Penerimaan Sekitar
Catatan 22 Mei 2015
sumber : google.com |
There is no right or wrong way to have this disease. Nor is there a right or wrong way for those without AIDS to respond to their friends who have been diagnosed.
- Keith Gan (Person with AIDS)
- Keith Gan (Person with AIDS)
Bagaimana lingkungan di sekitar kita dapat menerima kondisi kita sepenuhnya? Bila mereka tahu kita memiliki HIV, atau kanker, atau leukemia. Apakah mereka juga memiliki kekuatan dan keyakinan yang sama dengan kita yang mengidap penyakit penyakit tersebut. Ataukah mereka malah memiliki ketakukan dan kekhawatiran yang jauh lebih besar daripada kita. Lantas apa makna penerimaan itu sendiri bagi kita, bisa jadi berbeda dengan yang dipahami oleh orang orang disekitar kita. Dan kira kira bagaimana, agar hati, jiwa serta pikiran kita selaras dalam menerima proses pemulihan kesehatan yang sedang kita jalani.
Tahun 2009, kedua orangtua saya tidak menitikan air mata saat mendengar vonis HIV yang menimpa putri ketiganya ini. keduanya diam. namun dalam diamnya saat mendampingi saya, dapat terasa kuat kesedihan dan kekhawatiran tentang bagaimana hari esok. Jangankan keduanya, saya sebagai orang yang baru saja mengetahui ada virus yang kini hidup dalam hidup saya terkejut dalam diam. ya, kami lantas diam. Diam, berusaha menerima, sembari berfikir, dan dokterpun tetap berbicara dalam suasana diam yang sangat kuat.
Hari ini tahun 2015, 6 tahun sejak kami semua mengetahui bahwa Virus HIV menjadi bagian dari keluarga kami. Anggota keluarga baru. melalui 6 tahun tentunya tidaklah mudah. ada kesedihan, kemarahan, kebencian, kecurigaan, rasa takut dan curiga. Tapi selain itu.. dalam prosesnya pun kami berusaha membangun komunikasi, memelihara rasa silaturahmi dan kekeluargaan, menumbuhkan kebahagiaan yang pernah ada, dan sempat terampas sejenak semenjak si virus hadir.
Saya, tentunya tidak pernah lelah memberikan pemahaman kepada keluarga. Mengenai apa dan bagaimana. Apa yang harus kita ketahui mengenai penyakit ini. Dan bagaimana langkah selanjutnya. Puluhan buku dan lembar informasi, pertemuan kelompok dukungan yang sudah tidak dapat dihitung oleh jari, serta diskusi internal yang dibangun demi membangun rasa percaya antara mereka dengan saya. Dan mereka, kedua orangtua saya serta keluarga, mereka perlahan belajar. yup, belajar itu tidak perlu terburu buru. Pemahaman akan sebuah ilmu tidak dapat diresapi dengan sekali membaca, dua kali melihat, tiga kali mendengar, butuh konsistensi serta keinginan untuk menerima semua yang hendak kita pahami. Dan saya beruntung. bahwa saya memiliki keluarga yang sungguh ingin belajar, belajar untuk memahami saya, memahami virus HIV dan memahami bahwa ada hal hal yang tak bisa kita ubah, namun bisa kita perbaiki. Sulitkah? tentu. Tidak ada yang mengatakan 6 tahun ini sangat mudah. tapi kami meyakini, bahwa kami semua harus menjalani proses ini bersama. yup, bersama. Mereka yakin dan sungguh percaya, bahwa dengan mendamingi ayu dan belajar menerima, akan memberi secercah cahaya di depan. Jalan kami tentu masih panjang, jalan berliku dan menanjak. Tapi kami bahu membahu, bersama.. ya.. bersama, HIV tidak menghalangi kami untuk tetap bersama menjadi keluarga.
Hari ini tahun 2015, 6 tahun sejak kami semua mengetahui bahwa Virus HIV menjadi bagian dari keluarga kami. Anggota keluarga baru. melalui 6 tahun tentunya tidaklah mudah. ada kesedihan, kemarahan, kebencian, kecurigaan, rasa takut dan curiga. Tapi selain itu.. dalam prosesnya pun kami berusaha membangun komunikasi, memelihara rasa silaturahmi dan kekeluargaan, menumbuhkan kebahagiaan yang pernah ada, dan sempat terampas sejenak semenjak si virus hadir.
Dokumentasi Pribadi |
Saya, tentunya tidak pernah lelah memberikan pemahaman kepada keluarga. Mengenai apa dan bagaimana. Apa yang harus kita ketahui mengenai penyakit ini. Dan bagaimana langkah selanjutnya. Puluhan buku dan lembar informasi, pertemuan kelompok dukungan yang sudah tidak dapat dihitung oleh jari, serta diskusi internal yang dibangun demi membangun rasa percaya antara mereka dengan saya. Dan mereka, kedua orangtua saya serta keluarga, mereka perlahan belajar. yup, belajar itu tidak perlu terburu buru. Pemahaman akan sebuah ilmu tidak dapat diresapi dengan sekali membaca, dua kali melihat, tiga kali mendengar, butuh konsistensi serta keinginan untuk menerima semua yang hendak kita pahami. Dan saya beruntung. bahwa saya memiliki keluarga yang sungguh ingin belajar, belajar untuk memahami saya, memahami virus HIV dan memahami bahwa ada hal hal yang tak bisa kita ubah, namun bisa kita perbaiki. Sulitkah? tentu. Tidak ada yang mengatakan 6 tahun ini sangat mudah. tapi kami meyakini, bahwa kami semua harus menjalani proses ini bersama. yup, bersama. Mereka yakin dan sungguh percaya, bahwa dengan mendamingi ayu dan belajar menerima, akan memberi secercah cahaya di depan. Jalan kami tentu masih panjang, jalan berliku dan menanjak. Tapi kami bahu membahu, bersama.. ya.. bersama, HIV tidak menghalangi kami untuk tetap bersama menjadi keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar