Sebelumnya saya hendak berterima kasih kepada
@kenndaru yang mengizinkan saya mengkompilasi twitnya kemarin pagi menjadi
tulisan yang indah. (tidak ada yang saya rubah substansinya), hanya saya
perbaiki struktur kata yang disingkat singkat karena keterbatasan nge-twit yang
hanya 140 karakter huruf.
Well, ini bukan soal hal hal romantis memang. Tapi buat
saya ini sungguh romantis dan ada banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari
twitnya mas Ndaru. Menurut beliau ini adalah hasil soul searching dan advice
searching lama yg baru dievaluasi. Cerita dan pelajaran yang diambil dibawah adalah cerita dari Mas Ken Ndaru yes. :))
Peringatan:
ini serial twit panjang bener. Ga bohong. Takut dosa. Follow at own risk!
*ini kata beliau
Tajuk besarnya sih moving on. Tapi moving on tuh soal yang sangat kompleks, jadinya bakal nyerempet kemana-mana. Jadi ceritanya gini... Jadi gini... hehe... susah mulainya...! Gini deh: aku pernah punya kebutuhan untuk break up. Setelah break up, aku No contact dengan dia. Putus tus.
Aku gak akan sebut siapa orangnya. Yang tahu ya sudah,
yang gak tau gak boleh tanya. Ini bukan tentang dia tapi tentang pelajaran yang
aku dapat. Setelah break up, dia terus nyoba hubungi aku. SMS, telp, email. Semua aku reject. Sampai aku putuskan kirim
email minta dia berhenti hubungi aku, Setelah email itu, kontak dari dia jarang
ada. Aku juga blok sms dan telpon dan YM dan fesbuk. Trim’s smartphone atas
fasilitas blacklisting :)
Tapa kontak itu gak pernah bener2 berhenti. Ada aja
hari di mana email dia muncul di notifikasi BB. Beberapa waktu lalu aku jadi
penasaran. Penasaran: apa No contact merupakan cara paling tepat untuk move on?
Gimana ngukur udah move on apa belum? Sehatkah no contact itu?
Tujuan no contact itu? bisa dipake untuk
manipulasi. Bikin mantan kangen, penasaran. Trus malah balik ngejar2 kita. Nah
yang ini gak sehat. Sehari-hari kita bisa temui taktik no contact manipulatif
ini dalam bentuk ngambek, stonewalling. Intinya ngancam, nyerang insecurity
pasangan, Sebuah hubungan yang diwarnai dengan manipulasi jelas gak akan sehat.
Tentu dalam relasi perlu ada trick, teknik. Tapi bukan untuk manipulasi. Trik
dan teknik relasi kudu dipake untuk memampukan pasangan temukan jati diri,
memancing keberanian utk ambil ruang dan kesempatan.
Begitu trik dan teknik dipake agar pasangan mau
melakukan apa yang kita mau, jadilah manipulasi. Hubungan yang manipulatif
bakal ke laut. Capek berhubungan di mana tiap saat musti pake trik. Kalo mau
pasangan yang patuh, beli aja robot. Di jepang udah ada tuh robot istri/suami.
Satu satunya
kepatuhan yang boleh ada dalam hubungan yang sehat adalah kepatuhan samua pihak
pada keputusan dan komitmen bersama, yang dibicarakan demokratis. Relasi
pribadi tuh bukan untuk cari menang menangan kuasa. Tp biar bisa
"saling". Kalo kudu pake trik tiap waktu, manipulasi, ya cari menang
menangan.
Jadi, aku tanya pada diriku: apa aku buat no
contact untuk manipulasi agar dia kangen dan mau balik ke aku? Tidak. Aku
positif dengan itu. Keyakinan itu bukan pencitraan doang, karena current
significant other-ku juga ada di TL-ku. Pertanyaan penting kedua yang
memastikannya.
Pertanyaannya
gampang: berapa jauh upaya yang sudah dilakukan untuk pertahankan hubungan? Jawabannya:
absolutely everything dalam batas rasional.
Klausa "batas rasional" itu penting berkaitan
dengan faktor kedua yang mau aku bahas: dignity.
Kita berelasi untuk mendapatkan dignity, bukan mencampakkannya. Kita berelasi karena
sayang, karena cinta. Tapi secinta
apapun, sebuah relasi tidak boleh membuat kita jadi menginjak2 harga diri
sendiri.
Gampangnya: Seblum mencintai orang lain, kudu bisa mencintai diri sendiri. Sebelum bisa respect sama orang lain, harus respect sama diri sendiri.
Klise? Sama skali engga. Kenapa banyak orang bertahan
dalam hubungan yang abusive? Kenapa banyak orang butuh "motivator
cinta"? Ya karena kurang self-respect. Respek itu ditunjukkan dengan
menyertakan pasangan dalam tiap pengambilan keputusan penting yang mempengaruhi
kedua pihak. Gak main klaim. Respek juga ditunjukkan dengan keberanian ambil
sikap, tidak biarkan pasangan ambil keputusan sendiri dalam hal hal yang berdampak
ke kita juga. Tapi yang terpenting, respek ditunjukkan dengan keberanian ambil
tindakan untuk mengembangkan diri, untuk maju dan menjadi lebih baik dari hari
kemarin.
Keliatan kan, kalo ketidakmampuan respek sama orang
lain adalah imbas langsung dari gak respek sama diri sendiri? Ketika aku
periksa lagi, hubungan kami dulu tidak mengandung respek dari pasanganku. Dia tidak
melakukan ketiga jenis respek itu. Tapi berat banget pas memutuskan untuk break
up itu. Aku butuh pertimbangan lain. Aku butuh ngerti kenapa dia gak bisa
respek. Dan pencarian itu membawa aku pada satu istilah psikologi Narcissistic personality disorder. ada
istilah lain yang lebih populer sebenarnya.
Tapi aku gak akan pake istilah lain itu karena aku mau tetap respek
padanya. Menjadikan dia contoh, itu perlu. Menjelek jelek kan aku gak mau.
Mengenali Narsisisme (NPD) ini perlu banget sekarang
karena disfungsi ini sering banget kita temui. Difasilitasi pula sm media. Ciri
cirri orang NPD antara lain..
1. Manipulatif, marah kalau dikritik, membesar besar kan
diri sendiri, berfantasi tentang kesuksesan, dan mudah terluka.
2. Hubugan pribadi yang dijalinnya tidak bisa sehat,
terus terusan butuh disemangati & dipuji, terobsesi dengan "the
best", dan tidak mampu berempati
3. Ciri ciri NPD mirip dengan ciri orang yang
berambisi & tekad kuat. Bedanya: sebenarnya orang NPD tidak bisa terima
kritik, tidak respek sama diri sendiri.
4. Yang penting juga adalah tantrum. NPD tuh kalo
marah trus ngamuk ngerusak. Ngelempar-lempar, ngejoprok dll. Makin banyak gejala
ini ada makin parah NPD-nya.
Di antara penyebab NPD, antara lain: emotional
abuse semasa kanak2, penelantaran oleh orangtua (abandonment), dijadikan pion
oleh ortu. Dijadikan pion tuh ya diatur hrs gini-gitu, gak boleh milih sendiri,
ortu milih buat kpentingannya sndiri. Pilihan anak ga dianggep. Setelah aku
dapat tahu itu, aku coba bicarakan dengan dia. Sampai dia juga sadar ada
sesuatu yang salah. Tapi dia belum punya niat untuk berubah. Jadi, keputusan
berat untuk break up itu akhirnya bisa diambil.
Apalagi dia berusaha mendesakkan Friend Zone Itu
zona maut.orang bisa jadi sahabat kalo emang cocok di banyak hal di luar yang
pribadi2: ideologi, bisnis, hal2 yang impersonal. Friend zone gak gitu. Ngepopnya,
Friend Zone itu ya Friend With Benefit alias Teman Tapi Mesum eh, Mesra.
Hubungan ini abusive karena gak imbang ato manipulative. Friend zone tuh
pinginnya tetep bs yg pribadi2, tp tanpa komitmen relasi dan tidak perlu respek
(dlm tiga pengertian yg di atas).
Terjebak dlm Friend Zone berarti makan hati. Kalau
hati ayam enak buat bikin sambel goreng. Makan hati sendiri ya bunuh diri. Aku
bikin banyak kesalahan ketika hub itu msh berjalan. Banyak banget. Tapi aku
belajar dan aku move on. Respek dan "saling". Itu kunci. Jika ada
respek dan "saling", pertahankan hubungan mati2an. Jgn pernah
dilepas. Tapi kalo gak ada, mulailah siap2 cari exit permit. Jika tdk ada
respek dan "saling" tapi msh terbuai cinta, itu namanya diatur
hormon. Mikir pake bawah pinggang bukan pake otak. "Mikir pake bawah
pinggang" itu euphimisme dari "mikir pake selangkangan". Itu
bukan cinta brur. Itu obsesi akibat kelebihan hormone.
Baca satu nasehat super:
if you love someone, let them go;
if they came back they're yours forever.
if they came back they're yours forever.
Ini Boong. Berarti gak let go tapi ngarep
Ngarep tu bahaya banget. Resikonya bs garuk2 aspal.
Begitu menurut beberapa teman. Kalo sdh ambil keputusan let go, ya let go. Dia
bukan tanggung jawabku lagi. Aku move on. Mencari relasi dg respek dan
"saling". Aku berharap dia bisa move on jg. Tp biar dia sendiri yg
putuskan. Aku berdoa aja spy she gets what she deserves. Itu aja, Dan aku lega
stlah soul searching ini. Keputusanku utk no contact sdh tepat. Aku bs heal, bs
move on.
Nice Learning about health and great relationship. Jadi
sudah tepatkah cara berhubungan kamu dengan pasangan, yuk sama sama introspeksi
diri. Jangan sampai dengan berdua kalian malah lebih menderita.. Love and
respect yourself first, before go to others. Ciaoww.. terima kasih banyak mas
ndaru atas tulisan ciamiknya! Hugsss!
maintain marriage is important for married couples , because out there to get married due to his own satisfaction . http://goo.gl/khn2pu .
BalasHapushttp://snipurl.com/2a81dcj