sumber gambar : google.com |
Poster Dialog Muda 2015 |
Tentang Kompetisi Dialog Muda
Kompetisi Kreatif Internasional Dialog Muda adalah sebuah adapatasi dari International Competition Global Dialogue. Kompetisi yang dikhususkan untuk anak muda dari seluruh Indonesia berusia 15-24 tahun ini, memiliki tema tema yang sangat menarik. Seluruh karya yang dikirimkan dapat berupa karya kreatif apapun, bisa gambar, lukisan, photo story, puisi, cerita, film, lagu, bahkan slogan yang hanya berisi 2 kalimat. karya yang dikirimkan harus bertema HIV dan AIDS, Seksualitas, dan Kekerasan. nah, 20 karya terbaik dari seluruh Indonesia akan diikutsertakan pada kompetisi Global Dialogues International yang diikuti oleh anak-anak muda dari Indonesia, Guatemala, dan Kenya. Salah satu dari 20 karya terbaik di tingkat nasional juga akan dibuatkan menjadi film pendek oleh sutradara Indonesia ternama. Kompetisi Dialog Muda sudah diselenggarakan tiga kali, sejak tahun 2013, 2014 dan yang terakhir diadakan di tahun ini. Setiap tahunnya melahirkan ide ide dan inspirasi berharga, mengenai remaja dan problematika di sekitarnya. Pada Kompetisi Dialog Muda yang kedua tahun 2014, saya terlibat menjadi salah satu dewan juri mewakili kelompok orang yang hidup dengan HIV AIDS (ODHA). Pengalaman menjadi Juri Dialog Muda, dapat dibaca di sini, sini dan sini.
doc. Kepompong Gendut |
Saat pertama kali menerima email dari Sammaria Simanjuntak, saya sedikit bingung. Siapa dia? Saya saat itu belum menyadari bahwa perempuan berdarah Batak ini, merupakan perempuan hebat dibalik beberapa film seperti Demi Ucok, Cin(T)a, Selamat Pagi Malam, serta beberapa judul film pendek Emit, seven deadly kiss dan pengakuan Acun. Atit orang yang sangat smart dan serius dalam karier perfilmnya, film Demi Ucok yang selalu membekas di kepala saya, ternyata dibintangi oleh ibundanya tercinta yang sering kita kenal dengan panggilan Mak Gondut, panggilannya dalam film tersebut. film Demi Ucok, meraih 8 nominasi dan 1 piala dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2012. Bayangkan, Membaca dan mengetahui lebih banyak tentang Atit dan kepompong Gendut melalui karya karyanya, membuat saya semakin penasaran, hmm.. kira kira gimana proses pembuatan fillm Misteri 'Anu' jatuh nanti ya. beruntungnya saya, karena kantor Kepompong Gendut berada di Jl.Bali Nomor 7 di Bandung yang jaraknya sangat dekat dengan rumah saya. Sehingga beberapa akifitas terkait persiapan shooting Misteri 'ANU' Jatuh menjadi lebih mudah.
doc. pribadi |
Utomo Priyambodo, adalah seorang Mahasiswa Pertambangan di Institut Tekhnologi Bandung. Pria yang tubuhnya tinggi jangkung adalah orang dibalik MAJ. Yup, Tomo yang menulis cerita ini, dan kisahnya menang menjadi cerita pilihan dalam Kompetisi Dialog Muda tahun 2015. Saat bertemu dengan Tomo untuk pertama kalinya di Penganugerahan Pemenenag Kompetisi Dialog Muda tahun ini. Tomo yang sangat ramah dan (kayaknya) sedikit gugup saat bertemu saya, menceritakan tentang cerita yang ditulisnya. Cerita ini adalah tentang Kondom yang secara tidak sengaja ditemukan oleh dua orang, dan keduanya tidak mau mengakui. Judul asli ceritanya telah dimodifikasi oleh Sally Anom Sarry Dan Aji, menjadi 'MAJ' yang ceritanya kemudian dikembangkan menjadi lebih menarik dan penuh intrik. Setelah melalui serangkaian perubahan, MAJ menjadi cerita tentang ditemukannya sebuah kondom di dalam sebuah Wisma yang konon sangat bermartabat. Yap, nama Wisma dalam cerita ini adalah Wisma Bermartabat. Ada 5 orang yang sedang menginap disana, yang kemudian menjadi sasaran tersangka oleh kedua orang pemilik wisma ini. Dia adalah Anak baik baik, Tuan Arab, Transgender, Anak Band dan Anggota DPR.
Boni dan Noni (doc. Tazia) |
Boni dan Noni, adalah dua orang pemilik Wisma Bermartabat. keduanya bertubuh sangat gemuk, dan dengan karakter yang sangat ingin tahu berusaha memecahkan misteri kondom yang mereka temukan tersebut. 5 orang penghuni wisma, menjadi tertuduh pemilik kondom tersebut. mereka diantaranya, Anak Band, dengan dandanan kucel dan slengean, hidup cuek dan selalu dikelilingi banyak perempuan dianggap memiliki potensi pemilik kondom tersebut. Tuan Arab, wajah Arabnya menyimpan misteri dan cap bahwa seorang keturunan Arab, pasti hobi kawin dengan banyak perempuan. Kecurigaan juga tertuju padanya. Anggota DPR (meskipun perempuan), juga menjadi salah satu sosok yang dicurigai, karena acapkali mendapat gratifikasi dalam bentuk Jasa seks. Adalagi anak baik baik, yang diam diam dibalik kepolosan dan keluguannya, menyimpan misteri dan juga dicurigai menjadi pemilik kondom. Yang terakhir adalah sang Transgender, yang selalu diasumsikan menyimpang serta kehidupan seks yang tidak terkendali. Kelima orang ini, dicurigai menjadi para pemilik kondom. Tapi.. bukankah semua memang membutuhkan kondom? Nah penasaran gak sih sama ending ceritanya. Saya juga penasaran.
Erick Tobing, Tiwi Sinaga, Sahat, Fahad Scale, Saya dan Rycar Pakpahan (doc.Tiwi) |
Ada apa di Lokasi Shooting, siapa saja pemainnya..
Setelah proses Interview dan reading bersama yang dilakukan beberapa minggu lalu. Akhirnya, Indri, Tim kepompong Gendut yang mana adalah seorang Nezindahood (penggemar Agnezmo) -abaikan. oke, Indri lah yang diberi tanggung jawab untuk mengupdate kepada seluruh Cast/Pemain, mengenai jadwal, update kegiatan shooting dan rencana rencana, sampai ke urusan makan, penginapan, transportasi dan naskah yang akan dibutuhkan para pemain. Wah sibuk kali kak Indri ini ya. Bersama Indri, ada Erika, yang dipanggil Eik yang juga membantu kelancaran shooting, secara teknis. Rycar Pakpahan berperan menjadi Boni, Tiwi Sinaga berperan menjadi Noni, Maria Sahida berperan menjadi Anggota DPR, Fahad Scale berperan menjadi Tuan Arab, Ayu Oktariani (saya) berperan menjadi Anak baik Baik, Erick Tobing berperan menjadi Anak Band, dan Dena Rachman berperan menjadi Transgender. Ketujuh pemain yang awalnya tidk terlalu mengenal satu sama lain, menjadi lebih akrab karena film pendek tentang Kondom ini. Saya yang sudah pernah bermain di film pendek berjudul HARUS, kembali canggung karena memainkan peran yang sederhana, namun didalam film yang luar biasa di sutradarai oleh Sammaria Simanjuntak.
Boni (Rycar) dan Noni (Tiwi) sedang Reading, diawasi ibu Atit |
proses pengambilan gambar |
Atit, people behind this amazing process |
proses pengambilan gambar |
proses pengambilan gambar |
proses pengambilan gambar |
Minggu sore, saya dan beberapa pemain berangkat menuju Lembang. Lokasi shooting, mengambil tempat di sebuah penginapan nan Asri bernama Sandalwoods. Setibanya disana, Erika langsung membantu pembagian kamar para pemain dan dilanjutkan dengan makan malam. Sembari makan malam, Erika memberikan arahan terkait jadwal esok pagi, siapa yang mendapat bagian awal sampai akhir shooting esok hari. Proses pengambilan gambar sedikit terlambat satu jam dari jadwal semestinya satu jam. Saya yang kebagian take paling akhir, santai menunggu panggilan make up dan photo shoot sebelum akhirnya mengakhiri sesi shooting di akhir hari. tepat pukul 6 semua scene selesai di ambil. Dan cukup lega sebagai penutup bisa memberikan apa yang saya miliki secara maksimal. Sedihnya adalah, kita gak sempat foto bareng dengan seluruh crew dan pemain. Karena memang jadwal yang tidak sama, dan beberapa harus kembali lebih cepat. But I honestly really proud, bisa jadi bagian dari film pendek ini.
Kenapa Kondom?
Beberapa orang mungkin akan langsung bereaksi terhadap ide cerita ini. kenapa sih ngomongin kondom, mau membiarkan seks bebas terjadi ya? mungkin sebagian orang punya pemikiran seperti itu. Tapi cerita ini merupakan penggambaran paling jujur bahwa, kondom sangat dibutuhkan sebagai alat perlindungan kesehatan. Bukan hanya sebagai pencegahan kehamilan (seperti yang kebanyakan orang sudah ketahui), namun dalam kondisi tertentu, kondom sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengurangi resiko penularan penyakit yang dapat tertular melalui hubungan seksual yang tidak aman. Sayangnya, di Indonesia, kondom di asumsikan sebagai promosi seks bebas oleh beberapa kalangan. Padahal jika edukasi mengenai kondom dibarengi dengan edukasi mengenai kesehatan seksual dan reproduksi, kita dapat melihat manfaat nyata dari kondom itu sendiri. Semoga kita bisa lebih cerdas menyikapi setiap persoalan, jangan hanya dari sudut pandang kita sendiri. Seperti saat ada begitu banyak ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV AIDS, Kita tidak bisa langsung menyalahkan si perempuan yang tidak tahu apa apa, atau si pria yang (mungkin) memiliki perilaku beresiko sehingga rentan tertular HIV, ataupun (lagi lagi) menyalahkan para penjaja seks. Kita bisa mulai berfikir dan menarik semuanya dari hal hal sederhana, apakah informasi komprehensif mengenai Kesehatan Seksual dan reproduksi termasuk HIV serta bahaya Napza, sudah masuk sampai ke rumah rumah, dalam hal ini lingkungan RT dan RW, ibu PKK, ibu pengajian, karang Taruna serta sekolah sekolah? Siapa yang memiliki peran tersebut? Apakah pemerintah, atau Masyarakat, atau keduanya? Nah. Semoga setelah film pendek ini sudah siap ditonton (melalui Channel YouTube), teman teman bisa melihat bahwa Kondom benar dibutuhkan oleh banyak orang :)
Terima Kasih : Dialog Muda, HIVOS, Pamflet, GWL Ina, Kepompong Gendut, All Cast, and Crew.
Please feel free to add comment, but Judgmental comment will be deleted by me. Thanks.
siapp, *menunggu filmnya tayang* hihi
BalasHapus