Sumber : Goolge.com |
Dalam keterbatasannya, perempuan yang warna
rambutnya tidak hitam ini menggambarkan mimpi mimpinya dalam tulisan. Saya
mengagumi pribadinya yang tidak biasa dan penuh warna. Cara berpakaiannya yang
tidak mainstream, koleksi hello kitty-nya yang sungguh konsisten dan entah
sejak kapan dikumpulkannya. Namun yang paling menginspirasi saya adalah
kekuatannya untuk menerima orang lain yang disekitarnya tanpa beda. Indi
taufik, biasa dikenal di social media twitter dengan nama akun @missbabbitt,
nama akun yang sungguh sulit untuk saya ingat di awal. Usia kami hanya terpaut
3 bulan, saya jauh lebih muda, namun tidak membuatnya terlihat tua, karena jiwa
nya yang penuh semangat terus memberi saya inspirasi.
Siapa yang menyangka, sosoknya yang ayu serupa
boneka jepang itu memiliki masalah dengan tulang belakangnya, atau sering kita
kenal dengan istilah Scoliosis. Indi mengaku, mengetahui dirinya memiliki
masalah tersebut secara tidak sengaja, saat membaca sebuah artikel mengenai
scoliosis di sebuah tabloid kesehatan saat indi berusia 12 tahun. Dari
informasi yang tertera pada artikel tersebut, terdapat informasi mengenai cara
mendeteksi scoliosis, dia langsung mencobanya, rasa penasarannya yang sangat
besar, membawanya ke sebuah perasaan terkejut. Saat disadarinya, ada punuk yang
cukup besar di bagian kanan, dimana merupakan salah satu ciri dari scoliosis.
Singkat cerita, setelah indi menyampaikan kepada kedua orangtuanya, mereka langsung menemui dokter dan mengkonsultasikan keadaan ini. Walau dokter tidak bisa mengetahui penyebab kelainan tulang belakang indi, namun beliau menjelaskan kepadanya bahwa kurva scoliosis pada tubuh indi sudah mencapai 35 derajat dengan tipe S. kondisi tersebut membuat indi harus memakai boston brace selama 23 jam setiap hari, sampai tulang di tubuhnya berhenti tumbuh di usia 18.
Singkat cerita, setelah indi menyampaikan kepada kedua orangtuanya, mereka langsung menemui dokter dan mengkonsultasikan keadaan ini. Walau dokter tidak bisa mengetahui penyebab kelainan tulang belakang indi, namun beliau menjelaskan kepadanya bahwa kurva scoliosis pada tubuh indi sudah mencapai 35 derajat dengan tipe S. kondisi tersebut membuat indi harus memakai boston brace selama 23 jam setiap hari, sampai tulang di tubuhnya berhenti tumbuh di usia 18.
Bagi saya yang menyukai aktifitas lapangan,
mungkin akan sedih berkepanjangan kalau mengalami kondisi seperti indi. Kenapa?
Karena, dengan kondisi scoliosis, jika terus melakukan aktivitas fisik yang
berlebihan dapat membuat tulang semakin bengkok. Aktifitas seperti berlari dan
melompat bisa memberi ‘hentakan’ pada tulang, apalagi untuk scolioser (sebutan
untuk seseorang yang mengalami scoliosis) yang tulangnya masih dalam masa
pertumbuhan itu justru bisa memberikan beban dan membuat tulang semakin bengkok.
But, I salute to their family! Ayah dan ibu indi tidak pantang menyerah, dan
mengupayakan jalan keluar yang terbaik bagi anaknya. Meski semakin indi
memasuki usia remaja-nya, Kurva scoliosisnya mencapai derajat 45 yang mana
sudah memasuki kategori berat. Berbagai macam cara lain pun ditempuh guna membantu
pemulihan dan perbaikan tulang indi, seperti fisioterapi dan chiropractic di
berbagai macam klinik.
Indi saat menggunakan Brace [Doc. Indi] |
doc. MSI |
Cerita indi, sahabat scolioser saya masih
bagian pertama nih. Saya akan melanjutkan tulisan ini, di bagian kedua mengenai
mereka yang indi sayang dan memberikan kekuatan dalam hidupnya. Dari catatan
ini, saya sesungguhnya malu. Karena indi, dapat memberi lebih dari sekedar
semangat kepada saya, tapi juga merangsang hati kecil saya, mimpi mimpi yang selama
ini saya pendam karena hidup dengan HIV AIDS. Mungkin indi gak tahu, sejak
bertemu dengannya pertama kali di Bandung Indah Plaza 2 tahun lalu, she already
steal my heart.. dan bikin saya kepo, kok bisa sih, cewek ini semangat walau memiliki
scoliosis. ---bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar