Selasa, 29 April 2014

Not Available On The App Store

Siapa diantara kalian yang baca tulisan saya sudah punya anak? Pasti ada beberapa, atau banyak. Nah, saya Juga Punya anak. Namanya Malika, usianya 7 tahun. Tulisan kali ini diinspirasi oleh beberapa gambar menarik yang saya temukan dari sebuah link di Facebook Fan Page https://www.facebook.com/berlinartparasites?ref=stream.
https://www.facebook.com/berlinartparasites?ref=stream.

Kemudian saya bertanya pada diri saya, Pendidikan macam apa yang diberikan kepada anak dirumah ataupun disekolah? Pola Asuh seperti apa yang saya berikan pada anak? sampai sampai gambar ini mempertanyakan "Mainan seperti apa yang saya berikan pada Malika?"

so this is the answer :
Sepeda, otopet, Bola, Buku gambar, Pensil warna, dan sebuah Tab (yang akhirnya rusak).

Saya super bersyukur karena memiliki anak yang kecintaan akan kegiatan luar rumah sangat besar. Malika bisa bermain sepeda setiap sore atau pagi (kalau sedang sekolah siang). Bermain skateboard dengan papi-nya, atau jika bosan dengan sepeda dia akan menggantinya dengan otopet. Dan dia akan sangat senang sekali jika diberi bola dan lapang yang luas. dengan bahagia dia akan berlari dan bermain bola, tentunya bersama lebih banyak anak.

Cerita Dari Lapang Bawah Kolong Bawet

Saya suka sekali berolahraga. Namun saat Saya kecil olahraga yang mampu Saya mainkan hanyalah badminton dan sepeda. selebihnya, Saya hanyalah seorang supporter sejati, yang bisa berteriak memberi semangat dengan lantang pada setiap pertandingan basket atau badminton antar kampung.

Source : http://www.boston.com/sports/blogs/bigshots/2012/01/big_shots_for_january_20_2012.html
Rumah Cemara yang kemudian memperkenalkan Saya dengan street soccer. Dengan Inspirasi dari Ginan, salah satu bagian penting di Rumah Cemara. tepat tahun 2012, akhirnya kami membuat tim street soccer khusus perempuan dengan HIV di Jakarta. beranggotakan 12 orang tim ini berhasil memberikan warna baru pada kehidupan saya. Persis seperti apa yang disampaikan Ginan dan teman teman di Rumah Cemara. Rumah Cemara menggunakan Sepak Bola sebagai bahasa dan alat berkomunikasi dengan masyarakat. Melalui Sepak Bola, Rumah Cemara memberikan banyak pencerahan kepada masyarakat tentang HIV dan AIDS. Sehingga, semakin banyak warga dan masyarakat Bandung yang tidak lagi takut berteman dengan ODHA, juga mereka memahami informasi HIV AIDS sehingga bisa melindungi diri mereka.

Jumat, 25 April 2014

Alfie's Home oleh Richard Cohen

Halaman ini akan Merangkum twit Mbak Clara Ng tentang halaman sebuah buku yang sempat beredar di Path dan dihujat oleh banyak orang. Saya jujur sempat penasaran, kok ada buku seperti itu (karena hanya melihat satu halaman saja). maka melalui akun twitternya Mbak Clara Ng menjabarkan keseluruhan isi buku kepada followersnya.

Halaman buku ini bertebaran di soc media, bikin ortu histeris dan mengutuk buku ini sbg buku bejat

Menurutnya penting buat kita berfikir cerdas sebelum menghakimi. "Reality check please. Bagaimana bisa menilai seluruh buku kalau cuma baca 1 halaman aja? You left out lots of information... Aku mau posting seluruh hlmn buku di sini, so you tell me later who's corrupting young minds. Judulnya Alfie's Home oleh Richard Cohen."  Jadi Judul buku tersebut adalah Alfie's Home oleh Richard Cohen.

Kamis, 24 April 2014

Apakah Anakku Berani Tidur Sendirian?

Takut tidur sendirian adalah masalah yang paling sering dihadapi anak-anak. Mereka mempunyai imajinasi jika tidur sendirian dapat membahayakan dirinya atau diganggu hantu. Sebagai orang tua, Anda tentu menginginkan anak menjadi mandiri dan bisa tidur sendiri tanpa harus ditemani setiap saat. Simak tips membuat anak berani tidur sendiri, dilansir boldsky (4/4).

Source : www.zastavki.com
1. Rencanakan sebelumnya
Jangan minta anak Anda untuk tidur sendirian secara mendadak. Sebagai langkah pertama, buatlah anak untuk tertidur sendirian bahkan ketika mereka tidur dengan Anda. Kemudian, biarkan mereka tidur di siang hari sendirian di sebuah ruangan. Ketika anak-anak menjadi akrab dengan kamar mereka, baru membiarkan tidur sendirian di malam hari.

2. Menjamin keamanan
Membiarkan anak Anda tidur sendiri tidak berarti harus ada jarak di antara Anda dan anak. Anda harus membuat si anak merasa bahwa Anda berada di sana. Anda dapat mencoba untuk menengok si kecil tiap 10 menit. Katakan kepada mereka bahwa Anda akan datang setiap 10 menit dan melakukannya sampai mereka tidur. Ini akan menjadi jaminan bagi anak bahwa Anda berada di sana.

3. Menghabiskan waktu dalam gelap
Jika balita Anda takut kegelapan, maka menghabiskan waktu dalam kegelapan adalah satu-satunya cara untuk mengatasinya. Matikan lampu, dan habiskan waktu dengan bercerita atu mengobrol santai. Mematikan lampu juga efektif untuk memberi tahu pada mereka bahwa tidak adanya cahaya tidak akan membuat perubahan di dalam ruangan.

#SelfTalk Kekuatan Affirmasi

Afirmasi adalah kalimat-kalimat ringkas yang disusun dengan "tajam" dari orientasi tujuan akhir/hasil akhir yang mengasumsikan kemungkinan/posibilitas dan pencapaian dan menjaga pikiran kita tetap fokus. pada tujuan akhir tersebut.  Afirmasi dapat membantu kita mencapai apa yang kita hasratkan atau inginkan. Afirmasi itu seperti kalimat-kalimat keyakinan-dan sangat kuat, tetapi afirmasi harus diungkapkan dengan hati-hati. 

Ketika anda membuat sebuah afirmasi mengenai pengembangan diri, ungkapkan itu dengan "seolah-olah hal/keinginan anda terjadi sekarang". Sebagai contoh, bila tujuan anda adalah menjadi seseorang yang lebih rileks, afirmasi yang sesuai adalah :

"Saya menjadi orang yg lebih rileks, Saya merasa lebih baik dan semakin baik." 
Hindarilah untuk mengungkapkan afirmasi mengenai pengembangan diri ini seolah-olah 'telah' terjadi, sbg contoh, "Saya adalah orang yang lebih rileks dari sebelumnya. Aku sudah merasa lebih baik." Padahal anda belum-dan pikiran bawah sadar anda akan membisikkan sesuatu, "Tidak, kamu belum termasuk. Kamu tidak akan mengelabui siapapun."


Rabu, 23 April 2014

Apa yang saya dapat dari Pertemuan di South Africa?

Pada Minggu lalu tepatnya 13 – 17 April 2014, saya mendapat kesempatan untuk berangkat ke Cape Town South Africa untuk menghadiri 2 Agenda meeting yang akan saya paparkan pada email hari ini. Selain Mewakili Organisasi tempat saya bekerja yaitu Indonesia AIDS Coalition. Saya juga mewakili Individu sebagai Orang Muda yang hidup dengan HIV. Keberangkatan saya kesana didukung penuh oleh GNP+ (Global network People Living With HIV), dan diharapkan kemudian bisa memberikan suara dari Orang Muda yang hidup dengan HIV di Wilayah Asia Pasifik.

1.  Y+ Strategic Planning Meeting (Diselenggarakan oleh GNP+ dan Y+)
2.  Galvanizing the movement to scale-up access to optimal treatment and related care for adolescents living with HIV (Diselenggarakan Oleh UNAIDS)

Selasa, 22 April 2014

Kenapa Kartini?

Source : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_Raden_Ajeng_Kartini_TMnr_10018776.jpg
Raden Adjeng Kartini yang akrab dikenal dengan kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 dan wafat di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun. Usia yang sangat muda sekali. Kartini berasal dari tanah Jawa dan merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. dan hingga kini Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi, dan dianggap sebagai pembawa perubahan bagi pergerakan perempuan di Indonesia. 

Pertanyaan saya, Kenapa ada hari Kartini? Kenapa tidak ada Hari "Pahlawan Perempuan Lainnya"

dan tahukah kalian bahwa kita punya banyak nama Pejuang dan Pahlawan perempuan Indonesia, yang mengorbankan nyawa serta darahnya, demi kemerdekaan bangsa. Diantaranya Martha Christina Tiahahu dari Tanah Maluku dan Cut Nyak Dien dari Aceh.

Saat Meminta Anak Menjaga dirinya


source : www.wallcoo.net/holiday/mother_day/html/wallpaper15.html
Anakku namanya Malika. usianya 7 tahun, sekolah di sebuah SD Negeri, masih kelas 1 SD. buat yang sering mendengar cerita tentang Malika, mungkin sudah tahu betul bagaimana karakter anak perempuan saya yang satu itu. Minggu kemarin, sepulang saya dari Cape Town, Afrika Selatan saya mendengar banyak berita buruk tentang pelecehan seksual. dan seketika saya takut. saya ingat Malika. lalu, sembari sarapan pagi, kami ngobrol.

Saya bercerita panjang lebar mengenai kasus pelecehan yang terjadi di beberapa sekolah akhir akhir ini seperti asus Jakarta International School dan kasus Mts di Padang. Saya berusaha menggunakan bahasa yang dia pahami dan berusaha memberikangambaran tentang kegelisahan saya tanpa membuatnya takut. namun, saya ada di kegalauan antara terharu dan juga ngeri mendengar jawaban dan tanggapannya.

Malika  : Jadi.. aku harus selalu berhati hati kan? Waspada terhadap siapapun, baik orang yang aku kenal atau yang aku gak kenal juga kan? Umi tenang aja. kalau ada yang coba jahat sama aku. atau coba pegang vagina dan badan aku, aku akan kasih jurus karate yang aku punya. atau aku bakalan teriak dan lari yang kenceng, aku kabur aja dari orang jahatnya. umi tenang aja ya..

lalu kami berpelukan

saya bilang..

Malika, tubuhmu adalah milikmu. jangan biarkan orang lain menyentuh ataupun menyakitimu.

dia menjawab

iya mi, malika janji

Janji seorang anak usia 7 tahun, dan kegelisahan ibu.

Senin, 14 April 2014

Dallas Buyers Club


In 1985 Dallas, Ron Woodroof (Matthew McConaughey)— an electrician and rodeo cowboy—is diagnosed with AIDS and given 30 days to live. He initially refuses to accept the diagnosis, but remembers having unprotected sex with an intravenous drug-using prostitute. Ron quickly finds himself ostracized by family and friends, gets fired from his job, and is eventually evicted from his home. At the hospital, he is tended to by Dr. Eve Saks (Jennifer Garner), who tells him that they are testing a drug called zidovudine (AZT), an antiretroviral drug which is thought to prolong the life of AIDS patients —and which is the only drug approved by the Food and Drug Administration (FDA) for testing on humans. Saks informs him that in the clinical trials, half the patients receive the drug and the other half are given a placebo, as this is the only way they can determine if the drug is working.

Ron bribes a hospital worker to get him the AZT. As soon as he begins taking it, he finds his health deteriorating (exacerbated by his cocaine use). When Ron returns to the hospital he meets Rayon (Jared Leto), an HIV-positive transgender woman, towards whom he is hostile. As his health worsens, Ron drives to a Mexican hospital to get more AZT. Dr. Vass (Griffin Dunne), who has had his American medical license revoked, tells Ron that the AZT is "poisonous" and "kills every cell it comes into contact with". He instead prescribes him ddC and the protein peptide T, which are not approved in the US. Three months later, Ron finds his health much improved. It occurs to him that he could make money by importing the drugs and selling them to other HIV-positive patients. Since the drugs are not illegal, he is able to get them over the border by masquerading as a priest and swearing that they are for personal use. Meanwhile, Dr. Saks also begins to notice the negative effects of AZT, but is told by her supervisor Dr. Sevard (Denis O'Hare) that it cannot be discontinued.

Kartini Next Generation Award 2014

Kartini Next Generation adalah bentuk apresiasi pemerintah kepada kaum perempuan di Indonesia yang telah berhasil memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di berbagai bidang baik untuk peningkatan kapasitas, pengetahuan, e-literasi maupun kesejahteraan di masyarakat. Kegiatan Kartini Next Generation sendiri adalah event tahunan Kementerian Komunikasi dan Informatika yang diselenggarakan bersama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Kegiatan Kartini Next Generation diawali pada tahun 2012 dengan tajuk “Apresiasi Kartini Next Generation 2012″ dimana diberikan sebuah Apresiasi kepada para perempuan yang berprofesi sebagai wirausaha, dimana dalam menjalankan usahanya telah menggunakan TIK, dengan harapan dapat memberi suri tauladan dan semangat kepada kaum perempuan untuk memanfaatkan TIK serta mengingatkan kembali kepada generasi sekarang, khususnya kepada kaum perempuan akan perjuangan R.A Kartini dimasa silam. Pada tahun 2012 terpilih 2 (dua) perempuan sebagai penerima Apresiasi Kartini Next Generation. yaitu : Selvi Nurlia (Kek Pisang Villa – Batam), penerima Apresiasi Digital Entrepreneur Product; dan Suryani Aris (duniabermain.com), penerima Apresiasi Digital Entrepreneur Service.

Pada Tahun 2013, Kegiatan Kartini Next Generation dilaksanakan kembali dengan tajuk “Kartini Next Generation Awards 2013 : Inspiring Woman in ICT” dimana diberikan award kepada perempuan – perempuan Indonesia yang dapat memberikan inspirasi maupun teladan yang telah mendedikasikan dirinya baik untuk kemajuan bidang TIK di Indonesia maupun di bidang lainnya dengan menggunakan TIK dalam prosesnya. Berdasarkan seleksi dan wawancara, terpilih 6 (enam) perempuan penerima Kartini Next Generation Awards.

CGK - DXB - CAPETOWN

Mendarat dengan selamat di Dubai, Kelaparan dan Jadi Fakir Wifi -_-“

Dubai International Airport, April 13th 2014 1.26 AM
Sudah satu jam saya berada di Bandara ini. Semua tempat duduk dan tempat beristirahat penuh,  kecuali Emirates Lounge. Bermodalkan 25 USD, saya berhasil membeli Universal Adapter sehingga hp tercinta bisa kembali mengisi sumber energinya. Walaupun sangat sulit untuk mendapatkan wifi, entah kenapa. Saya berusaha keras untuk menyambungkan koneksinya, tapi selalu gagal. Mungkin saya baru akan bisa menghubungi keluarga di Indonesia setelah sampai di Cape Town, South Africa. Penerbangan lanjutan saya selanjutnya pukul 03.05 AM waktu Dubai. Masih sekitar 1,5 jam lagi dari sekarang. Rasanya lapar, tapi yang ada hanya Lounge yang menjual wine dan minuman alkohol. Adapun cafe hanya menjula sandwich yang tentunya saya tidak begitu berselera. Jadi saya memutuskan membeli 2 botol air, dan meminumnya terus untuk menjaga saya dari kelaparan. Saya benar benar lupa harusnya saya membawa cemilan, sehingga saya bisa bertahan, tidak kelaparan.

Undangan ke Afrika Selatan ini kiranya sangat mendadak. Kurang dari seminggu, saya harus mengurus semuanya. Mengurus Visa (lewat jalur khusus), kemudian mengurus travel insurance dan lain sebagainya. Untuk memenuhi undangan dari salah satu organisasi, untuk meeting dengan isu HIV AIDS. Oghhh... I’m so Hungry. Orang dihadapan saya banyak sekali yang berlalu lalang. Ada juga yang sedang bersantai dan tidur, di tempat tempat duduk yang sudah disediakan. Cuma ya itu.. penuh. Sehingga saya tidak berhasil untuk mendapatkan tempat yg nyaman untuk paling tidak memejamkan mata barang sejenak. Saya hanya berharap tiba tiba laptop atau hp saya bisa mendeteksi wifi, dan terkoneksikan, sehingga saya bisa mengabari keluarga atau mengisi kekosongan waktu dengan berjalan jalan di dunia maya. Namun sepertinya untuk sementara, saya hanya bisa duduk sambil mendengarkan musik.

Sedikit cerita tentang Dubai International Airport. Airport ini sangat luas, sehingga kalau kita bingung dan tidak bertanya sudah tentu kita akan tersesat. Beberapa hal yang saya amati adalah, mereka menggunakan mata uang dirham. Namun kalau kita ingin membeli sesuatu menggunakan dollar mereka akan tetap menerima. Pastikan kita tahu berapa jumlah uang yang dibayarkan dan kembaliannya apakah dalam dollar atau dirham. Di Bandara ini, menggunakan “colokan” khusus yang tidak digunakan di Indonesia. Pastikan kalian punya universal Adapter yang bisa disesuaikan dengan negara tempat kalian datang. Di Bandara ini Toiletnya sangat bersih, ada beberapa titik mushola di setiap gate dan ada tempat minum air gratis. Ada juga box penjualan minuman botol dan kaleng yang lagi lagi sama menggunakan uang dirham. Yang kurang menyenangkan hanya, akses wifi yang tidak gratis alias harus bayar atau kita harus punya credit card. Well, thats for Dubai..  Cerita ini akan saya lanjutkan hingga perjalanan saya berakhir di tanggal 17 April 2014 minggu depan.

Suka Duka Bikin Visa



Hidup itu perjalanan. Perjalanan yang dilalui tidak sepenuhnya mulus. Yah kayak Jakarta aja. Kalau di jam yang banyak orang berangkat kerja, pasti hambatannya lumayan bayak. Ya macet lah, ya mogok lah, ya ini dan itu lah. Nah kalau sedang ada libur hari raya atau ada event besar yang bisa bikin semua orang pulang kerumah masing masing dan berkumpul dengan keluarga pasti jalanannya lancar banget, bisa bisa seppi tak ada kendaraan, dan perjalanan yang kita lalui pun akhirnya sangat mulus. Introductionnya kece banget ya tulisan ini, tau gak saya mau cerita soal lika liku membuat Visa lho padahalnya, tapi yah digambarkannya kayak kehidupan.

Visa Amerika

Pada tahun 2012, saya mendapat undangan untuk menghadiri International AIDS Conference di Washington DC, Amerika Serikat. Bagi mereka yang sudah pernah bertolak ke negara Barack Obama ini, pasti tahu betul bahwa proses mendapatkan visanya tidak mudah. Untuk Visa Amerika, kita wajib register via website terlebih dahulu. Mengisi form dengan sangat hati hati, mengupload foto ukuran 5 x 5 cm di website tersebut (kalau ukuran fotonya tidak sesuai, bisa failed deh). Nanti kalau sudah selesai registrasi via online, kita akan mendapatkan nomor pembayaran. Yup.. kita harus transfer sejumlah uang terlebih dahulu melalui 2 bank, salah satunya yang saya gunakan adalah Standart Chartered. Setelah pembayaran dilakukan, kita harus kembali masuk kedalam akun di website kedutaan besar Amerika serikat untuk akhirnya mendapatkan tanggal interview. Nah disini proses deg deg-an dimulai. Karena kalau mau bikin visa amerika, kalian gak bisa bikin ini last minute atau di menit menit terakhir. Resikonya apa emang? Ya resikonya kalian ga bakalan dapat visa. Setelah saya mendapatkan tanggal dan jadwal wawancara, maka berangkatlah saya menuju kedutaan besar Amerika serikat di dekat stasiun Gambir Jakarta. Jangan terlambat! Yup.. saat kalian mendapatkan tanggal wawancara, disana juga sudah lengkap dengan waktu kita interview. Serta aturan untuk memasuki embassy. Well, ribet sih. tapi sungguh ini pengalaman yang menyenangkan. Semenyenangkan saat ternyata kita berhasil mendapatkan Visa tersebut, untuk 5 tahun periode. Hehehe. Cerita ini sudah pernah saya tulis sebelumnya di link ...

Visa On Arrival New Delhi

Pada tahun 2011, jauh sebelum keberangkatan ke Washington DC. Saya mendapatkan undangan kegiatan di New Delhi, India. Jujur ini pengalaman yang cukup menegangkan karena saya membuat Visa On Arrival. Artinya pembuatan visa dilakukan di airport di negara yang kita tuju. Untungnya pada saat itu saya bersama 2 orang teman yang sudah melakukan hal ini sebelumnya sehingga prosesnya cukup lancar. Beberapa tips penting adalah, selalu sedia Foto kopi Passport, foto kopi KTP dan KK, dan Surat Nikah bagi yang sudah menikah. Karena itu termasuk identity card yang cukup penting. Tips lainnya adalah, selalu sedia pas foto dalam dompet. Mulai dari ukuran 2 x 3  sampai 4 x 6 cm. Cari tahu berapa uang yang harus disiapkan untuk membuat visa on arrival dan dokumen apa yang dibutuhkan untuk diserahkan kepada petugas embassy di bandara. Oiya, pasang tampang santai tapi yakin, supaya lancar. Jangan lupa banyak banyak baca doa, supaya lancar.