Percayakah teman, sudah 21 hari saya duduk
manis dirumah. Saya tidak melakukan aktifitas apapun diluar rumah. Saya hanya
keluar untuk membeli sarapan, atau sayur mayor untuk memasak. Selebihnya saya
memilih untuk mengurus rumah, melakukan pekerjaan dari rumah, mengurus anak,
dan focus pada pemulihan kesehatan saya. Namun apakah semua itu cukup? Apakah
itu semua mampu membuat diri saya sehat? Jawabannya tidak. Maka kemudian suami
saya meminta untuk saya menyibukkan diri dan mencari udara segar. Dimana pas
sekali, di Bandung sedang ada festival teknologi informasi dan komunikasi yang
diselenggarakan oleh kementrian kominfo. Bergegas saya melakukan pendaftaran,
pada malam hari, dan berniat untuk menyibukan diri dengan bersosialisasi di
Festival tersebut.
Pagi hari, setelah menyiapkan semua kebutuhan
malika dan sarapan kami. Saya yang sudah menyiapkan diri dari semalam, sudah
siap untuk diantar suami berangkat ke tempat kegiatan. Kegiatan yang
dilaksanakan di Sasana Budaya Ganesha, Bandung ini, akan dihadiri oleh banyak
orang yang haus informasi dan pengetahuan. Orang orang yang berdedikasi tinggi,
untuk membangun desa-nya, membangun kota tempat mereka tinggal, serta membangun
kelompok dan diri mereka, menjadi pribadi yang cerdas. Saya yang hari itu hadir
membawa nama organisasi tempat saya bekerja, berharap akan mendapat banyak ilmu
dan bertemu banyak teman.
Agenda yang cukup padat cukup membuat bingung
banyak orang untuk berada di sesi yang mana. Begitu pula dengan saya. Namun
setelah sibuk mencari dan memilih sejak semalam. Saya memutuskan untuk
mengikuti prosesi pembukaan kegiatan sejak pagi. Kegiatan ini dibuka oleh bapak
walikota Bandung (idola kita semua) bapak Ridwan kamil, dan menteri Kominfo
bapak Rudiantara. Keduanya menyampaikan tentang pentingnya inovasi dalam
membangun sebuah kota, atau membangun sebuah Negara. Teknologi, informasi dan
komunikasi dapat menjadi peluang yang sangat baik saat dimanfaatkan dengan
maksimal. Bukan hanya menjadi sebuah peluang, namun TIK dapat mendorong
pesatnya kemajuan sebuah bangsa. Namun, keduanya juga menyampaikan tentang
bagaimana teknologi yang cerdas tidak akan maksimal tanpa peran serta
masyarakatnya yang cerdas. Saya setuju dengan hal itu.
Ada 2 kegiatan lainnya yang saya ikuti, ada
sesi tentang bagaimana peran perempuan dalam dunia digital. Dan bagaimana
membangun tembok yang baik untuk masyarakat yang cerdas. Sejujurnya saya tidak
cukup puas dengan sesi yang pertama dimana, tidak memunculkan figure figur
perempuan dalam pemanfaatan TIK. Sosok sosok inspiratif yang selama ini
memiliki banyak upaya mensejahterakan banyak kelompok, melalui upaya
pemanfaatan teknologi, sehingga dapat memberikan kami lebih banyak inspirasi.
Namun, saya menyadari, tidak ada acara yang sempurna. Sehingga saya merasa,
daripada harus megeluh, saya memutuskan untuk bertukar kontak dengan sang
pengisi materi, dan bertanya jika ada kesempatan komunitas mereka memiliki
gathering, saya dan odha berhak sehat akan dengan senang hati ikut serta dalam
kegiatan mereka. Dan perempuan cantik bernama ratri dari komunitas Idgeekgirls,
dengan tangan terbuka menerima permintaan saya. Sehingga saya akan berencana
untuk menyambangi komunitas mereka.
Di sesi yang kedua, orang orang yang memberikan
materi sudah cukup saya kenal dengan baik. Mereka adalah tim dari ICT Watch.
Ada Bung Almas, asal Maluku. Ada mas Matahari Timoer (bukan nama sebenarnya)
dan ada seorang warga asing bernama Joshua yang rupanya memberikan banyak
kontribusi melalui apa yang dia lakukan di ICT watch. Dalam sesi mereka saya
tersadarkan tentang, kecerdasan sebuah kota dan Negara tidak melulu dapat
diukur dengan sebuah teknologi. Berapa banyak Negara cerdas yang mampu memiliki
masyarakat yang cerdas. Ya, masyarakat harus lebih cerdas dari teknologi.
Contoh contoh yang mereka temukan di lapangan membuka mata saya, bahwa
kecerdasan sebuah teknologi, tidak akan berjalan maksimal saat tidak adanya
kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Kolaborasi tersebut semestinya
dapat melahirkan gagasan gagasan kreatif, dimana mereka sama sama dapat melihat
apakah teknologi benar benar dibutuhkan, apakah teknologi benar benar dapat
membantu. Apakah dengan cara cara yang biasa mereka lakukan, desa tempat mereka
tinggal tidak dapat menjadi cerdas. Sehingga pada akhirnya, penempatan dan
penggunaan teknologi tentu harus di sesuaikan dengan kebutuhan kelompok
masyarakatnya, dan ditunjang dengan infrastruktur yang memadai dan system
evaluasi kerja serta monitoring yang maksimal.
Pertemuan pertemuan dengan orang orang yang
cerdas dan inovatif di festival TIK sungguh menyehatkan diri saya. Meskipun
rasa kelelahan sering kali muncul, namun saya berusaha tetap mengimbangi dengan
konsumsi air minum yang konstan dan asupan makan yang tidak kurang. Membuka
diri dan bersosialisasi dengan kelompok masyarakat diluar isu HIV sungguuh
sangat membantu proses pemulihan kesehatan saya. Kebanyakan dari mereka tidak
mengetahui saya HIV positif. Namun kemudian, setelah tahu, malah kemudian
banyak bertanya dan mencari informasi informasi penting terkait HIV dan
kesehatan diri. Tidak ada satupun stigma yang muncul di sekeliling saya selama
festival TIK berlangsung. Selain karena beberapa dari orang yang saya temui
rutin membaca catatan catatan saya dalam blog, namun juga mereka orang orang
cerdas pembaca informasi. Terima kasih festival TIK, di minggu ketiga
pengobatan saya, momentum yang baik ini tidak akan saya lupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar