya, semua adalah sahabat saya. orang-orang yang (bagaimanapun pola awal kami bertemu) tetap memiliki ruang di hati. mereka lah orang-orang yang dulu membantu saya membersihkan diri, karena pada saat ulangtahun diceplokin telor oleh teman seangkatan. Merekalah orang-orang yang menjemput saya di terminal lebak bulus dan mengantar kami ke rumah, setelah saya kecopetan dan hanya handphone dengan pulsa 5,000 tersisa untuk menghubungi mereka. Merekalah orang-orang yang saat kita dalam keadaan hancur, tidak meninggalkan kita walaupun mereka juga dalam keadaan sulit.
ah, entah saya memiliki arti yang sama atau tidak. Apakah saya sahabat yang baik? apakah saya cukup kuat untuk mendengar keluh kesah mereka? Apakah saya cukup mampu menjadi pundak yang menopang kepala mereka saat bersandar dalam kesedihan? Apakah saya memiliki cukup waktu untuk hadir di saat mereka membutuhkan?
Namun hari ini saya berbahagia. Melihat, Sindi.. salah satu perempuan yang kini saya kenal sebagai sahabat saya. Perkenalan kami yang cukup singkat tidak membuat persahabatan kami yang instan tanpa makna. Tidak ada yang tanpa kesengajaan, semua telah direncanakan oleh tuhan, bahwa kita akan bertemu. hari ini Sindi, bertunangan dengan pria pilihan hatinya. Yang dengan segala pemikiran yang matang diputuskan untuk menjadi teman abadi seumur hidupnya beberapa bulan lagi. Dengan segala keterbatasan, kesedihan, kesakitan, perjuangan yang dilaluinya dalam hidup, dia memilih satu diantara banyak pria yang saya yakin juga ingin menjadi teman hidupnya.
Hari ini saya menggengam tangannya yang sedingin es, saat menjawab lamaran sang pria di hadapan keluarga besarnya. terasa sedikit kebimbangan, keraguan, kerapuhan dan kekhawatiran yang akan selalu hadir setiap seseorang akan melangkah ke jenjang yang lebih serius. Saya dengan permintaannya, duduk di sampingnya, membisikan kata-kata penyemangat "bismillah.. ayo lo pasti bisa". Entah itu membantu atau tidak. namun setelah cincin disematkan, dan kesepakatan dibuat, senyum merekah tergambar pada wajahnya. Dan itu cukup untukku. Happy Engagement Neng!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar