Kamis 25 September 2014 – Day III
Kini nama SD Muhammadiyah Gantong
sangat populer di era tahun 2000-an. Dahulu kala, siapa sangka sekolah itu bisa
mencetak manusia manusia hebat, salah satunya Andrea Hirata. Langkah perjalanan
kami mengakhiri Trip ke Belitung adalah mampir ke desa gantong, dan mengunjungi
replika SD Muhammadiyah tempat ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai,
Borek, Trapani dn harun bersekolah. Sekolah asli nya sudah lama tidak ada, dan
kini kembali berdiri, sebagai pengingat warga balitung Timur bahwa dahulu kala
ada sebuah sekolah yang tidak memungut biaya, dengan tenaga pengajar terbatas,
namun dapat memberikan pelajaran berharga mengenai hidup.
Dari hasil bincang bincang saya
dengan warga dan tour guide kami, SD Muhammadiyah Gantong hanya memiliki 10
orang murid. Harus berjumlah minimal 10 orang, jika tidak Depdikbud Provinsi
Sumatera Selatan akan menutupnya. Saat itu belitung belum menjadi bagian dari
Provinsi Bangka belitung. Namun masih bagian dari Sumatera Selatan. Adapun
sekolah lainnya, yakni SD PN, adalah sekolah swasta khusus untuk anak anak
pegawai PT PN Timah, sekolah yang jauh lebih layak, baik secara bangunan, bahan
pengajaran, begitupula tenaga pengajar.
Di Replika sekolah ini, kita bisa
melihat bahwa sekolah ini hanya dibangun dengan kayu sederhana yang perlahan
lapuk dimakan panas serta hujan. Dengan kondisi cuaca di Belitung yang
cenderung panas, membuat sekolah ini terasa tandus dengan pasir yang berada di
sekeliling sekolah. Bagi mereka yang sudah menonton film laskar pelangi pasti
mengetahui kenapa Kita sepatutnya bersyukur jika diberikan kesempatan untuk
bersekolah. Atau betapa berharganya ilmu pengetahuan.
Berdiri di dalam ruang kelas
serta berkeliling di replika sekolah ini, mengiris hati saya, mengingat bahwa
saya bukan anak yang senang dengan lingkungan sekolah. Bukan karena saya tidak
suka belajar. Namun kemegahan gedung tempat saya mengenyam pendidikan, tidak
diiringi dengan nilai nilai kehidupan yang bermakna yang diberikan oleh para
guru guru. Saya hanya menyukai masa sekolah dasar saya, selebihnya, yang saya ingat
hanya, saya harus belajar belajar dan belajar. Guru serta orangtua tidak
peduli, apakah saya suka, saya mampu dan saya minat akan mata pelajaran yang
ada seperti matematika, kimia, fisika atau ekonomi. Karena semestinya sekolah
bukanlah tuntutan, tapi arahan. Bahwa seharusnya sekolah memberikan ruang
kepada manusia manusia untuk mengenal lebih dalam makna hidup.
To Be Continue..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar