Source : Google.com |
Tulisan ini masih merupakan bagian dari tulisan saya sebelumnya "Pengalaman jadi Juri Dialog Muda". tapi kali ini saya tidak akan membicarakan persolan teknis menjadi juri. melainkan saya mau curhat panjang lebar tentang isi dari karya karya yang masuk dalam kompetisi Dialog Muda dan juga kegelisahan saat saya membaca 180 tulisan, dari 1600-an Karya yang masuk pada Kompetisi Dialog Muda yang dilaksanakan oleh HIVOS, Pamflet dan GWL Muda.
Perlu diketahui dan digarisbawahi dengan jelas, Tulisan ini sama sekali tidak memiliki kadar kebencian terhadap para peserta yang menjadi bagian dari kompetisi ini. Namun Tulisan ini diharapkan bisa menjadi kritik yang membangun bagi para penulis, bagi para orangtua, bagi para guru, dan bagi mereka yang merasa pemimpin negara bernama Indonesia ini. Karena saya yakin, mereka yang menulis ini tentunya mendapatkan tulisan ini bukan hanya saja hasil dari buah pikiran mereka, namun juga didorong oleh informasi yang (mungkin) kurang tepat dan datang dari orang yang (mungkin) tidak kompeten di bidangnya.
Perlu diketahui dan digarisbawahi dengan jelas, Tulisan ini sama sekali tidak memiliki kadar kebencian terhadap para peserta yang menjadi bagian dari kompetisi ini. Namun Tulisan ini diharapkan bisa menjadi kritik yang membangun bagi para penulis, bagi para orangtua, bagi para guru, dan bagi mereka yang merasa pemimpin negara bernama Indonesia ini. Karena saya yakin, mereka yang menulis ini tentunya mendapatkan tulisan ini bukan hanya saja hasil dari buah pikiran mereka, namun juga didorong oleh informasi yang (mungkin) kurang tepat dan datang dari orang yang (mungkin) tidak kompeten di bidangnya.
HIV sama dengan Akhir dari Dunia atau HIV sama dengan Mati
kenapa saya menulis 2 kalimat tersebut? Karena itu adalah salah satu Fakta yang saya dapat mengenai pemahaman remaja di Indonesia. begitupun juga dari pengalaman yang saya dengar dari ke 19 juri lainnya yang dengan sabar membaca satu persatu. Saya tidak mengerti permasalahannya ada dimana. Apakah di sekolah tidak ada pendidikan yang cukup komprehensif untuk menjelaskan apa itu virus yang bernama HIV, apakah pelajaran Biologi tidak memberikan slot untuk menjelaskan secara singkat bahwa saat seseorang terinfeksi HIV, bukan lantas besok atau 2 minggu kemudian orang tersebut langsung mati, apakah kemudian orangtua juga benar benar tidak memiliki akses terhadap informasi yang kemudian mereka bisa berikan kepada anak anak mereka? atau.. sebenarnya remaja itu tahu, hanya mereka sudah sangat skeptis terhadap isu HIV di Indonesia. well, saya tidak benar benar memiliki jawabannya, namun pada tema HIV AIDS, ada beberapa hal yang sangat kental dan seringkali muncul selain 2 pernyataan diatas. terkait Pencegahan, penularan dan informasi HIV Dasar dan jelas jelas merupakan informasi yang kurang tepat.Ada beberapa yang menulis seperti ini..
"Ayah saya Pengidap HIV. dia tertular HIV karena ada suster yang dengan sengaja menyuntikan jarum suntik bekas pengidap HIV kepada ayah saya.." --- kejadian seperti ini sama sekali tidak pernah terjadi, saya tidak pernah tahu mendengar atau melihatnya. tulisan ini bisa kemudian merangsang kebencian masyarakat terhadap penyedia layanan kesehatan ataupun terhadap ODHA itu sendiri yang dianggap menularkan virus HIV ke masyarakat.
"Saya terinfeksi HIV. Sebentar lagi saya akan mati, tidak akan lama lagi.." --- saat ini sudah ada Terapi AntiRetroviral yang dikonsumsi oleh Orang Yang Hidup dengan HIV AIDS (ODHA). ARV dikonsumsi seumur hidup mereka, pil ini diminum di waktu waktu tertentu disesuaikan dengan si pemilik tubuh dan jadwalnya beraktifitas. Terapi ARV sudah dibuktikan dapat mengembalikan kesehatan ODHA hingga 100%. ini bukan berarti Virus HIV mati. Namun Virus HIV ditekan sehingga tidak dapat menyakiti tubuh dan menularkan kepada orang lain.
Baca 2 Artikel ini :
Pengobatan ARV mengurangi penularan HIV sebanyak 92%
HIV Hanya Bisa Menular Jika ..
to be continued.. 00:58 zzzzz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar