Selalu banyak simpanan kata, dan ungkapan untuk menggambarkan sebuah
Kota yang bernama Jakarta. Yang dulu sempat bernama Batavia atau
Jayakarta. Saya suka sejarah, namun tidak pandai mengingat sejarah.
Setiap
pagi, dari provinsi Banten.. Tepatnya kota Tangerang Selatan. Saya
bergegas memulai perjalanan kehidupan saya menuju Ibu Kota. Ibu daripada
Negara Indonesia.
Tempat saya lahir, besar, bergaul dan mencari
nafkah. Kota yang sangat terkenal dengan kemacetan dan padatnya
penduduk. Kota yang terlihat sangat penuh dengan kendaraan di pagi hari
serta seliweran orang. Hampir mirip new york. Kota yang sangat sibuk.
Jakarta
dengan segala problematika-nya. Mulai dari Banjir yang melanda beberapa
titil karena katanya dapat kiriman dari Kota Bogor. Lalu asap kendaraan
yang berkumpul, berkoalisi menjadi polusi yang bahkan bisa menjadi
bedak dari wajah jakarta.
Dia juga sangat identik dengan sampah.
Tidak di jantung kota memang. Lebih tepatnya di pinggiran2 kota yang
entah siapa membangunnya. Pinggiran Jakarta yang sangat tidak indah
untuk dilihat. Di bantaran sungai dan kali atau di pinggir pinggir rel
kereta api dan di bawah kolong jembatan.
Ya, di tempat tempat
itulah ada manusia Jakarta yang hidup. Jauh dari kemewahan. Salah satu
ciri khas Jakarta yang sangat dikenal akrab. Manusia yang bisa bertahan
hidup di samping tumpukan sampah, atau mengguyur diri dengan air sungai
yang berbau menusuk. Yang jauh dari kata sehat. Yang tidak ideal disebut
kehidupan.
Bagaimana pemerintah kota Jakarta melihat ini? Siapa?
Mana saya tahu. Saya bukan warga Jakarta. Kartu tanda penduduk saya
menunjukkan bahwa saya adalah penduduk Tangerang. Hanya kebetulan saja
mencari nafkah di Jakarta.
Saya ga lihat ada kerja nyata
pemerintah untuk memperbaiki hal hal yang saya sebutkan di atas. Saya ga
tau sih gimana caranya? Berapa jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk
memperbaiki sistemnya. Tapi saya gerah. Saya prihatin.
5 jam
perjalanan pulang dan pergi saya menuju kantor. Dan saya semakin akrab
dengan situasinya. Asapnya. Warga-nya. Kendaraannya. Dan segala
ke-ajaibannya.
Tapi buat saya Jakarta juga penuh makna.. Saya
punya banyak cerita baik juga tentang Jakarta. Tentang keramaian malam
yang menemani perjalanan pulang saya. Tentang budaya, musik, tari dan
sejarah yang mencerdaskan pikiran saya. Tentang lezatnya jajanan pasar
serta jajaran kuliner yang bisa dijadikan wisata. Tentang tempat2
nongkrong, penuh dengan musik up beat dan barang2 berbagai jenis
berbagai harga yang bisa saya dapatkan.
Hey Jakarta!
*pict by Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar