Happiness is about how you thankful for what you have,and what you have done. |
oh sungguh aku telah mengingkari janji pada diriku sendiri untuk konsisten menulis.
tapi, hingga malam ini (sesuai pesan suami), janganlah menulis karena terpaksa. biarlah semua mengalir apa adanya. semenjak terakhir menulis kisah cinta 1 tahun pernikahan saya dan suami. saya 'blass' kembali berhenti menulis blog hingga hari ini. berarti totalnya sekitar 19 hari. But I miss my blog honestly. saya rindu mengutarakan kata kata yang ada dalam hati dan pikiran saya. Tapi terhalang, karena banyak hal. Saya sempat jatuh sakit dan bed rest total selama 7 hari. itu adalah sakit terlama, setelah (alhamdulilah) saya sangat sehat setahun belakangan ini. seperti reminder, bahwa saya harus memperhatikan sang Empunya tubuh, yang kadang suka se'ena'e dewe.
Saya kemudian diingatkan setiap harinya tentang makna 'bahagia'. Setiap hari saya sering bertanya, saat melihat anak sehat -apakah ini makna bahagiamu?- atau saat dipeluk suami setiap malam menjelang tidur -apakah ini makna bahagiamu?- atau saat bisa berjalan jalan keliling indonesia dan menikmati indahnya suasana alam yang sebelumnya tidak pernah dijumpai -apakah ini makna bahagiamu?- pertanyaan pertanyaan tersebut selalu datang setiap detik. lalu saya selalu menjawab, alhamdulilah. dan dalam sebuah kata syukur itu, saya menemukan kebahagiaan.
Sore ini dibawah langit Bandung yang berawan, saya menghirup udaranya yang sedikit lembab dan dingin. Lalu saya ingat seminggu lalu saya terbaring di kamar tidak bisa melakukan apapun. Makan diladeni suami, minum obat dengan jumlah yang banyak, tidur, duduk, bangun dan berjalan membuat bumi rasanya berputar, sampai di titik tersebut saya berucap, 'saya harus sehat'. dan Sore tadi saya bersyukur, dapat menyesap udara sore, sambil menemani malika latihan renang setiap jum'at, walau masih sedikit lelah, tapi say abersyukur, sudah kembali sehat.
Jadi apapun itu saya menyimpulkan, bahwa bahagia adalah saat saya dapat mensyukuri apa yang saya miliki saat ini, apa yang telah saya capai. Saat saya masih dapat mengucap syukur, karena udara yang bisa saya hirup, panas matahari yang mengeringkan jemuran pakaian kami di loteng, saat sepiring kupat tahu singaparna langganan kami memenuhi lapar sang perut. Alhamdulilah, rasa sehat dan syukur ini tidak ternilai harganya. Sulit untuk di implementasikan, namun indah saat dapat dirasakan.
terima kasih suamiku dan putriku Malika,
*peluk sayang si mami yang bawel dan cerewet*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar