“Kalau mati, mati dengan berani; kalau
hidup dengan berani.
Kalau keberanian tidak ada, itulah
sebabnya setiap bangsa asing bisa jajah kita.”
Pramoedya Ananta Toer
Berdiri dengan tegap memandang lurus sambil
terdiam tak berbuat apa – apa.
Pernahkah teman –
teman berfikir bahwa kehidupan ini pilihan. Ingatlah kalian sejatinya sejak
lahir, manusia diberikan hak yang paling Asasi untuk tetap hidup tanpa
dikurangi sedkitpun hak-nya. Namun yang terjadi adalah, teman – teman transgender
atau yang lebih akrab disebut waria, acap kali mendapatkan perlakuan kasar dan
tidak manusiawi. Mereka dianggap binatang dan tidak dihiraukan. Teman – teman korban
narkoba, yang selama ini dipenjarakan karena kecanduannya bukannya diobati atau
di rehabilitasi. lalu teman – teman homoseksual, dihina dan tidak diakui
keluarga karena pilihan orientasi seksual mereka. Pekerja Seks yang tidak
diberikan ruang untuk bekerja. Begitu pula dengan orang yang hidup dengan HIV. Tidak
diberikan ruang untuk berkerja bahkan anak mereka dilarang untuk bersekolah.
Saya mungkin bukan
orang yang paham tentang lika liku persoalan Waria, LGBT (Lesbian, gay,
Biseksual, transgender), Pecandu, Pekerja Seks dan ODHA. Tapi satu hal yang
saya tahu dan saya pahami sejak kecil. “Pada dasarnya manusia diciptakan Tuhan,
untuk hidup dan saling mengasihi satu sama lain. Tidak ada manusia yang berhak
menyakiti, menghina, menghardik, dan melukai manusia lainnya atas nama Agama,
Ras, Jenis kelamin, orientasi Seksual atau apapun”.
Namun apa yang
terjadi. Jika kita melihat televisi, mendengar radio, membaca Koran berita
berita yang beredar tentang teman – teman kaum Marginal ini selalu buruk. Selalu
di cap sebagai sampah masyarakat, amoral dan tidak memiliki banyak ruang di
Indonesia. Apa yang terjadi dengan bangsa ku? Negara yang katanya Punya
Pancasila.. yang punya Bhineka tunggal Ika.. yang memiliki 32 provinsi dengan
segala keindahan budaya dan warna warni. Nyatanya komunitas Marginal selalu
terpinggirkan.
Tepat tanggal 17
Agustus, 67 tahun yang lalu.. katanya Indonesia sudah merdeka. Tidak ada lagi
bangsa asing yang menginjak kepala kita dengan kaki mereka. Tidak ada lagi
peluru berterbangan dan menembus dada ayah atau paman kita. Tidak ada lagi bambu
runcing yang harus diangkat untuk menghujam tubuh lawan. Merdeka, itu istilah
yang selalu terdengar. Sayup ayup terdengar lagu..
“Sorak sorak
bergembira..
Bergembira semua..
Sudah bebas negeri
kita
Indonesia merdeka..”
BOHONG!!
Nyata-nya setelah Indonesia
berhasil merebut kembali tanah nya. Mereka malah yang menghancurkan negerinya
sendiri. Kemerdekaan itu kembali hilang direnggut oleh orang orang yang mengaku
saudara kita sendiri, bangsa Indonesia. Orang yang mengaku dirinya memiliki
orientasi seksual berbeda, disingkirkan. Yang mengaku lebih nyaman menjadi
wanita daripada tubuh pria yang ia diami saat ini, dihinakan. Yang hidup dengan
HIV, dianggap memiliki penyakit moral. Lalu siapakah kita kini? Hak sebagai
manusia sudah direnggut atas nama Agama, atas nama Budaya, atas nama patriarki,
atas nama apa?
9 hari lagi, semua
warga Indonesia akan mengibarkan bendera yang mereka banggakan di setiap sudut
rumah, kantor gedung dan ruang ruang kosong di Indonsia. Menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya atas nama kemerdekaan. Merdeka untuk siapa? Siapa yang merdeka....
Silahkan direnungkan..
*pict by google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar