sumber gambar : childledchaos.me.uk |
Setelah pulih dari sakit. Saya langsung harus menyelesaikan tugas tugas kenegaraan di kantor. Walau selama ini memang mengerjakan semua dari rumah, dari balik layar laptop, tapi di samping itu ada beberapa pekerjaan diluar tugas utama yang memang sedang saya kerjakan, dan mengharuskan saya untuk wara wiri di Jakarta. Yup, semenjak memutuskan untuk merumahkan diri (hahaha.. bahasanya gak banget), maksudnya stay at home for work, ngurus anak dan mengelola rumah tangga bersama pasangan, saya jadi agak berat kalau harus tinggal anak dalam waktu lama. Padahal anak saya juga bukan baby lagi sih, udah 8 tahunn, but in her age now, my presence will be so meaningful for her. Dan hari iniiii...I will share the story about my Husband. Suami saya yang hebat, sang penyeimbang kehidupan. Well, hope you like it and get inspiration from the story ya :)
Sejak tahun 2014, saya bertanggung jawab mengelola project di kantor saya Indonesia AIDS Coalition. Project ini di fokuskan pada pengelolaan sosial media dan pelibatan lebih banyak organisasi dan LSM HIV AIDS dalam memanfaatpan peluang peluang yang ada dalam teknologi informasi dan komunikasi. Projectnya sendiri sudah hampir selesaaiii banget.. hehehe. setelah berkeliling 7 kota di tahun lalu, lalu membuat workshop, the end of the project is membuat sebuah dokumentasi dari apa yang telah dilakukan oleh beberapa brand sosial media yang menggunakan ICT atau TIK sebagai alat promosi, penyebar informasi, dan advokasi dalam isu HIV AIDS, atau yang berkontribusi di dalamnya. Jadi, nantinya akan ada sebuah buku atau jurnal, atau apa ya.. saya masih bingung mau nyebut hasil dokumentasi ini cocoknya apa.. tapi isinya akan berupa best lesson learn, yup.. pembelajaran terbaik yang bisa dipelajari dan dimanfaatkan oleh teman teman LSM HIV AIDS ataupun yang bergerak di isu serupa. nanti kalau hasilnya udah jadi, saya janji akan bagi pengalamannya di blog saya juga deh. hehehe..
Nah, lalu bagaimana dengan anak manis serta ayahnya yang bakalan ditinggal tinggal itu?? this is what i would like to share with you all. Sejak mengenal pasangan saya tahun 2012 lalu, saya selalu bilang sama dia, kalau kelak saya membutuhkan suami yang dapat menjadi penyeimbang kehidupan saya. karena saya orang yang sangat dominan, saya tidak ingin mendominasi kehidupan pernikahan saya kelak, saya juga tidak ingin punya suami yang dominan dan menguasai semua keputusan dalam rumah tangga. Because marriage is not supposed to be like that isn't it? Jadi kata kunci yang selalu saya tularkan padanya sejak awal adalah Toleransi, Komunikasi, dan Keseimbangan.
And he totally prove it to us!
Sejak menikah di awal 2014, dia membuktikan bahwa tugas mengurus rumah tangga dan mencari nafkah serta mengurus anak merupakan tanggung jawab AYAH dan IBU. Bahagia rasanya melihat suami yang gak sungkan untuk bersama membahagiakan kehidupan. Nah sejak tanggal 11 kemarin, saya sudah ada di jakarta untuk mulai menyelesaikan pekerjaan pekerjaan. Berkat teknologi (God bless all technology creator), saya tetap bisa memantau anak dan suami dari jakarta lewat whatssap, telfon dan semua platform sosial media. Pagi ini suami pamer bahwa sudah beberapa hari ini masak sendiri (soalnya biasanya beli makanan). Bahagia tidak terkira melihat foto masakannya. Karena pada akhirnya di tahun pertama pernikahan kami, semuanya semakin membahagiakan. keseimbangan keseimbangan yang dia ciptakan, meringkan langkah kami dalam hidup.
Selama saya bekerja. Suami akan siaga mengurus malika yang sangat hiperaktif dan senang beraktifitas. Dia gak sungkan menemani sang anak berjalan jalan ke taman taman kota Bandung, menemaninya main skateboard, latihan renang, menyiapkan makanan, solat berjamaah, membacakan dongeng sebelum tidur, hingga mendengar celotehnya yang sama cerewetnya dengan sang ibuk. Bangga nya saya memiliki suami yang tidak mengeluh, "kamu pergi pergi mulu.." atau "aku repot banget nih ngurus anak". No he never frowned or even say no. Alhamdulilahnya, sang anak juga sangat menyayangi ayahnya, dan mau jadi team yang hebat satu sama lain. Sehingga, meski jauh, walau ditinggal mulai dari trip dekat ke Jakarta hingga ke Melbourne Australia, dia membuktikan dapat menjadi ayah dan suami yang teladan. Horeeeee... hidup suamikuuu!
Nah, lalu bagaimana dengan anak manis serta ayahnya yang bakalan ditinggal tinggal itu?? this is what i would like to share with you all. Sejak mengenal pasangan saya tahun 2012 lalu, saya selalu bilang sama dia, kalau kelak saya membutuhkan suami yang dapat menjadi penyeimbang kehidupan saya. karena saya orang yang sangat dominan, saya tidak ingin mendominasi kehidupan pernikahan saya kelak, saya juga tidak ingin punya suami yang dominan dan menguasai semua keputusan dalam rumah tangga. Because marriage is not supposed to be like that isn't it? Jadi kata kunci yang selalu saya tularkan padanya sejak awal adalah Toleransi, Komunikasi, dan Keseimbangan.
masakan suami :) |
Sejak menikah di awal 2014, dia membuktikan bahwa tugas mengurus rumah tangga dan mencari nafkah serta mengurus anak merupakan tanggung jawab AYAH dan IBU. Bahagia rasanya melihat suami yang gak sungkan untuk bersama membahagiakan kehidupan. Nah sejak tanggal 11 kemarin, saya sudah ada di jakarta untuk mulai menyelesaikan pekerjaan pekerjaan. Berkat teknologi (God bless all technology creator), saya tetap bisa memantau anak dan suami dari jakarta lewat whatssap, telfon dan semua platform sosial media. Pagi ini suami pamer bahwa sudah beberapa hari ini masak sendiri (soalnya biasanya beli makanan). Bahagia tidak terkira melihat foto masakannya. Karena pada akhirnya di tahun pertama pernikahan kami, semuanya semakin membahagiakan. keseimbangan keseimbangan yang dia ciptakan, meringkan langkah kami dalam hidup.
Selama saya bekerja. Suami akan siaga mengurus malika yang sangat hiperaktif dan senang beraktifitas. Dia gak sungkan menemani sang anak berjalan jalan ke taman taman kota Bandung, menemaninya main skateboard, latihan renang, menyiapkan makanan, solat berjamaah, membacakan dongeng sebelum tidur, hingga mendengar celotehnya yang sama cerewetnya dengan sang ibuk. Bangga nya saya memiliki suami yang tidak mengeluh, "kamu pergi pergi mulu.." atau "aku repot banget nih ngurus anak". No he never frowned or even say no. Alhamdulilahnya, sang anak juga sangat menyayangi ayahnya, dan mau jadi team yang hebat satu sama lain. Sehingga, meski jauh, walau ditinggal mulai dari trip dekat ke Jakarta hingga ke Melbourne Australia, dia membuktikan dapat menjadi ayah dan suami yang teladan. Horeeeee... hidup suamikuuu!
Jadi kalau teman teman (yang baca blog saya dan masih, ehm.. Jomblo) hendak mencari pasangan. Selain tentunya cari yang setia, Carilah yang bisa menyeimbangkan kehidupan. Tidak sungkan turun ke dapur untuk memasak, cekatan membantu membersihkan rumah, menyayangi anak menjadi sahabat anak, giat mencari nafkah, serta mencintai kita sepenuh hati. Wajah dan tingkat pendidikan itu nomer sekian, karena nilai nilai kehidupan seperti kasih sayang dan ketulusan hati jauh lebih penting. Eits, tapi kita juga gak boleh lantas duduk berpangku tangan. Kita juga harus terlibat dalam tanggung jawab bersama untuk membahagiakan kehidupan. Dan suami saya, sangat mendukung semua aktifitas yang saya lakukan. Proud of Us! yes your family is your team, jalanlah bersama sama, bergandeng tangan dan tentunya saling mendukung satu sama lain.
jadi pengen cepet-cepet nikah *eh* haha...
BalasHapus