Rabu 24 September 2014 – Day II
Tidak lelah dan
berhenti sampai disini. Lelah bermain main didalam air, memberi makan ikan dan
menyelam melihat ke dalam laut. Perjalanan kami lanjutkan ke Pulau Lengkuas. Berdasarkan
link yang saya baca di http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Lengkuas
Pulau Lengkuas adalah salah satu primadona pariwisata di Provinsi kepulauan
bangka Belitung. Pulau ini merupakan satu dari ratusan pulau yang mengelilingi
Pulau belitung. Daya tarik utama di pulau ini adalah sebuah Mercusuar Ethoven yang
dibangun oleh pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1882. Dan kerennya, mercusuar
tersebut masih berfungsi dengan baik sebagai penuntun lalu lintas kapal yang
melewati atau keluar masuk Pulau Belitung. Semoga kalian semakin menikmati
tulisan saya di paragraf selanjutnya.
Untuk memasuki
Mercusuar, wisawatan harus membayar lima ribu rupiah. Uang tersebut digunakan
untuk pemeliharaan dan biaya biaya tambahan, karena kini subsidi pemeliharaan
mercusuar dari pemerintah sudah terhenti. Adalah Pak Jono yang saya temui
sebelum kami naik keatasnya. 4 orang dari kami, memutuskan untuk berani keatas,
sedangkan 5 lainnya masih sangat lelah setelah seharian bermain di laut. Pak
Jono sang penjaga mercusuar mengatakan, mercusuar ini terdiri dari 313 anak
tangga, dan 18 lantai. Sudah berdiri sejak tahun 1882, Mercusuar ini merupakan
produk pabrikan Chance Brothers & Co yang terletak dekat kota Birmingham, dan
hingga kini masih berfungsi dengan sangat baik.
Merinding bulu kuduk saya
membayangkan usia mercusuar yang kini mencapai angka 132 tahun. Fiuh, ngeri. Semoga
saat naik nanti semua berjalan lancar. Saya, Denni, Sindi dan Yohana membasuh
kaki sebelum masuk kedalam mercusuar. Entah mengapa. Logika saya mengatakan,
kaki kami berpasir, dan harus dibersihkan sebelum masuk. Ternyata, masuk
kedalam pun tidak diperkenankan menggunakan alas kaki. Yup, its totally make
sense. 132 tahun, ratusan orang pula yang keluar masuk naik sampai ke
puncaknya. Memelihara bangunan ini agar tetap terjaga, mengurangi beban dari
alas kaki yang kadang membuat bobot tubuh bertambah.
Suasanya didalamnya
sungguh, hmm.. jujur terasa dingin dan mencekam. Seram. Di pintu utama sebelum
naik menuju lantai pertama, kami disambut oleh gerbang yang terlihat seperti
penjara. Saya lalu penasaran dan tergelitik untuk mencari tahu menggunakan
situs pencarian google dan mengetikan kata kunci “Sejarah Mercusuar belitung” dan ternyata benar.. tertulis didalam
sebuah ulasan yang menulis mengenai mercusuar ethoven di Pulau Lengkuas ini “pintu jeruji besi yang dimaksud oleh
penjaga ini adalah pintu ruangan jeruji besi yang konon dahulunya digunakan
sebagai ruang tahanan bagi para perompak yang tertangkap disekitar perairan
pulau Belitung.” Untungnya saat saya masuk dan naik, saya belum mengetahui
apapun tentang mercusuar ini.
Rasaya tidak sulit
menapaki tangga demi tangga menuju puncak mercusuar. Walaupun sesekali kami
berhenti untuk mengatur nafas dan mengumpulkan tenaga. Dan karena mercusuar ini
sudah berusia 132 tahun, ada beberapa anak tangga yang harus ditopang kayu supaya
tidak hancur atau patah saat di injak oleh kami pengunjung dan wisatawan yang
kadang tidak memahami situasi di tempat tepat wisata yang sudah berusia ratusan
tahun seperti Mercusuar Ethoven ini. Seperti beberapa anak kecil yang datang
bersama keluarga mereka, berlari lari dari atas kebawah di beberap alantai. Saya
sungguh khawatir, salah satu anak tangga akan patah. Maka sayapun mengingatkan
mereka “jangan berlarian, lantai dan tangganya sudah berkarat, nanti kalian
jatuh” namun, dasar anak anak. Tetap saja mereka lakukan berulang hingga
orangtua mereka langsung yang menegurnya.
Napas kami yang
terengah engah tidak sia sia. Akhirnya kami sampai di lantai ke 18, anak tangga
ke 313 puncak mercusuar yang tersohor dan menjadi salah satu icon di Belitong.
Puas? Sangat!! Namun sayangnya kepuasaan saya sedikit kandas oleh rasa takut
saya yang luar biasa saat berdiri di pinggir pagar terluar puncak mercusuar. Angin
kencang dan ketinggian 65 Meter dari permukaan tanah. Saya idak bisa berdiri. Saya
harus berjalan menggunakan pantat saya, sambil terduduk lemas. Saya bilang
kepada ketiga teman, saya takut. Maka kami hanya berada diluar sekitar 5 menit
untuk kemudian melangkah masuk lagi dengan perlahan, dan kembali ke bawah. Lega
dan puas bercampur dag dig dug. Saya bangga menjadi saksi sejarah adanya
bangunan hebat ini. Seperti halnya mercusuar lain, mercusuar ini masih
berfungsi hingga saat ini yaitu sebagai sarana penyelamat lalu lintas kapal. sumber
listrik disini pun hanya menggunakan mesin genset yang beroperasi mulai pukul
18.00 sore hingga pukul 23.00 malam hari. Bagi kalian yang hendak datang ke
Belitung, Pastikan kalian menyambangi pulau lengkuas dan naik ke mercusuar
berusia 132 tahun ini.
Tiba dibawah, perut
kami berteriak minta diisi makanan. Sehingga perjalanan wajib kami lanjutkan ke
destinasi selanjutnya Pulau Kepayang. Lucu ya namanya, teringat nama pulau ini,
teringat pula istilah “Mabuk Kepayang”
yup, saya sungguh dibuat mabuk kepayang di Belitung dengan segala keindahannya.
Tiba di Pulau Kepayang, seluruh tim memutuskan untuk membilas badan. Di Pulau
ini tersedia area mandi yang sungguh bersih dan terpelihara, dengan pancuran
air dan toilet duduk. Saya pun betah berlama lama mandi jika tempat nya seperti
ini. Seusai Membersihkan diri, kami makan siang dengan santapan laut, ikan,
kepiting, udang dan sayur genjer. Semua menikmati makanan siang ini dengan
lahap, karena kelelahan dan sudah waktunya makan siang. Super hebat perjalana
kali ini. Makanan lezat, pemandangan indah, tempat bersejarah dan Tuhan Sang
maha Hebat!
To Be Continue...
To Be Continue...
Belitung... Jadi ingat pulau Seliuk :-D
BalasHapus