Sumber : Wikipedia.com |
‘Everest’ adalah film yang diadaptasi
dari kejadian nyata yang sangat dikenal dengan "The 1996 Mount Everestdisaster". Dimana pada 10–11 Mei 1996, 8
orang terjebak dalam badai ekstrim saat akan kembali setelah mencapai puncak everest. Beberapa akhirnya meninggal
saat mencapai puncak dan beberapa lagi meninggal saat akan
kembali ke camp 4.
Sumber : Google.com |
Film ini berkisah tentang perjalanan sejumlah pendaki, dan beberapa grup
pendaki besar, juga terdapat beberapa pendaki tunggal yang mendaki Everest
dalam kondisi badai ekstrim. Perjalanan ini dipandu oleh Mike Groom, Andy Harris/Harrold
serta Rob Hall yang merupakan pemilik
sebuah perusahaan adventure bernama ‘Adventure Consultant’ yang membawa 8 orang
dalam perjalanan ini. Rob dan timnya dikenal sangat professional memandu para
pendaki, biaya perjalanan yang ditawarkan mereka tidaklah murah. Adventure
Consultant memiliki peralatan pendakian yang lengkap, prosedur pengamanan
pendakian yang terjamin, Corra - tim
dokter, Hellen - tim komunikasi,
porter, mereka juga bekerja sama dengan pendaki local yang sangat mengenal
medan bernama Ang Dorje.
Klien mereka adalah Frank
Fishbeck(53) pernah 3 kali mendaki Everest, tapi baru satu kali
mencapai puncak selatan pada tahun 1994, Doug
Hansen(46) pernah satu kali ke everest bersama tim dari Rob hall
di tahun sebelumnya, Stuart Hutchison(34)
pendaki termuda dalam ekspedisi Everest tahun 1996 ini, Lou Kasischke(53) Pernah mendaki 6 puncak tertinggi
lainnya, Jon Krakauer(41)
Wartawan dari majalah Outside – majalah terkenal di Amerika yang menulis
tentang outdoor activity, Yasuko Namba(47)
perempuan tertua yang pernah mendaki 7 puncak tertinggi dunia-everest merupakan
pencapaiannya melengkapi seven summit trip, John Taske(56), dan Beck
Weather(49) Ahli Patologi asal Amerika ini memiliki pengalaman
10 tahun mendaki gunung tinggi dan 6 puncak tertinggi di dunia.
Rob Hall membawa tim dan Klien-nya dengan prosedur perjalanan yang
dipastikan aman. Namun, alam semesta merupakan sebuah ciptaan Tuhan yang tidak
pernah benar-benar dapat diprediksi meski dengan alat paling canggih. Dalam
perjalanan dari camp 4 di puncak selatan, para pendaki berhasil mencapai puncak
Everest. Namun karena ada persoalan teknis, seperti kelelahan, cuaca ekstrim dan beberapa
kondisi menyebabkan kejadian yang tidak diharapkan. Perjalanan Beck terhenti di
persimpangan antara puncak selatan dan puncak Everest, karena matanya yang
mendadak tidak dapat melihat. 6 pendaki lainnya (Frank, Stuart, Lou, Krakauer, John
dan Yasuko) berhasil mencapai puncak dengan susah payah dan kelelahan,
sedangkan Doug berhasil mencapai puncak di luar waktu yang telah ditentukan.
Sumber : Google.com |
Mike dan Harrold membawa kembali ke-6 pendaki yang lebih dulu mencapai
puncak serta Beck yang mendadak mengalamai kebutaan menuju camp 4. Namun beberapa
tidak berhasil karena kelelahan, kekurangan oksigen dan badai ekstrim yang menerpa.
Yasuko wafat dalam perjalanan. Doug yang berhasil puncak Everest dengan limit
waktu yang terbatas, didampingi oleh Rob untuk kembali ke puncak selatan. Namun
dalam perjalanannya, mereka didera badai ekstrim, Doug wafat dan Rob bertahan tidak
jauh dari puncak dengan kondisi tanpa oksigen tambahan. Harrold mendapat pesan
dari Hellen di pusat komunikasi, untuk kembali keatas membawakan Rob tabung
oksigen. Harrold berhasil mencapai Rob, namun sayangnya mereka berdua terjebak
badai ekstrim dan Keduanya wafat. Mike, Frank, Stuart, Lou, Krakauer, John, Beck kembali ke pos komunikasi dengan selamat. Selain rombongan korban dari tim Adventure Consultan, terdapat korban dari pendaki lainnya yakni 3 pendaki India, 1 pemandu perusahaan perjalanan lainnya dari Amerika 'Mountain Madness', Scott Fischer.
Sumber : Wikipedia.com |
Beberapa Jurnalis yg
saat itu ikut dalam pendakian mendokumentasikan
detail kejadian dalam buku mereka. Buku “The Climb" (1997),
diterbitkan kembali dalam judul "The
Climb: Tragic Ambitions on Everest". Ditulis oleh Pendaki asal Russia 'Anatoli Boukreev' saat pengalamannya
bersama para pendaki di bencana everest th 1996. Buku lainnya adalah
"Into Thin Air: A Personal Account
of the Mt. Everest Disaster” (1997) bestselling
non-fiction book yang ditulis oleh Jon Krakauer, salah satu jurnalis ternama yg
mjd salah satu dari grup pendaki th 1996 tsbt.
Sumber : Google.com |
Film ini wajib ditonton. anak-anak usia sekolah
boleh menonton dengan didampingi orangtua atau mereka yang lebih dewasa. Film ini sangat berdeda dengan film 5cm yg asal-asalan dalam mengilustrasikan
betapa pentingnya prosedur keamanan dalam mendaki gunung. Everest berhasil menggambarkan
kepada saya, bahwa kerja sama, persiapan yang matang, informasi yang tepat, kepercayaan,
komunikasi yang baik serta kerendahan hati sangat dibutuhkan saat hendak mendaki gunung. Namun, alam semesta
adalah suatu hal yang tidak dapat diprediksi, diluar kuasa manusia yang
tentunya dapat berubah sesuai kehendak sang kuasa. Film ini menggambarkan
kepada saya makna bersyukur, tentang kuasa Allah
swt atas ciptaannya.
Nafas saya beberapa kali tertahan di tengah-tengah film yang sedang
berjalan. Air mata pun tak kuasa terbendung, dan mengalir tanpa perintah.
Betapa manusia, sekeras apapun usahanya.. kita hanyalah manusia, memiliki
batasan. Di akhir film, hingga pagi ini saya menuliskan catatam ini di blog, Saya merasa sangat
kecil. We are nothing but human. Kita seringkali sombong dan merasa dapat
melakukan segalanya, sampai lupa bahwa kita cuma manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar