Selasa 23 September 2014 Day 1
Tulisan saya kali ini akan
membawa pembaca sekalian ke sebuah tempat yang lagi lagi buat saya sangat
indah. Kadang kadang gak habis pikir, betapa Hebat dan Kerennya Tuhan menciptakan
Alam semesta dengan isi-nya. Perjalanan kali ini adalah masih bersama team
genggess, rombongan genk motor dari rawamangun (hehehe becanda) pasukan kerja Advokasi
Indonesia AIDS Coalition, melaksanakan team bulding ke Pulau Belitong. Aaaaaaakkkkk~~~ menyenangkan
yaaa.
Nah, berdasarkan informasi yang
saya dapat dari situs informasi, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(disingkat Babel) adalah sebuah
provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau bangka dan
pulau belitung serta pulau-pulau kecil lainnya. Nah, untuk lebih lengkapnya,
sok mangga dibaca sejarahnya di link wikipedia itu, terus kalian bisa masuk ke
maps atau petanya supaya gak penasaran dimana posisi pulau Belitung kalau di
Peta.
Perjalanan kami mulai dari
Jakarta. Saya yang berdomisili di Bandung sudah berada di Jakarta sejak senin
22 September 2014, dikarenakan, jadwal pesawat kami pagi, saya memutuskan untuk
tiba di jakarta satu hari sebelumnya. Menghindari hal hal yang tidak diinginkan
seperti terjebak macet, lalu tertinggal pesawat. Tim kami terdiri dari 9 orang,
mereka adalah Edo bos saya, bani sang program manager, mba atun direktur
finance, yohana bagian office admnistration, Denny bagian IT, Sindi yang cinta banget sama
part Advokasi kerjanya, Iwang yang desk nya berhubungan langsung dengan
komunitas di lapangan, mas angga office boy kantor dan saya. 7 dari kami
berangkat bersama dari markas besar di Rawamangun, dan 2 lainnya berangkat dari
rumah mereka masing masing. Kami memutuskan untuk memesan taksi alphard dari
silver bird, selain jumlah kami banyak, kami
juga kepingin gaya gayaan naik mobil kece dan super nyaman itu.
Waktu tempuh yang dihabiskan dari
Rawamangun menuju bandar udara soekarno hatta ternyata diluar ekspektasi kami,
kurang dari satu jam. Alhasil kami datang lebih awal, pukul 7.30 pagi kamu
sudah berada di bandara, sedangkan jadwal penerbangan kami sendiri adalah pukul
10.30 pagi.tempat ngopi akhirnya menjadi pilihan menunggu, hingga waktu check
in dan boarding tiba. Kami semua terlihat sangat bahagia plus kelelahan dengan
semua beban pekerjaan yang sedang padat-padatnya, namun harapannya perjalanan
kali ini dapat memberikan sedikit rasa relaks sejenak, sebelum menghadapi
tantangan dan pekerjaan di lapangan lainnya.
Dengan Menggunakan pesawat Garuda Indonesia,
kami meluncur menuju Pulau Belitung, waktu terbangnya pun sangat singkat. Setelah
sering dan terbiasa bepergian ke beberapa negara dengan jarak tempuh lebih dari
10 jam, saya jadi agak ‘kikuk’ saat sadar, “lho kok kita sudah sampai?” hanya 1
jam perjalanan. Namun penerbangan hari itu saya rasakan kurang nyaman, entah
kenapa banyak turbulensi yang terasa, sehingga saya memutuskan untuk tidur.
Sesampainya di langit pulau Belitung, kami disambut oleh hamparan Pohon Sawit
dan perkebunan Lada yang amat sangat luas.
Terlihat dari atas hanya warna hijau membentang. Namun ada juga beberapa bagian
yang kurang sedap dipandang, yaitu sisa sisa pertambangan Timah yang dibiarkan
setelah dikeruk hasil buminya, menyisakan sebuah lubang besar yang menganga dan
saya juga tidak tahu, apakah lahan yang sudah seperti itu masih dapat digunakan
untuk bercocok tanam atau mengolah hasil alam lainnya.
Indonesia AIDS Coalition team |
Selfie saat tiba di Bandara H. AS. Hanandjoeddin |
Bandar Udara H.AS.Hanandjoeddin
adalah sebuah bandara kecil di pulau belitung, walaupun kecil, bandara ini
masih jauh lebih bagus dari bandara di Bandung (hehehe, maaf ya cin.. asli
bandara di Bandung menyedihkan banget) Sama seperti bandara bandara lainnya di
Indonesia, yang identik dari bandara kami adalah kehadiran porter barang yang
akan melambaikan tangan dan menawarkan jasa saat seluruh penumpang menyeruak
masuk ke ruang kedatangaan. Di bandara, Tour Organizer kami sudah menunggu di
bagian penjemputan. Wah, senang rasanya ditunggu dan siap dijemput.
Lalu setelah semua team lengkap dan barangpun sudah siap, kami langsung naik ke sebuah mobil besar merk Hiace, yang muat menampung 9 personil kami yang subur subur badannya. Dan Perjalananpun dimulai. Kami melewati sebuah jalan lurus dengan perkebunan sawit di sepanjang kanan dan kirinya. Menurut Pak Yadi, Driver sekaligus tour guide kami, seluruh perkebunan kepala sawit di pulau belitung ini adalah milik salah satu pengusaha asal Malaysia, walaupun pekerjanya adalah orang belitung, namun kepemilikan ada pada orang malaysia. Pak Yadi bilang, jalan yang kami lewati adalah jalan baru, baru 8 tahun digunakan, sehingga masih sangat bagus, dan tidak ada listrik sekitar, wah seram juga yah kalau jalan malam.
Perjalanan yang lumayan jauh tersebut menghabiskan waktu setengah jam, mengantarkan kita pada destinasi pertama yaitu Pantai Tanjung Kelayang, disana kami akan mampir ke sebuah restoran untuk makan siang, karena waktu sudah menunjukan pukul 12 dan ada 9 perut yang berteriak lapar. Makan siang dengan pemandangan pantai yang membentang di hadapan kami sungguh membuat kami ingin makan lebih banyak.
Selain pemandangan yang super indah, hidangan yang kami santap pun luar biasa
enaknya. Sajian hewan lau tang diolah dengan sangat mahir, membuat makanan ini
menjadi sangat lezat dan menolong kami yang sudah teramat sangat kelaparan. Restoran
pinggir pantai ini bukan restoran dengan pendingin ruangan lho, ini adalah
sebuah gubuk sederhana yang berada persis di bibir pantai, sehingga saat kami
makan, kami kehadiran banyak pendatang dari pulau tersebut alias lalat. Hahaha,
bisa dibayangkan ya.. hebohnya kami makan sambil sibuk mengusir lalat lalat
tersebut. Namun ajaibnya, beberapa saat setelah kami mulai makan seluruh lalat
lalat itupun pergi.
Lalu setelah semua team lengkap dan barangpun sudah siap, kami langsung naik ke sebuah mobil besar merk Hiace, yang muat menampung 9 personil kami yang subur subur badannya. Dan Perjalananpun dimulai. Kami melewati sebuah jalan lurus dengan perkebunan sawit di sepanjang kanan dan kirinya. Menurut Pak Yadi, Driver sekaligus tour guide kami, seluruh perkebunan kepala sawit di pulau belitung ini adalah milik salah satu pengusaha asal Malaysia, walaupun pekerjanya adalah orang belitung, namun kepemilikan ada pada orang malaysia. Pak Yadi bilang, jalan yang kami lewati adalah jalan baru, baru 8 tahun digunakan, sehingga masih sangat bagus, dan tidak ada listrik sekitar, wah seram juga yah kalau jalan malam.
Perjalanan yang lumayan jauh tersebut menghabiskan waktu setengah jam, mengantarkan kita pada destinasi pertama yaitu Pantai Tanjung Kelayang, disana kami akan mampir ke sebuah restoran untuk makan siang, karena waktu sudah menunjukan pukul 12 dan ada 9 perut yang berteriak lapar. Makan siang dengan pemandangan pantai yang membentang di hadapan kami sungguh membuat kami ingin makan lebih banyak.
Pemandangan Pantai tanjung Kelayang |
Horeee, terimakasih lalat telah memberikan kami waktu untuk
makan, walaupun saat kami selesai makan, mereka kembali lagi untuk hinggap
diatas sisa sisa makanan. Huhuhu, semoga makanan yang masuk kedalam perut kami,
tetap sehat ya, walaupun beberapa lalat sempat hinggap diatasnya. setelah
selesai makan, kami lalu menuju pinggir pantai, walaupun kekenyangan, tidak
menyurutkan kehebohan kami yang senang berfoto. Semua gadget yang saat itu
baterenya masih full, siap beraksi dan saling memotret, sesi foto bareng pun
dilakukan dan diakhiri dengan foto selfie yang sekarang sedang menjadi trends,
tongkat narsis alias tongsis pun menjadi andalan untuk berfoto. Kenyang dan
bahagia rasanya. Perut kenyang ini kemudian menghantarkan energi serta semangat
yang tingggi untuk melanjutkan perjalanan kami menuju 2 Pantai indah lainnya.
To Be Continue..
To Be Continue..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar