Enam tahun sudah kehidupanku kembali berjalan dengan ritme yang jauh lebih baik. Meski kadang ada rasa lelah dan takut yang mendera. Namun iu perasaan yang sungguh manusiawi, aku tidak sanggup untuk menghakimi diriku sendiri. Karena dengan air mata, kita bisa melepaskan beban dan kepedihan yang terasa. Dan karena rasa takut, kita berani mengumpulkan puing-puing keberanian yang runtuh, untuk membangunnya kembali.
Siapa yang pernah menyangka seperti apa hidup kita besok? Apakah kita akan tetap kaya raya? Apakah kita akan terus menerus tinggal di rumah yang sama? Tidak seorang pun bisa mengetahui rahasia Tuhan. Sama hal-nya sepertiku, yang menikmati hidup selama 6 tahun kebelakang dengan virus HIV didalam darah.
Menikmati hidup, sambil mengkonsumsi obat setiap pukul 9 pagi dan 9 malam. Aku memang sempat marah. Bahkan hancur, saat mengetahui sang sahabat sejati, suami dan ayah dari anakku harus pergi karena virus ini menghancurkan semua kekebalan tubuh yang dimilikinya. Aku rapuh, dan pernah ingin mati saja.
Kebimbangan yang ku alami, merupakan bagian besar dalam kehidupan. Jika kebimbangan itu tidak pernah ada, mungkin aku sudah mati detik itu, saat dokter membacakan hasil pemeriksaan darah yang menyatakan bahwa aku positif terinfeksi HIV. dan berkat rasa bimbang itulah, aku kemudian bangkit dan mencari jalan keluar, aku harus mencari pertolongan segera. Tapi ternyata harapan demi harapan tidak lantas terpenuhi, karena pintu menuju jalan keluar tersebut begitu gelap. Begitu banyak stigma dan diskriminasi di sekitar. Semua mata tertuju pada keluarga kami sepeninggal kepergian suami. Semua mulut mulai berbisik, membicarakan kami.
Aku harus menciptakan cahayaku sendiri. Ya.. aku sudah memutuskan untuk membakar nyala api untuk menerangi jalan itu. Aku ingin keluar dari sini. dari belenggu ketakutan yang diciptakan oleh rasa marah dan kecewa di dalam diriku. Cahaya itu kemudian membimbingku untuk meraih gagang pintu menuju ruang keikhlasan. Sebuah ruang dimana aku menerima sepenuhnya, apa yang terjadi dalam diriku, aku tidak akan melihat lagi kebelakang.
Kini, 6 tahun sudah berlalu. Masa-masa sakit dan keputusasaan yang sempat menjadi teman dalam gelap, kini berganti dengan semangat dan rasa percaya. Aku percaya kepada diriku dan kepada Tuhan ku. Bahwa Dia memberiku kekuatan untuk menopang semua rasa yang kelihatannya sulit untuk kulalui. Hari ini, dalam gemuruh peringatan Hari AIDS.. saya bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk hidup dan memberi lebih banyak kebaikan. Mengenal lebih banyak orang, mendatangi lebih banyak tempat, Belajar untuk lebih banyak tersenyum, dan membangun istana kebahagiaan. Teruntuk kehidupan, terima kasih.
selalu semangat ya, mak :)
BalasHapus